Sabtu, 11 April 2015

EDISI - 59 KAMIS

Edisi, 59
Kamis 19 Maret  2015

KENAPA SHOLAT MENJADI TIANG AGAMA
“ Sayyiduna Muhammad Rosuulullah Lil Alamin” (Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W 
adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Kenapa sholat menjadi tiang agama”  dan kenapa juga perintah-Nya dirikanlah bukan
kerjakanlah, lantas sholat yang bagaimana yang menjadi ataupun sebagai tiangnya agama. Kita
tidak pernah menyangka jika hal demikian merupakan basic ataupun ketetapan perintah/aturan
Alloh Swt yang harus kita jalani dengan sepenuh hati, makanya ada singiran tembang jawa “
Lir-ilir” ada bait yang berbunyi “ LUNYU-LUNYU PENEKNO” kenapa Penekno, bukan peneken terus
apa kaitannya dengan hal diatas, apakah nyambung...? Kita coba untuk sampaikan dengan
konteks sederhana saja, kenapa bahwa sholat adalah tiang Agama, dan kenapa bukan yang lain,
seperti halnya sahadat, puasa ataupun khaji.  Sebab di dalam sholat sejatinya sudah
mengandung unsur itu semua, yang jelas bahwa didalam sholat mengandung “rukun Iman dan
rukun Islam” Disini yang menjadikan pertanyaan adalah sholat yang bagaimana yang dapat
menjadi tiang agama...?, apakah sholat yang sampai jidatnya melepuh, atau yang lututnya
sampai bengkak-bengkak atau bagaimana...? Nah.... disinilah permasalahan mulai terbuka
sebab kita mestinya semakin instropeksi diri dan tanda tanya dengan sholat yang telah kita
kerjakan selama ini.
Mungkin secara sederhana apakah kita sudah khusuk dalam mengerjakannya, apa itu khusuk,
khusuk adalah hadirnya hati sambung dengan Allah, bagaimana caranya, caranya pimpinlah
hatimu untuk menghadap (madep)/Tawajuh dengan Allah, dan hasil dari khusuk itu kita paham
buah dari sholat itu sendiri, ketika sudah berbuah, artinya sudah menjadi manfaat terhadap
orang lain itu baru bisa dibilang khusuk, sebab memahami kontek khusuk itu sendiri 
dari konteks yang lain.
Disisih lain sholat dikatakan sebagai Tiang agama adalah sholat yang sudah bisa mencegah
perbuatan keji dan mungkar. Jikalau diantara kita sudah melaksanakan sholat akan tetapi
belum berdampak dalam prilaku positif dalam aplikasi kehidupan maka perlu dipertanyakan
sholatnya kenapa begitu, karena bahwa sebenarnya esensi daripada sholat adalah melakukan
atau mempraktekkan perbuatan sholat di luar sholat. Sebenarnya inilah yang dikatakan
sebagai tiang agama, sebab memahami rukun Islam dan rukun Iman dalam kehidupan sehari-hari
selebihnya mengamalkannya, dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang bermanfaat untuk kehidupan
sosialnya.
Kita segarkan kembali ingatan kita bahwasannya sholat itu sendiri mempunyai arti “RAHMAT”
Oleh karnanya “Dirikanlah sholat untuk mengingat-KU”.Kata-kata mengingat-KU berarti,
mengandung penekanan yang merupakan keharusan. Disamping itu firman, itu adalah perintah
istimewa kepada siapapun yang benar-benar mengingat terhadap ketentuan dan perintah Alloh
SWT. Jadi sholat yang menghasilkan dzikir pada Allah baik didalam sholat maupun di luar
sholat itu akan menjadi Tiang agama itu sendiri, oleh sebab itu jikalau walaupun sudah
mengerjakan sholat akan tetapi belum mendirikan sholat ya...makbum kholafahnya tiang itu
belum berdiri, bahkan malah sebaliknya meruntuhkan / merobohkan agamanya sendiri, sebab
tiangnya masih goyah. Disinilah Hal penting bahwa kenapa sholat dikatakan sebagai tiang
agama, karena di dalam sholat sudah terkumpul/terkandung Rukun Islam dan Rukun Iman.  Jika
kita semua belum mampu untuk mendiri-kannya, maka setidaknya kita selalu belajar untuk
tidak merobohkannya. Sebab hakekatnya kita tidak mampu akan tetapi kita diberi hak dan
kewajiban untuk mendirikannya. Dengan kita berusaha dengan kesungguhan  itu  artinya  kita 
sedang   berproses, untuk mendirikan tiang tersebut. Sebenarnya kita tidak usah terlalu
rumit untuk menafsirkan ataupun memahami tentang konteks yang kita bicarakan diatas, dan
juga bukan sesuatu yang menakutkan, menyeramkan bahkan suatu beban berat yang ada dipundak
kita masing-masing. Dan kita selaras saja dalam merefleksikannya. Pemikiran yang paling
mudah ketika kita memahami ilmunya, kemudian ilmunya di praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari dengan landasan hukum yang ada disertai akhlak yang luhur, semua selesai, semua sudah
menjadi manusia purna, bisa dibilang itulah manusia (Wajib).“Lunyu-lunyu Penekno” kaitannya
adalah bahwa kewajiban kita hanya berusaha, seberat, sesusah, sesempit,  serumit apapun
kita berusaha untuk bertahan dalam rangka metamorfose dirinya, dalam rangka mendaur ulang
kembali. Sekarang, nanti ataupun waktu yang akan datang kita, tetap kita, kita hanya
titah...??? oleh karnanya kita memahami konteks kita sebagai TITAH.

