Jumat, 10 April 2015

EDISI - 48 KAMIS

Edisi,48
Kamis 2 Oktober  2014
   
SUDAH BERMANFAATKAH ILMU KITA
“ Sayyiduna Muhammad Rosuulullah Lil Alamin”(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W
adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Demikian sibuknya seakan hampir tidak ada waktu untuk datang pada suatu majelis apapun,
begitu kita selalu mendapat alibi sebagai rasa pendukung pembenaran untuk tidak selalu
menuntut ilmu sebagai pemahaman terhadap kajian untuk mencari keridloan Allah Swt. Begitu
besar juga goncangan yang mendera rasa semakin malasnya untuk selalu belajar dan belajar,
kenapa demikian, karena masih adanya tawar menawar dengan bentuk nyata atau materi sebagai
imbalannya terhadap kehendak-Nya, sebab mencari ilmu, beribadah seakan sebagai bentuk tiket
atau kupon yang di anggap sebagai penukar doorprice (Hadiah), mau melakukan tapi karena ada
tendensi yang mendatangkan keuntungan dengan bentuk fisik dan pinginnya sekaligus alias
langsung.  Okelah kita tinggalkan pemahaman pemikiran yang masih demikian, sudah tidak
semestinya kita tawar menawar dengan Sang Penciptanya hanya sekedar mencari popularitas
semata. Memang tidak mudah dalam penggalian ilmu Alloh apalagi mencari keridloan Allah,
membutuhkan jalan sunyi, membutuhkan keseriusan dan kesungguhan, sehingga sanggup menerima
tempaan apapun baik lahir maupun batin. Dan sejauh mana kita juga punya kesanggupan dalam
memaknai atas pembelajaran yang kita cari selama ini.
Dengan kata lain sudah bermanfaatkah ilmu yang kita cari selama ini....? dan sudah bisakah
dengan ilmu yang kita pelajari lebih mengerti tentang makna kearifan dan bijak...? dan
sudah seberapa pengaruhnya ilmu yang kita kaji bisa mengetahui dan memahami untuk sarana
menuju Allah Sang Maha Kuasa.  Sepanjang apa yang kita pelajari tidak berdapak untuk kita
lebih dekat kepada Allah sejatinya ilmu tersebut belum punya efek manfaat untuk diri kita
lebih-lebih untuk lingkungannya atau untuk siapapun. Jadi ketika kalian semua bisa menjawab
pertanyaan apa saja dari siapapun tanpa di aplikasikan dalam bentuk perbuatan yang sesuai
dengan ilmu yang telah kalian ucapkan sejatinya juga masih bohong, masih belum bermanfaat
ilmu yang kita kaji, semua hanya cenderung sedang mefestifalkan pemahaman dengan orang
lain. Secara umum sudah lumayanlah sudah mau menuntut ilmu, sudah mau ngaji dan sudah
mendatangi suatu kegiatan di suatu majelis, akan tetapi masih saja keinginan-keinginan yang
membonceng di tengah-tengah niat tulus untuk nunut mukti karena masih berharap  ada rezki
yang melimpah.
Nach... disinilah  kadang kita tidak menyadarinya betapa tipis sekali niat baik kita dengan
nafsu kita. Jadi kami tandaskan sekali lagi, bahwa-sannya sehebat apapun diri kita, sekaya
apapun diri kita dan sepintar apapun diri kita, sepanjang apa yang kita miliki tidak
menjadikan sarana untuk lebih dekat kepada Allah semua itu akan sia-sia bahkan tidak
berarti apa-apa. Sebab kalian bisa semua itu juga karena campur tangan Allah. Akhirnya
apakah engkau masih bangga dengan hal yang kalian miliki, apakah kalian masih merasa hebat
dan apakah juga kalian masih merasa paling kaya. Tolong renungkan kembali sebab semua itu
tidak berarti apa-apa jikalau semua itu tidak menjadikan kita lebih dekat dengan Allah
wajala.  Betapa tidak enaknya pemahaman tentang proses mendaur ulang, betapa perihnya
pemahaman-pemahaman yang kita telan, kadang muncul pemahaman belajar salah tidak belajar
juga salah.   Tapi disini bukan masalah salah dan tidak salah akan tetapi sejauh mana
kesanggupan seorang pesalik dalam mempresentasikan dalam kehidupan sehari-hari, apakah
hanya sekedar bicara tanpa karya, atau sudah mampu mengaplikasikan antara ucapan dan
perbuatan.
Oleh karnanya pengalaman meng-hidupkan rasa kehambaan sebagai pencari ilmu benar-benar
dicermati maksud kita diperintah untuk “tolibul ngilmi” itu apa..? apa hanya sekedar
formalitas saja atau hanya untuk gagah-gagahan saja itu yang mestinya kita kaji lebih dalam
lagi.   
Dalam pencarian ilmu/ngaji dalam rangka untuk mendekat kepada Allah sebenarnya seseorang
tidak dinilai dari seberapa bagus jubah yang di kenakannya, seberapa  mahal sarana-sarana
yang dibelinya, melainkan bahwa seseorang dinilai dari seberapa mampu hati dan jiwanya
tidak tergantung pada dunia. Maka dari itulah bahwa seseorang ataupun pesalik yang
mengetahui 3 (Tiga) perkara akan selamat dari 3 (Tiga) perkara.
Pertama. Orang yang tau bahwa Sang Pencipta tak pernah berbuat salah dalam mencipta,
Niscaya Ia akan selamat dari mencela.  Kedua.    Orang yang tau bahwa Sang Pencipta tidak
pernah pilih kasih dalam membagikan rizkinya, Niscaya Ia akan selamat dari penyakit iri
hati. Dan yang Ketiga.Orang yang tau dari apa Alloh menciptakannya, Niscaya Ia akan selamat
dari kesombongan.
Dan pada akhirnya bahwa apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari tidak lain
hanya dalam rangka untuk mencari ridlo Allah.

