Selasa, 14 April 2015

EDISI - 61 KAMIS

Edisi, 61
Kamis 16 April  2015

“APA ITU HADROH”
“ Sayyiduna Muhammad Rosuulullah Lil Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W
adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Apa Itu HADROH....? sering kita mengucapkan hadroh-hadroh akan tetapi taukah sebenarnya bahwa hadroh itu
apa..., bisakah hadroh dikatakan perantara, bisakah hadroh dikatakan tawasul ataupun dimanknai nyambung
kabel misalnya. Dari sekian pemahaman tentunya banyak sekali definisi-definisi yang kita dapat, banyak sekali
multi pemahaman yang kita peroleh sehingga memunculkan banyak pendapat, dan saya rasa bahwa pendapat
secara kontekstual secara harafiahnya adalah ada unsur kebenaran. Namun coba sekarang kita bongkar dari
sudut pandang lain kita bongkar dari hakekatnya, samakah hadroh dengan tawasul...? jika sama dimana letak
persamaannya dan jika berbeda dimanakah letak perbedaanya. Kecenderungan para manusia yang hanya
mencari dari segi enaknya saja   sehingga antara hadroh dan tawasulpun dianggap sama, lantas dimana letak
Tatafakarun, Ta’qilun dan Taskurun-nya. Apa mungkin semua bisa sejalan ketika kita belum tau maknawinya
secara satu kesatuan yang utuh. Bongkar dulu tawasul itu apa... dan hadroh itu apa...? baru akan ada sedikit
pemahaman yang mungkin terselip diantara pemikiran kita sekalian. Berfikirlah dengan budi pekerti yang luas
dalam rangka menuju rasa syukurnya kita kepada Sang Kholiq.
Coba kita tengok dan kita intip apa itu (Tawasul). Tawasul secara umum bisa dimaknai sebagai perantara/fasilah,
dan kecenderu-ngan bahwa kita bertawasul selalu berkaitan erat dengan diri kita, berkaitan dengan kebutuhan
duniawi kita dan berkaitan dengan sebuah keinginan yang tersembunyi sedangkan keinginan itu sendiri adalah
bagian dari pada nafsu kita. Lantas apa tidak boleh kita bertawasul.... boleh-boleh saja. Yang jadi pertanyaan
disini bukan boleh tidak boleh akan tetapi pantes ora pantes, ketika bertawasul dalam rangka memenuhi hasrat
keinginan hatinya seakan memaksa terhadap para Aulia (Kekasihe Gustialloh) untuk dipaksa ikut cawe-cawe alias
kudu mbantu urusan kita khan begitu...!!!, padahal ketika masih sugeng (Hidup) Beliau-beliau tidak jarang
mendapat hinaan, cacian, diremehkan bahkan setiap pesan moralnya tidak pernah digubris, sekarang setelah

sepeninggalnya beliau-beliau baru sadar, atau bisa jadi pura-pura sadar karena punya kepentingan dirinya. Khan
itu lucu walaupun Beliau-beliau tidak masalah akan tetapi bagi yang memahaminya dimana etikanya, dimana
adabnya khan begitu...?
Jika demikian, yang pantas kita persembahkan dan yang patut kita lakukan terhadap Beliau-beliau itu
bagaimana......? Adakah jalan yang terbaik, adakah cara yang beretika serta bijak dalam rangka mengedepan-
kan adab terhadap beliau-beliau. Sekarang kita lihat (Hadroh) itu apa. Ditinjau dari maknanya bahwa hadroh bisa
berarti “Kepada Yang Mulia” yang mulia disini, bisa Kanjeng Rosull, bisa Kanjeng Syekh, ataupun Kepada yang
mulia para kekasih Alloh Swt dan lain-lain, atau dalam bahasa jawanya “Kunjuk dumateng”. Nah.. dengan
demikain disini ada sesuatu yang harus kita bongkar, kenapa... sebab secara adab dari bahasa disini
menunjukan kalimat yang tulus, kalimat yang mempunyai kedudukan tinggi sehingga mau tidak mau kalimat
menempati posisi tinggi (Mulia). Dikarenakan apa...? ya dikarenakan karena memang Beliau-beliau orang-orang
yang sudah mulia dan dimuliakan oleh Alloh Swt.  Itulah Hadroh bahwasannya ialah mengajarkan kita untuk
berterima-kasih, mengajarkan kita untuk ber-syukur terhadap para kekasih Alloh Swt. Sebab suatu kemustahilan
tanpa Beliau-beliau kita mengenal rasa berterima kasih dan lebih-labih rasa bersyukur.
Jadi Hadroh adalah bentuk rasa berterimakasihnya kita semua, bentuk rasa syukurnya kita semua terhadap para
kekasih Alloh Swt, dalam rangka memuliakan Alloh itu sendiri. Sehingga kita perlu bahkan wajib untuk
berterimakasih dan bersyukur.  Itulah sebenarnya hadroh yang kita kenal dan yang kita dengar selama ini
ternyata inilah hakekatnya. Dengan demikian jangan dikira Alloh Swt juga tidak bersyukur terhadap hambanya
yang pandai bersyukur, Alloh pun bersyukur terhadap hamba-nya yang bersyukur, apa salah jika Alloh memuji
terhadap dzat Alloh sendiri...? dan apakah salah ketika Alloh berteri makasih terhadap hamba yang selalu
berterimakasih...?
Sehingga bisa kita tarik kesimpulan bahwa hadroh itu adalah suatu kegiatan seorang hamba yang meng-
aplikasikan bentuk rasa terima kasih dan rasa syukurnya yang mendalam, kepada para kekasih-kekasih Alloh
Swt, bahkan kepada siapapun yang pada akhirnya kepada Alloh Swt itu sendiri.

