Kamis, 09 April 2015

EDISI - 39 KAMIS

Edisi, 39
Kamis 27 Maret 2014
   
IKUTILAH NAFSUMU KENDALIKAN HAWAMU
“ Sayyiduna Muhammad Rosulullah ila Al-Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Saat hujan masih rintik-rintik membasahi tatanan makro dan mikro kosmos di belahan bumi,
disebuah bilik kecil seseorang begitu gelisah dan resah seperti sedang di amuk rasa yang
mampu menelantarkan perut yang sudah mulai mengajak berdamai dengan cemilan kecil dan
keringnya tenggorokan yang belum terbasahi oleh seteguk kopi. Tak seperti hari biasanya
Kang Sarengat begitu gusar, gelisah dan galau. Sesaat merebahkan badannya yang sudah mulai
minta dibaringkan, namun lagi-lagi bangun dan mengerutkan dahi karena kebingungan, segelas
air kopi disambarnya untuk memenuhi keinginan yang tak haus akan tetapi untuk mendamaikan
sebuah perasaan yang resah. Kemudian Kang Sarengat merebahkan badannya di bilik belakang
dengan kursi panjangnya sambil berbantal lengan tangan kanannya ia menelusuri pemikiran-
pemikiran yang mengacaukan jiwanya. Ia berusaha untuk memejamkan matanya namun tidak
berhasil, semakin ia berjuang keras ingin melepas lelah justru ada perlawanan dari dalam
sehingga ia kembali terbangun dan duduk, diantara kegelisahan Kang sarengat mengambil
sebatang rokok sisa dari angkringan dan menegug sisa kopi dalam gelasnya dan…ketika rokok
sudah mengepul dimulutnya ia kembali berfikir tentang sesuatu yang membuat gelisah.
Akhirnya dengan sedikit tenang sepertinya sudah mendapat inspirasi atau pemahaman yang ia
gelisahkan, kepulan asap rokok terus menemani dalam perenungannya.Ia teringat perkataan
Kang Hakekat sehingga menyisakan sebuah pertanyaan besar dalam dasar jiwanya. Kenapa kita
suruh mengikuti nafsunya namun kendalikan hawanya. Dalam surat Al fajr ayat (27-30)
menuturkan, “ Ya ayyatuhan nafsul mutma’innah, Irji’i rabbiki radiyatam wardiyyah, Fatkhuli
fi ‘ibadi, Wadkhuli jannati”  (Wahai jiwa yang tenang kembalilah pada Tuhanmu dengan hati
yang ridlo dan diridloi-Nya, maka masuklah kedalam hamba-hamba-Ku dan masuklah kedalam
syurgaku. Ditegaskan lagi oleh Seorang Mursyid, kenapa kita selalu ditekankan untuk
menemani nafsu dan hati kita (Kancanono nafsu lan atimu), sebenarnya apa makna dibalik
perkataan semua itu. Dengan menghela nafas panjang akhirnya Kang Sarengat sedikit muncul
pemahaman dan pengertiannya, akhirnya tanpa disadari iapun mulai sedikit tersenyum bak
orang yang habis mendapat undian berhadiah. Ya..ya..aku mulai paham ia berguman dalam
hatinya. Kenapa kita  mengikuti nafsunya dan kendalikan hawanya, sebab nafsu bukanlah musuh
kita, sederhananya jikalau kita tidak punya nafsu apa kita semangat untuk makan, minum,
merokok dll, lebih-lebih beribadah sepertinya   mustahil  punya  gairah untuk mendekatkan
pada Sang Pencipta sebab kita akan menjadi monoton tanpa rasa, nah per-masalahannya nafsu
yang bagaimana yang mestinya kita ikuti, jelas dong ketika kita faham betul dengan martabat
nafsu 7 (Tujuh) maka akan mengerti kedudukan kita untuk mencapai puncak spiritual yang
hakiki. Jadi pemahaman perangilah nafsumu sebenarnya kurang tepat sebab bagaimana kita
punya gairah ketika kita membunuh nafsu ataupun kita tidak diberi nafsu. Lantas bagaimana
dengan kendalikan hawamu, sebab semua yang berkai-tan dengan nafsu pada ta’marbutoh
menunjukan muanas (perempuan) oleh sebab itu mestinya penekanan-nya pada HAWA (perempuan), 
karena bisa jadi nafsu sudah bisa berteman dengan kita akan tetapi sihawanya yang selalu
mengikis dalam rangka untuk tidak berteman dengan nafsu yang sudah mulai sepakat untuk
saling pengertian. Nah Hawanya ini sebenarnya yang justru PR besar buat kita, logisnya buat
apa kita susah payah bekerja keras banting tulang, ujung-ujungnya hanya untu hawa
(perempuan) sekarang permasalahannya sudah mulai ter-kuak khan, walaupun secara umum kita
belum bisa  menemani  nafsunya,Secara mutlak akan tetapi ada bayangan untuk melangkah
kesana. Ketika Kang Sarengat mulai memahami tiba-tiba rasa panas pada jarinya mengagetkan
lamunan-nya yang ternyata rokok yang terjepit di kedua jarinya sudah habis. Duh Gusti…
Gusti… jebule ngaten tho….. mugi-mugi panjenengan paring pengertosan dateng kawulo Gusti…
ya…ya… jadi memang kalau direnungi ada benarnya Kata Kang Hakekat bahwa hidup itu adalah
perjudian, kenapa demikian sebab bahwa perjudian adalah identik dengan pertaruhan,
permasalahannya apa yang kita pertaruhkan sekarang dan yang akan datang. Ketika yang engkau
pertaruhkan adalah hidup  yang di rohanikan berarti ia menang. Ketika yang   dipertaruhkan 
 adalah  untuk totalitas kepada aturan Tuhan dan Rosullnya maka ia mendapatkan garansi
kemenangan dan pantas menyandang gelar raja judi yang sebenarnya (King Of Gambler), yang
jadi permasalahannya kita suka judi tapi masih bermain spekulasi. Hufff…. Kang sarengat
sedikit lega, dan sepertinya kerling mata kang Sarengatpun sudah mulai menetap-kan rasa