DIMENSI HENING
Kehati-hatian yang sedikit lebih baik dari pada ketergesahan yang banyak.
Hormatilah orang-orang bodoh di antara kalian, karena merekalah yang melindungi kalian dari
kehinaan dan cela.( Amr bin Ash).

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim.
Nampak senyam-senyum Kang Sarengat terlihat dari kejauhan, mereka menghampiri dimana tempat
para penduduk dan masyarakat angkringan berkumpul, nampak dengan wajah yang cerah 
menikmati sebatang rokok kretek di bibirnya. Ketika sampai di angkringan langsung Kang
Hakekat menyapa dengan penuh ramah tapi agak heran juga melihat wajah sahabatnya ceria,
karena biasanya muram-muram sedikitlah.
Kang Hakekat    : Kang… dari tadi tak amati kok wajahmu begitu merona kelihatan bahagia
banget, tur ceria tidak seperti  biasanya, jane ada apa tho..
 mbok di bagi kebahagiaan Sampean Kang...
Kang Sarengat    : Hemmm… hehehe gini Kang,  tapi tidak sombong  lho yo…begini
masalahnya, ternyata setelah melaluai pemikiran yang katakanlah
cukup lama dan hening, aku mendapatkan pemahaman tentang  
keilmuan Kang, wis pokoke top Kang..
Kang Hakekat    : Hehehe… begitu tho, sebentar-sebentar Kang, lha Sampean mendapat
pemahaman tentang keilmuan apa emangnya Kang...
Kang Sarengat    : Bagini Kang... ternyata bahwa apa yang kita cari/kaji selama ini belum
tentu benar-benar manfaat pada diri kita Kang..., suatu contoh begini
ketika kita ngaji memang secara pemahaman kita dapatlah walaupun
mungkin pemahamannya tidak sama, akan tetapi ada hal yang lebih
penting ternyata Kang....yaitu begini apakah ilmu yang kita pelajari 
sudah benar-benar manfaat, apa sudah benar-benar bisa membawa
kita, lebih mendekat dengan Allah, disini kang permasalahannya
ternyata tidak mudah yang Kang....jan tobat tenan Kang... 
Kang Hakekat    : Ealah begitu tho, yo syukurlah ternyata Sampean tidak begitu buta
huruf bangetlah, yo memang begitu mestinya, lha apa gunanya semua
kita pelajari jika tidak bisa dijadikan sarana lebih kenal dengan
Gustialloh Kang, Nach mbok begitu terus Sampean.. Jan benar-benar
cerdas Sampean, seneng aku Kang ada peningkatan hehehe... Ning yo 
kuwi tetep jangan berhenti sampai situ harus mencari dan mencari,
engko nggaya rumongso wis enthuk ilmu terus bangga....!!!
Kang Sarengat    : Weh... yo mugo-mugo ora Kang...yo doakan saja tidak begitu dan tidak
berhenti sampai situ Kang....


0 komentar:

Posting Komentar