Senin, 06 April 2015

EDISI - 17 BURDAH

Edisi 17 Burdah
Kamis 14 Agustus 2014
                           
“PERJALANAN TIDAK BERHENTI DISINI”    
Mawlayya Sholli wa sallim da-iman abadan
Ala Habiibika khoyril kholqi kullihimi
Fa la tarum bil ma'asi kasro syahwatiha Innath tho'aamaa yuqawwi syahwatan nahimi
(Janganlah engkau sangka bahwasanya dengan melakukan maksiat engkau bisa Mengalahkan dan
memuaskan hawa nafsu, Sebab maksiat itu layaknya makanan bergizi bagi hawa nafsu.)
Bismillahirohmanirohim, kita awali membuka diri untuk lebih memahami dan menemukan khasanah
baru dari berbagai warna dan macam perjalanan hidup kita yang telah kita lewati. Kita
jalani dan hikmahi, kita merenda sejarah kita sendiri dengan berbagai macam pengalaman,
entah itu kita ambil hikmahnya ataupun tidak. Kita temukan manfaatnya ataupun tidak, kita
kenang ataupun tidak. Mari berhenti sejenak, resapi, renungkan dan kemudian tanyakan lagi
kepada diri sendiri, sudahkah kita memaafkan diri sendiri dan menemukan kefitrian bagi hati
dan cara menilai kita terhadap apa yang kita lihat, dengar, rasakan dan temui..? sudahkah
kita benar-benar membuka pintu gerbang kefitrian diri setelah sebulan penuh berpuasa dan
merangkai jalan menuju kefitrian..?
tanyakan lagi kepada diri kita sendiri, telah menemukan apa di sebulan perjalanan letih
lapar haus di romadhon..? hanyakah lapar dan hauskah yang engkau peroleh kemudian sama
sekali tidak menemukan makna tersembunyi dari puasa dan idul fitri..?
sudah luluh lantakakkah dosa-dosa dan maksiatmu sehingga kau yakin dan berhura-hura
kemudian melampiaskan hasrat yang kau pendam setelah Romadhon..? yakinkah engkau dengan
sebulan puasamu itu engkau benar-benar fitri..? benar-benar menemukan sebuah pemahaman baru
tentang dirimu sendiri, tentang khasanah kehidupan, tentang ayat-ayat Alloh swt yang tiap
hari kita temui namun luput kita pahami dan hikmahi, tentang keindahan ajaran dan kasih
sayang Rosululloh saw terhadap sesama dan terhadap siapa saja.     Alloh swt mewajibkan kita
berpuasa bukan hanya demi sebuah ritual peribadatan semata, romantisme keagamaan semata,
namun juga merupakan sebuah pelajaran yang tidak akan pernah putus dan selalu baru, selalu
berbeda ditiap suasana romadhon yang dialami dan dijalani oleh setiap masing-masing pribadi
yang menjalaninya. Puasa Romadhon adalah sekolah panjang tentang bagaimana kita memahami
diri dan kehidupan sosial disekitar kita. Bukan hanya tentang menumpuk pahala pribadi namun
juga yang lebih utama adalah soal kepekaan kasih sayang kita terhadap kehidupan sosial kita
dan tekad bahwa kita benar-benar memulai perjalanan hati kita hanya menuju Alloh swt.
Romadhon adalah perenungan sangat dalam dan jauh bagi diri sendiri, adalah hamparan lautan
luas, lautan ilmu dan keindahan.     Adalah ruang ujian bagi kedewasaan kita,
kesanggupan kita mengenal perkara, memenejemen kehidupan agar baik, benar dan indah.    
Adalah metode bagi kita untuk mengukur sampai sejauh manakah kemampuan kita memanajemen
hati dan hidup dan hawa nafsu kita sendiri, perenungan tentang bagaimanakah kwalitas ibadah
kita, apakah  kwalitas kita dan ibadah hanya sebatas perdangangan untung-rugi, takut, butuh
ataupun benar-benar mencintai, serta semakin kuatnya kepekaan kasih sayang kita dan
penghancuran ego diri kita agar menemukan kita lahir kembali dalam kondisi yang fitri.   
Alloh swt melalui puasa juga mengajarkan untuk memaafkan, sabar, mengerti batasan dan
benar-benar mengerti makna dari “wa khoirul umuri ausatuha”, bahwa sebaik-baik urusan
adalah tengah-tengah, dan untuk menemukan kefitrian kita kembali ditengah perjalanan haus
dan lapar selama Romadhon, juga mengajarkan kita untuk selalu memaafkan dan berpuasa
terhadap apapun saja yang menjauhkan kita dari Alloh. 
Namun kita selalu luput membaca pertanda, salah menerka dan membaca ayat-ayat Alloh yang
tidak tertulis dan berhura-hura serta melampiaskan diri setelah Romadhon berlalu menyangka
dengan sebulan puasa kau telah benar-benar sanggup mengalahkan hawa nafsu, sudah benar-
benar kita jinakan syahwat kita dan kita pun mulai yakin pada diri kita sendiri bahwa kita
benar-benar telah fitri.   Tidak saudaraku…, perjuangan tidak berhenti disitu, perjalanan
tidak berhenti di keindahan idul fitri, perjalanan masih begitu panjang, penuh tantangan
dan keindahan.  Sebab Romadhon dan idul fitri adalah gerbang baru, babak baru dari
kehidupan selanjutnya, romadhon adalah saat kita menemukan titik balik bagi kita agar
benar-benar berujung pada kefitrian.  Sedangkan puasa dan kemudian idul fitri mustinya
adalah terbukanya cakrawala ilmu dan pemahaman agar lebih santun dalam menghadapi proses
kehidupan selanjutnya.   Puasa dan  idul fitri mengandung pengertian yang mendalam bahwa
memaafkan itu tidak hanya ketika idul fitri itu tiba, maaf dan memaafkan kapan saja tanpa
perduli ruang dan waktu.  Dan pada intinya Romadhon dan idul fitri mengajarkan kita untuk
tidak menilai sesuatu dengan kebencian, untuk tidak memulai sesuatu dengan kebencian,
memutuskan sesuatu dengan iri dengki, su’udzon dan kebencian.Ini berlaku dalam hal apa saja
dalam seluruh proses kehidupan yang kita jalani,
dan Alhamdulillah wasyukrulillah, mari kita syukuri bahwa Alloh swt  sangat menyayangi
kita, begitu mengurusi nasib kita, sehingga kita masih dibukakan dan dipertemukan kembali
dengan Romadhon, idul fitri, dengan pintu-pintu rahmat dan ampunan, serta apapun saja yang
semuanya merupakan rahmat Alloh yang sudah begitu lupa kita syukuri.
dan semoga kefitrian kehidupan kita di nafkahi RohmanRohim Alloh swt dan Syafa’at
Rosululloh saw. kullu aamin wa antum bialfi-alfi khoir.  Alloh ya Hafied, Allohul Kaafi
,ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
Sabar itu bukanlah hanya diam saja dan menunggu datangnya keajaiban yang akan merubah
hidupmu, namun sabar itu ialah melakukan segala sesuatu yang kita bisa untuk merubah dan
memperbaiki keadaan diri dan kondisi di sekitarmu, kemudian sesudah itu memasrahkan
semuanya kepada Alloh swt, jadi inilah yang kemudian menjadi inti dari tawakal.

