Jumat, 03 April 2015

EDISI - 04 KAMIS

Edisi, 04
Kamis 31 Jan 2013

QONA’AH BENTENG NAFSU KEDUNIAWIAN
Jiwa sifatnya suci, tapi bisa tercemar oleh kotoran-kotoran hati. Datangnya dari luar
wujudnya kebendaan dunia, orang bisa terhidar dari kotoran itu manakala sudah menepati
Stasiun (Maqom) Qona’ah. Apa itu Qona’ah, Qona’ah adalah terhentinya keinginan terhadap
keinginan yang sudah diberikan kepadanya, dan tidak ada lagi keinginan untuk menambah dari
yang sudah ada.  Abu Sulaiman Darani seorang tokoh sufi berkata “ Qona’ah adalah merupakan
sebagian dari sikap ridha, sebagaimana Wara’ sebagian sikap zuhud jadi Qona’ah adalah
permulaan Ridha dan Wara’ adalah permulaan Zuhud “.
Dalam Peradaban Tanah Jawa tersirat sebuah makna dalam di aksara-aksara Jawa yang tentunya
berkaitan erat dengan ajaran agama Islam bahkan pengejawantahan ilmu tasawuf  walaupun hal
tersebut terjadi sebelum Islam masuk ke Tanah Jawa, namun ajaran tersebut sudah diajarkan
oleh Pendahulu kita tentang akhlak mulia dan nilai luhur untuk mengenal Sang Hyang Agung.
Dengan kalimat sederhana contohya “Narimo Ing Pandum“ bahwa kalimat tersebut punya makna
agar kita selalu mensyukuri Titahing Gusti. Dengan demikian berkaitan erat dengan sikap
Qona’ah karena suatu ajaran atau sikap bersyukur kepada nikmat Allah, dan dengan bersyukur
kepada Allah itulah akhirnya manusia memperbanyak beribadah kepada-Nya.
Dan masih banyak bukti tersirat yang berkaitan erat dengan ilmu tasawuf dalam aksara-aksara
Jawa “ HO, NO, CO, RO, Dst “ di dalam aksara tersebut terkandung ajaran-ajaran pitudhuh
tutur yang berkaitan
dengan Qona’ah tadi.    Kita awali dari aksara “ HO “  HO  adalah Howo 5 (lima) Nafsu Lima 
yang selalu menggerogoti jiwa kita yaitu  :
*  Iri
* Sombong
* Wedi Mlarat
* Pingin Mulya
* Rumongso Pinter.
HO  (Howo Lima) lebih jelasnya  dalam ajaran Islam adalah RUKUN ISLAM yakni (Neguhke
Islam).    Perlu diresapi bahwa keinginan nafsu terhadap dunia ini tidak akan pernah puas,
bahkan akan membawa manusia selalu sibuk dengan urusan dunia saja, sehingga lupa dan lalai
untuk mempersiapkan akhiratnya. Jadi dalam Qona’ah juga ada 5 (Lima) unsur sebagai BENTENG

HOWO 5 (Lima)/ Nafsu Lima  keduniawian yakni :
* Menerima dengan rela apa yang ada.
* Memohon pada Allah tambahan yang pantas dan berusaha.
* Menerima dengan sabar akan takdir Allah.
* Bertawakal kepada Allah.
* Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.            
Berkaca pada 5 (Lima) unsur tersebut kita yakin bahwa Qona’ah adalah suatu sikap hidup yang
harus dimiliki oleh setiap Muslim, sebab dengan Qona’ah dapat menenangkan hati bahkan
menjadi suatu modal yang tidak mengenal habis.  Hadis riwayat Imam Thabrani dari Jabir,
Rosulullah pernah bersabda “ Qona’ah itu merupakan harta yang tak akan hilang dan simpanan
yang tak akan lenyap “ dan juga     Rosulullah SAW bersabda “ Jadilah kamu menjadi
orang yang Wara’ dengan begitu kamu menjadi orang yang lebih banyak beribadah, dan jadilah
kamu orang yang bersikap Qona’ah maka dengan demikian kamu menjadi manusia yang lebih
banyak bersyukur diantara sesama manusia “. *****
“ TUNTUNAN ISLAM “  Bahwa Islam mendidik pemeluknya agar Qona’ah, bukan berarti meyuruh
malas, lalai dan lengah. Tetapi agar supaya tidak Rakus.  Islam mewajibkan berusaha,
menyuruh umatnya maju dengan demikian akan dapat memberi bukan meminta-minta, sebab suatu
hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak mungkin ada kekayaan tanpa berusaha. Tidak mungkin
berilmu tanpa mencari ilmu, tidak   mungkin mencapai kemuliaan tanpa ditempuh jalannya.
Islam tidak melarang hidup mewah dan kaya, akan tetapi mengajarkan hidup sederhana. Dengan
kesederhana-an, maka tidak akan rakus. Orang yang bisa hidup sederhana adalah orang-orang
Qona’ah.  Orang yang Qona’ah Ia akan merasakan jiwanya menjadi lapang dengan rezki yang
diberikan Allah kepadanya dan hilang rasa tamak terhadap hal yang tak tercapai.

MUTIARA HIKMAH
“   Wahai Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara yang
akan kukabarkan berikut perinciannya dengan jelas, Kecerdasan, Ketamakan (terhadap ilmu),
kesabaran, harta benda (bekal), petunjuk guru, serta waktu yang panjang”
 “ Saudaramu adalah orang yang menolong dengan kepedulian, bukan yang menolongmu dengan nasabnya”.
 “ Saudaramu (yang sejati) adalah dia yang memberimu suri tauladan yang baik “.

ANGKRINGAN SUFI
Malam itu cuaca cerah, Sang Bulanpun sudah mulai mengintip malu dengan penghuni bumi.
Sementara di Angkringan masih pada asyik menikmati jajanan yang serba seribu murah, ramah
juga bebas berekpresi tanpa basa-basi, saat itu Kang Hakekat bertanya pada Kang Sarengat “ 
Kang Hakekat   : Kang Sampean pernah berfikir tidak besok ada Kiai yang kesasar masuk syurga.
Kang Sarengat : Oalah Kang-kang cocotmu jangan asal njeplak, kalau bicara mbok yang nalar
jelas-jelas syurga itu idaman setiap orang, kok dibilang kesasar, gimana to Sampean.
Kang Hakekat : He… he… he… Kuwi rak model kiai-kiai koyo Sampean kang, kalau model kiai
Langit tidak begitu hi… hi… hi...
Kang Sarengat : Wah… Sampean tidak waras ada Kiai langit segala, tetap tidak logis yang
Sampean sampaikan mana ada masuk syurga kok kesasar, model apa lagi Kang….?
Kang Hakekat : Jangan melotot dulu to, dengarkan… aku tak ngomong, Sampean tau makna
kalimat “ Inalillahi wainaillaihi rojiun “ Kita berasal dari Allah maka akan kembali kepada
Allah, begitu khan, Nah… mestinya kita kembali ke Allah bukan ke syurga ataupun neraka,
masalah kita mau ke syurga/neraka itu urusan Allah yang penting kita kembali ke Allah, Nah…
jadi kalau ke syurga apa namanya tidak nyasar….
Kang Sarengat : (Sambil garuk-garuk kepala) hemmm… iya ya benar juga Sampean, kenapa tidak
kepikiran hal itu selama ini ya….
Kang Hakekat   : Makanya kalau malem Selasa dan malem Kamis nongkrong di Angkringan biar
bisa ngopi he..he..he...



0 komentar:

Posting Komentar