Sabtu, 04 April 2015

EDISI - 14 BURDAH

Edisi 14 Burdah
Kamis 1 Mei 2014      

BUKAN KITA YANG MENENTUKAN.
Sholatulloh Salamulloh ala Thoha Rosulillah Sholatulloh Salamulloh,ala Yaasin Habibillah
Wa la a'addat minal fi'lil jamili qira Dhoyfin alamma bi raa'si ghayro muhtasyimi
(Diriku tidaklah kunjung bersiap sedia Mengerjakan kebaikan dan amal yang sholeh nilainya
Untuk menyambut kedatangan tamu yang bakal singgah dikepala ini
yang datang dengan pasti dan tanpa malas lagi.)
Apakah yang membedakan aku, kamu, kalian dengan orang lain dihadapan Alloh..? apakah
derajat sosial, kemulian, tinggi rendahnya derajad, pangkat, kaya-miskin ataukah apa..?
lantas apa yang membedakan jika kita ini pada dasarnya adalah sama dalam pandangan Alloh
dan Rosululloh..? yang sungguh membedakan antara kita dengan orang lain dihadapan Alloh
yaitu adalah tingkat ketaqwaan kita, tingkat ketaatan kita kepada Alloh, bukan soal
seberapa pintarmu, banyak ilmumu, kaya-miskinmu atau hitungan-hitungan tinggi rendah yang
selama ini kita kenali, sekaya apapun, sepintar apapun manusia jika dia tidak bisa
mendayagunakannya ilmunya, kayanya, pintarnya untuk kemanfaatan kehidupannya dan
sekitarnya, menjalankan amanah yang diembannya yakni beribadah dan menghikmahi apa yang
datang dan pergi dan mengembalikannya kepada Alloh. Adalah sama dengan tidak membawa
manfaat apa-apa dan sia-sia belaka, sebab toh nanti jika usia senja renta berkunjung
bersama dengan uban, yang tumbuh hanya penyesalan, kenapa dahulu ketika masih ada waktu
tidak lekas memulai menanam benih-benih keindahan kemanfaatan (amal-amal yang bernilai
sholeh) yang bisa menemani perjalanan pulangnya kepada Alloh dengan sebaik-baik kondisi
(khusnul khotimah). Dan yang perlu dicermati bahwa yang menentukan seberapa taqwa dan
taatnya kita bukanlah diri kita sendiri, tidak juga Ulama, Mursyid, pejabat publik, Lurah,
Rt Rw atau siapapun saja. Sebab yang menentukan kita ini taqwa, taat atau tidak adalah
Alloh sendiri, oleh sebab itulah taqwa menjadi suatu hal yang sangat rahasia dan mahal
harganya dikarenakan sangatlah langka dan susah untuk mencapainya, dan yang bisa kita
lakukan adalah membaca pertanda dari nilai-nilai taqwa dan ketaatan itu sendiri. Adapun
tanda-tanda dari taqwa antara lain adalah  dimana kehadiran seseorang itu dikehidupan
sosialnya menjadi satu hal yang wajib, perbuatan sehari-harinya mencerminkan kebaikan,
keindahan, kemanfaatan bagi kehidupan sekitar, lebih menyadarkan kita untuk mengingat Alloh
dan Rosululloh. Dan bukan terletak pada tampilan yang seolah-olah sholeh dan halus, sopan,
urakan atau apa saja, sebab tampilan hanyalah bentuk lain dari menyembunyikan sebuah hal
entah kejujuran atau kebohongan.  Ketaatan  taqwa tidaklah bisa dibeli dengan seberapa
banyak harta dan ilmumu, seberapa banyak amal-amal  yang kau pamerkan, taqwa hanya bisa
dicapai dengan jalan menjalankan perintah-perintah Alloh dan meridloi segala keputusan-Nya
terhadap hidup kita. Dan dengan jalan mengikuti kaidah-kaidah yang telah diajarkan oleh
Rosululloh, mencintai Rosululloh dan menjadikan Alloh sebagai tujuan utama serta Rosululloh
sebagai imam hidup dan pemandu iman kita, dan nanti pada puncaknya akan tumbuh keindahan
cinta terhadap Alloh dan Rosululloh melebihi apapun saja. Ketaatan taqwa berintisarikan
cinta yang begitu mendalam terhadap yang dicintainya (Alloh dan Rosululloh). Ketaatan taqwa
juga bermaknakan kesetiaan terhadap sesuatu yang diyakini, ridlo terhadap keputusan-