DIMENSI HENING
* Bahwasannya sholat itu sendiri mempunyai arti “RAHMAT” Oleh karnanya “Dirikanlah sholat
untuk mengingat-KU”.

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim :   MENGAPA DIRIKANLAH SHOLAT....???
Kang Sarengat    : Kang.....mau tanya nich... kita khan sering mendengar bahwa perintah-
Nya adalah dirikanlah sholat, kok dirikan bukan kerjakan itu maksudnya  bagaimana Kang        
kok rodo-rodo membingungkan, itu sebenarnya bagaimana... 
Kang Hakekat    : Oh begitu tho... lha menurut Sampean, gantian aku tanya yang pas bagaimana coba....
Kang Sarengat    : Lha aku ki lagi bingung je Kang.... kok malah ditanya ya.. tambah bingung
tho kang.
Kang Hakekat    : Ben bingung sekalian... kalau sudah bingung khan asyik tur bisa jadi
kebingungan itu akan medatangkan solusi atau jawabannya, khan begitu...
Kang Sarengat    : Iya, tapi ini bukan ketemu jawabannya malah ketemu bludrek dan
tambah bingungnya Kang...
Kang Hakekat    : Hehehe... yo..yo.., khan jelas kenapa dirikanlah bukan kerjakanlah...
makna dari dirikanlah bisa berarti menegagkan, ataupun mengkokohkan. Lantas apa yang        
kita kokohkan, ya jelas tho Kang... bahwa yang kita tegakkan adalah yang berkaitan dengan    
Rukun Iman dan rukun Islam itu sendiri.... sebab di dalam sholat mengandung unsur        
tersebut. Berkaitan dengan itu dengan Sampean mendirikan disitu secara tidak langsung        
Sampean juga sudah mengerjakan, permasalahannya sering kita mengerjakan sesuatu        
akan tetapi tidak kita kokohkan ataupun luruskan niat kita, seringkali kita mengerjakan
sholat tapi belum ada unsur mendirikan sholat, sebab sholat kita belum mampu mencegah        
perbuatan keji dan mungkar, sementara disisih lain bahwasannya Tiang itu mestinya harus    
tegak lurus dan kokoh tidak boleh mencong atau bengkok, lha kalau Tiang kok doyong tur        
tidak kokoh apa mungkin bisa dijadikan penyangga, apa mungkin kelengkapan bangunan        
lain akan tersusun dengan rapi dan indah, bisa-bisa amburadul dan pastinya ambruklah...
Kang Sarengat    : Heemmm.... itu tho maksudnya kang...yo..yo...

0 komentar:

Posting Komentar