ANGKRINGAN SUFI
Bismilahirohmanirohim    :
Cinta itu kata kerja, mencintai itu…….?.
Kang  Sarengat    :Kang apakah berbeda makna  antara “fitri”  dan  “kasih sayang”..?
Kang  Hakekat     : Beda yang bagaimana yang kau maksudkan saudaraku..?        
Kang  Sarengat    : Beda  kok bagaimana, beda ya berbeda pengertian, beda penjelasan kang.
Kang  Hakekat    : Bagaimana jika Berbeda bentuk hehe....?
Kang  Sarengat    : Lho, memang Keftirian dan kasih sayang ada bentuknya to kang..?
Kang  Hakekat    : Nah ini, makanya janganlah engkau menilai segala sesuatu dengan cara
pandang dan cara menilai materi, cobalah naikan dengan cara rasa, roso,perasaan dan hakekatnya
Kang  Sarengat    : Hehehe… lalu apa bentuknya kang..? berbentuk gas atau cairan..?
Kang  Hakekat    : Hahaha…berbentuk perbuatan dan kemauan merubah sesuatu.
Kang  Sarengat    : Maksudnya kang..?
Kang  Hakekat    : Maksudnya jika kita hanya bertahan pada cinta semata tanpa mau        
mencintai, hanya pada kasih sayang semata tanpa mau menggali kasih
sayang menjadi mengasihi, maka kita hanya akan jadi bentuk padat semata
keras semata, kaku, kolot dan pada ujungnya akan mendidik kita kepada
rasa takut yang berlebihan terhadap kehilangan dan apa saja, takut pada
perubahan, perbedaan dan keindahan, sebab cinta itu kata kerja,  perbuatan kita yang
menjamin dan menunjukan hakekatnya.
Kang  Sarengat    : Lalu apa hubunganya dengan makna fitri dan kasih sayang Kang..?
Kang  Hakekat    : Maknanya ialah bahwa untuk benar-benar menemukan kefitrian kita yang
sejati dan utuh, kita harus mendidik hati dan hidup kita dengan kasih sayang terhadap siapa
saja, harus mendasarkan penilaian kita dengan kasih sayang, bukan dengan kebencian dan
amarah.  Bukankah Rosululloh mengajarkan kepada kita untuk mengasihi siapa saja bahkan
termasuk yang kau anggap  sebagai musuhmu..? Jika hal ini benar dan sanggup kita
jalani maka benarlah fitri  hidup dan jiwa kita dan benar-benar kita telah
menyelami makna dari  kefitrian dan Rohmatan lilalamin, jadi pada hakekatnya antara fitri dan kasih sayang itu tidak ada bedanya.
Kang Sarengat    : Oh begitu ya..ya..ya..Kang..?

0 komentar:

Posting Komentar