keputusan Alloh dan meyakini Syafa’aat Rosululloh berlaku kapan saja dan dimana saja. Hal
ini persis seperti kata puisi dari negeri arab yang menggambarkan intisari dari Ketaatan
taqwa ’’Innal Muhibba lil Muhibbi Muthi' ” (Sesungguhnya orang yang jatuh cinta itu akan
selalu menurut terhadap yang dicintainya) jadi jika cinta kita mendalam dan sejati maka
rasa setia, taat dan yakin akan tumbuh dan mengepung hati kita dengan subur dan kuat, dan
tumbuhlah bunga-bunga keindahan dan ketentraman dalam menjalani seluruh proses
kehidupan,takwa juga mengajari kita untuk mengenal batasan diri dan menempatkan sesuatu
sesuai pada tempat dan porsi agar jadi sebuah kemanfaatan,dan hal ini meliputi semua hal
dalam kehidupan kita,dengan memahami konsep taqwa (taat, setia, yakin, sabar dan berujung
pada cinta). Kita jadi akan lebih mengerti batas-batas dari semua sendi kehidupan dan tidak
salah penempatan serta memaksakan kehendak, dan tidak dikendalikan hawa nafsu, dengan
mengerti batasan, kita akan sanggup untuk melatih hati kita untuk menjadi Qolbun Salim
(Hati yang sempurna, sehat dan selesai). Lalu apakah Qolbun salim itu..? ialah hati yang
dimana telah  tercapai kesinambungan keseimbangan antara akal dan hati, dimana kecerdasan
hati dan akal tidak lagi dikendalikan oleh nafsu amarah dan keinginan yang tidak bermanfaat
bagi diri dan kehidupanya, jadi ia tidak lagi terpengaruh oleh hal-hal yang menjauhkannya
dari Alloh dan Rosululloh saw, ia belajar menasehati dirinya sendiri sebelum menerapkan
nasehat tersebut kepada orang lain, tidak menunda-nunda lagi untuk berbuat baik, benar dan
indah. lalu mungkinkah hal itu tercapai oleh kita..? pertanyaanya bukan lagi soal
mungkinkah..? namun maukah kita berjalan kearah itu, mempelajari dan menerapkanya dalam
kehidupan kita ataukah tidak..? jika kita belum memulai apa-apa kita sudah mendasarkan diri
kita pada keraguan dan ketidak yakinan maka apalah artinya fasilitas-fasilitas yang telah
Alloh anugerahkan pada diri kita. Fasilitas berupa akal fikiran, berupa hati dan anggota
tubuh lainya, berupa waktu, berupa kesehatan dan lain sebagainya, sebab Alloh menyuruh kita
berusaha, terus belajar terus memperbaharui pemahaman diri, meningkatkan iman dan ketaatan
taqwa dan hasil akhirnya Alloh yang akan menentukan, dan tentulah sebelum Alloh menuntut
dan mewajibkan kita untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-
larangan-Nya, sudah pasti Alloh menyediakan fasilitas, jalan keluar, kemudahan dan
hadiahnya, dan untuk setiap niat baik kita, Alloh sudah langsung menyuruh malaikat-
malaikat-Nya untuk mencatat niat tersebut dan kemudian menyediakan kemudahan bagi
terlaksananya niat tersebut. Nah dihal ini, terserah kita, mau melanjutkan niat baik
tersebut atau hanya akan menggantungnya difikiran saja, cuma mau dicatat saja atau dicatat
sekaligus melaksanakanya kemudian mendapatkan keindahan ridlo Alloh dan Rosululloh. Monggo
silahkan saja  memilih yang mana itu sepenuhnya hak anda sekalian.  Alloh ya Hafied,
Allohul Kaafi, ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
Dunia ini adalah jalan menuju kebahagiaan abadi dan karena itu ia baik, pantas dihargai dan
dipuji, yang buruk adalah apa yang engkau lakukan dengan dunia saat engkau dibutakan pada
kebenaran dan dikuasai sepenuhnya oleh hasrat, hawa nafsu dan ambisi pada dunia, kesenangan
dunia ini membahayakan dengan sendirinya, Ia baru berbahaya ketika semua itu membuatmu
lupa, tidak patuh dan melalaikan Allohmu. (~Sheikh Ibn al-Arabi~)