ngantuknya, sehingga punya kewajiban untuk loyal pada sang mata…. Hingga ia merebahkan
tubuhnya yang dibarengi dengan kesadaran jiwanya dengan segala kepasrahan istirahatnya,
semoga Ia tak putus asa dalam rangka mencari dan mencari serta menyambut hidayah Tuhan 
agar tetap ter-senyum dengan hadirnya kasih sayang Tuhan disetiap detiknya.

DIMENSI HENING
Bersungguh-sungguhlah, jangan malas dan jangan lengah..! karena penyesalan merupakan akibat
bagi orang-orang yang malas.
**Jika kau diamkan orang bodoh, maka kau telah memberi jawaban yang banyak baginya, dan
telah memberinya hukuman.

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim
PERTEMUAN DUA ARUS. (Bagian Ke-Lima)
Kang Sarengat    : Jadi Bagaimanakah kesinambungan antara tiga hal yg telah begitu panjang lebar Engkau 
uraikan, kau terjemahkan maknanya, yang kemudian  bisa aku jadikan sebagi lem
perekat atau penguat bagi hati dan kesadaran diri, cara berpikir dan pandanganku dalam
menilai sesuatu dan dalam mengarungi jalan sunyi samudera kehidupan, terangkan
padaku duhai saudaraku tercinta, agar terlepas beban melanda, agar cerah hati nurani dan terbuka cakrawala jiwa.
Kang Hakekat    : Bismillahirohmanirohim, Khoirunnass-Anfaa’uhum Linnass (Sebaik-baik kamu 
ialah yang
menjadi baik, benar, indah (bermanfaat) bagi sesamamu, Wa-khoirul Ummurii
Ausatuha (sebaik-baik perkara ada ditengah tengahnya (tahu diri, membatasi diri
terhadap apa saja) begitu sabda Baginda Rosul S.A.W, jadi saudaraku kesinambungan
ketiga hal tersebut tidaklah lepas  dari caramu menghikmahi terhadap apa saja yang
kau temui dalam perjalanan hidupmu dan mengembalikan semuanya kepada Alloh
Azza wa jalla, menabung cinta kepada Alloh dan Rosululloh untuk paling tidak agar bisa
dijinkan  gondelan klambine Kanjeng Nabi, terus meyakini bahwa  inaa alloh wa
rosulullohi ma’aana, Alloh tempat kembali  kita dan tempat bergantung kita melalui
keindahan Nur Muhammad dan selain itu kita harus menempa diri dengan mengatur
volume tinggi-rendahnya  nafsu syahwatiyah kita yang disimbolkan sebagai anak
kecil, mencekik kesadaran kesenangan anak kecil  terhadap semua hal yang menjauhkan
kita dari Alloh dan Rosululloh dimana kita harus mengaturnya  sendiri tanpa bantuan
siapapun kecuali Alloh dan Syafa’at Rosululloh. kedua Melubangi  perahu agar bocor adalah
membuka  diri, hati, seluas-luasnya agar bertemu dengan cakrawala keindahan lautan cintaNya
Alloh dan menemukan mutiara yang harus kita bagi bagi sesama kita pada akhirnya benar-benar
menjadi sebuah  kemanfaatan bagi kehidupan kita bersama. ketiga menegakkan dinding yang
hendak roboh ialah menelusuri kembali makna- makna keindahan kebijaksanaan Rosululloh
sebelum dan sesudah Beliau diutus oleh Alloh menjadi nabi dan Rosul, meyakini dengan
teguh,memegang erat keyakinan tauhid
kita, menjaga terus sholawat kepada Rosul S.A.W bukan demi alasan apapun akan tetapi
memang sebuah kewajiban kita untuk mencintai Alloh dan Rosululloh melebihi cinta  
terhadap diri kita sendiri. Dari ketiga hal tersebut, cari, temukan mana yang paling nyaman
bagimu untuk kau mulai menjadi baik,benar dan indah.
Kang Sarengat    : Sami’naa wa-ato’naa (aku mendengarkan dan mengikuti).


0 komentar:

Posting Komentar