DIMENSI HENING
* Jadi Hadroh adalah bentuk rasa berterimakasihnya kita semua, bentuk rasa syukurnya kita semua terhadap para kekasih Alloh Swt, bahka terhadap siapapun dalam rangka taat kepada Alloh itu sendiri.

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim :   BEDAKAH HAL INI...?   
Cuaca yang tak menentu, kadang terang kadang gerimis menyirami alam di sekitar pesisir kampung angkringan,
 terlihat suasana di kampung angkringan sedikit fakum karena entah kenapa kelihatannya ada tragedi yang harus
disikapi, seperti menyimpan sesuatu yang membuat masyarakat angkringan pada umumnya mengalami
kebingungan dan mlongo...!!! Disisi lain tak terasa sebatang rokok yang terjepit disela jemari Kang Sarengat
memanjang latunya tanpa di hisap sedikitpun hingga terjatuh tak terasa seperti memendam angan-angan yang menyebrang batas penalaran.
Kang Sarengat    : Huff... hah.... (Gelisah tak menentu meremas rambut kepala)
Kang Hakekat    : Hemmm ..... Kang-kang jane Sampeyan ki kenangopo dari tadi tak matke   
kaya kebo weruh sepur mlongo tur tidak patek jelas pikiran Sampean  Kang... ada   apa Kang..
Kang Sarengat    : Begini Kang.... saya baru tahu dan mulai sedikit memahami, ternyata kita
terlalu berani dan kurang subo sito, kurang trapsilo, kurang unggah-ungguh, kurang adab pokoknya banyak sekali kebodohan kita ya kang.... lantaran kita tidak mau mikir dan merenung..
Kang Hakekat    : Hehehe...Kang-Kang tumben Sampean punya pikiran begitu, ngimpi opo
semalam Kang, jangan-jangan lagi jandab hehehe.... apa Sampean sudah mulai cerdas karena ramuan-ramuan intisari ngajinya mulai di konsumsi hehehe... lantas yang Sampean maksudkan babagan apa dan yang bagaimana sehingga Sampean sebegitunya menghujat diri dan memaki diri kaya begitu...
Kang Sarengat    : Ya itu Kang, bab tawasul dan hadroh, tak pikir-pikir penjelasan tersebut
tidak pernah saya dapatkan di tempat lain sehingga saya pemahamannya ya sama, dan menempatkan suatau perkara yang sama, ternyata, ... subhanalloh “ jauh dari batas kemampuan pemikiran manusia biasa....
Kang Hakekat    : Hahahaha.... Kang-Kang yo tidak usah pakai subhanalloh segala nanti
dikira Sampean Santri gumunan hehehe... akan tetapi yo tidak apa-apa barang kali Sampean masih seneng gumunan, ya syukurlah berarti Sampean sedikit-sedikit mudeng karepe Kang... aku ikut seneng hehehe, nach begitu, apapun dan dalam keadaan bagaimanapun... mikiro...
Kang Sarengat    : Siap Kang.... (sambil nyengir dengan wajah layu).





0 komentar:

Posting Komentar