ANGKRINGAN SUFI
Bismilahirohmanirohim:  
JANGAN MEMBENCI DUNIA.
Malam yang indah, purnama begitu rupawan mewarnai langit, aroma kopi mewangi menebar di
seantero  ruangan dimana Kang Sarengat dan Kang Hakekat ngobrol ngalor ngidul tentang
apapun saja yang mereka temui dan berusaha menemukan keindahan maknanya.
Kang Sarengat    : Kang…. ajarilah aku untuk  segera   membenci   dunia, agar  tenang hati 
dan tentram fikiranku Kang.
Kang  Hakekat    : Lho.. mau tenang, mau tentram kok malah membenci.. itu bagaimana bisa..?
Kang Sarengat    : Kok bagaimana to Kang…., Sampean ini menganjurkan saya untuk zuhud, lha ini
diminta mengajari caranya kok malah balik bertanya, Sampean ini kepiye to..Kang..?
Kang Hakekat    : Sebentar saudaraku, apa pernah aku bilang untuk membenci..?
Kang Sarengat    : Ya tidak sih Kang, tapi sepengetahuanku zuhud itu membenci dunia kok Kang..
Kang Hakekat    : Ha..ha..ha..ha..ha…,apa iya begitu….?????
Kang Sarengat    : Lah malah balik bertanya, lha sepengetahuanku begitu kok, jadi bagaimana
sih Kang caranya..?
Kang Hakekat    : Bagaimana apa..? cara membenci..? Wah aku tidak tahu caranya membenci kok..!!!.
Kang Sarengat    : Lha kenapa tidak boleh membenci dunia Kang..?
Kang Hakekat    : Lawong, Alloh menciptakan dunia begini indah kok malah dibenci, kok
berani-beraninya sampean ini Kang, dunia ini khan diciptakan  bagi kita sebagai sarana
untuk mencapai
kebahagiaan sejati nanti di kehidupan selanjutnya. lha kok malah dibenci itu bagaimana Sampean Kang coba..?
Kang Sarengat    : Maksudnya sarana untuk mencapai kebahagiaan sejati itu bagaimana Kang..?
Kang Hakekat    : Maksudnya  dunia  ini  sebagai  sarana bagi kita untuk merakit kehidupan
akhirat yang ebih baik dan indah, merupakan fasilitas untuk meningkatkan Ketaatan ketaqwaan kita
kepada Alloh, untuk lebih mencintai Alloh dan Rosululloh, jadi ya jangan dibenci, namun
manfaatkanlah, carilah dunia sebanyak-banyaknya tapi jangan engkau tempatkan dia
di dalam hatimu, jangan kau cintai dan sayangi berlebihan, tapi manfaatkanlah sesuai
bentuk dan jenisnya agar timbul keindahan dan manfaat tidak saja  bagi dirimu namun
juga  bagi  sekitarmu,  carilah,   temukanlah  dunia,  namun  jangan  kau taruh dihatimu,
jangan sampai membutakan mata  dan hatimu, menghilangkan dan mengalahkan rasa
cinta dan ketaatanmu kepada  Alloh  dan Rosululloh, jangan kau tempatkan di hatimu,
sebab hati tempatnya Alloh dan Rosululloh, begitu saudaraku.
Kang Sarengat    : Oalah jadi begitu tho Kang yang sampean maksudkan….   Wah  jan 
maturnuwun yo..memang  tidak  rugi  punya   sedulur   kaya Sampean  bisa  shering sehingga
nambah wawasan   dan   pemahaman,  sekali    lagi    maturnuwun  Kang.. he.. he.. he.. 
sambil tersenyum lega.

0 komentar:

Posting Komentar