Kamis, 09 April 2015

EDISI - 40 KAMIS

Edisi, 40 
Kamis 10 April 2014

PEMAHAMAN KEINDAHAN SEBUAH BAYANGAN
“ Sayyiduna Muhammad Rosulullah ila Al-Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Pengharapan atau optimisme…? Karena kedua hal tersebut merupakan pendorong seseorang yang
mengambil jalan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, sehingga dengan memiliki semangat
dalam melakukan ketaatan kepada Tuhan seakan merasa gampang serta enteng menanggung
berbagai kesulitan dan kesusahan. Gairah melakukan ketaatan itu wajib sebab melakukan
kebaikan itu sangatlah berat. Hawa nafsu senantiasa mengajak kepada lawan sebuah kebaikan
itu sendiri, sehingga kita punya kecenderungan mempunyai watak untuk mengikuti hawa
nafsunya. Keadaan semacam inilah yang terlepas dari pemantauan sisi lain dari kita, sebab
hal ini cukup potensi terjebak karena ada celah yang dengan sangat mudah dimasuki penyakit
bangga, penyakit ujub, penyakit agung yang menyamakan dirinya sama dengan orang-orang yang
diidentikkan dengan pemahaman sepihak, atau menyamakan dirinya sederajad karena dalam
tafsiran sepihaknya ia orang yang sudah pantas untuk bercermin menatap kerling biadab
wajahnya yang tertabiri oleh nafsunya. Atau bahkan bisa jadi mengkultuskan seseorang
sehingga muncul pemahaman yang dengan harus melalui orang yang masuk dalam tafsirannya bisa
di bilang WOW… kau hebat…. Atau dolan bareng …. sebagai bentuk rasa agungnya dalam
dirinya.Kenapa sich…sebenarnya apa yang kalian alami dan apa yang terjadi, kita boleh
goblok, kita boleh belum paham, tapi menafsirkan sesuatu ataupun memaknai sesuatu yang
perlu dengan kecerdasan rohani, yo jangan ngawur… jangan gegabah, nanti kalau di bilang Asu
marah…padahal bisa jadi kita jauh lebih buruk dan hina dari Asu tersebut. Sebab apa…? Dan
kenapa ketika mengalami hal yang demikian tidak dirohanikan…. Benarkah ini demikian kenapa
tidak timbulkan sebuah pertanyaan “ jangan-jangan ini nafsuku”  kenapa kita bangga, kenapa
kita terbuai dengan munculnya pemahaman indahnya sebuah bayangan disaat terbaring-nya anda
ataupun disaat apapun.     Dan yang perlu ditandaskan, bahwa semua pasti mengalami mimpi atau
bahasa GR’nya isyaroh / petunjuk,  itu hak setiap manusia yang di ciptakan oleh Allah, tapi
ya coba mulai sekarang, pikirkan dulu renungi pahami semaksimal mungkin, karena bisa jadi
itu bukan petunjuk apa-apa, tapi kadang kita bangga, GR merasa sudah mendapat petunjuk,
petunjuk Iblis iya….? Bukan berarti tidak boleh matur sama  Mursyidnya  akan  tetapi  ada
Filter mestinya dalam setiap diri kita masing-masing. Kenapa demikian bukan apa-apa,
permasalahannya ketika kita sedikit-sedikit matur/ menghadap timbulnya justru tidak
dewasa-dewasa, gampangnya bicara, bisa jadi ketika anda mau makanpun harus menghadap tanya
sama Gurunya,  “saenipun kulo masak nopo dinten niki yi…” selak modar… !!!, mbok yao coba
kita cerdas sedikit, jangan pernah kita bergelut dalam sebuah kubangan ilusi yang seakan
membumbung tinggi di awan menatap keindahan namun itu hanyalah sebuah bayangan, itu
hanyalah pemahaman kosong yang mengangan-kan sebuah pemahaman semu sama halnya kalian makan
roti tapi itu dalam mimpi, lebih baik kita makan singkong akan tetapi nyata. Biarlah entah
apa itu namanya, mimpi kek, isyaroh kek… yang tau hanya kalian dan Mursyidnya saja, lantas
jangan menyamakan atau bahkan berke-inginan biar seperti orang lain, kalian punya jalan
sendiri, kalian punya cara sendiri dan kalian punya demensi hening sendiri dalam setiap
menapaki sang waktu. Tidak bisa engkau paksakan untuk menjadi yang bukan dirimu sendiri. 
Ciptakan sebuah nuansa gairah baru yang tidak harus sama dalam menjalani  semua   itu,
Yang tidak harus berpatokan pada orang lain, sebab bisa jadi orang yang kalian anggap baik
atapun punya nilai lebih, bisa jadi justru orang yang lebih sesat dan lebih biadab. Oleh
karenanya jadilah diri anda jangan pernah jadi siapa-siapa, dan janganlah dengan mudah dan
gagahnya menafsirkan segala sesuatunya dengan keinginan nafsunya. Makanya setiap ada moment
penting baik dalam ang-kringan, Jabarantas, lebih-lebih dalam majelis yang sudah di
jadwalkan, itu camkan, pahami betul rahasia dibalik rahasia, pengertian dibalik
pengertiannya agar menim-bulkan pemahaman serta khasanah yang cerdas, sehingga kita tidak
GR dalam memaknai apapun yang memang benar-benar masih jauh dari jangkauan kita walau
dipaksa. Atau bisa jadi  justru  ujub  kita,
Nah jika demikian justru telah cacat segala sesuatu yang telah kita kerjakan, sebab kita
sudah merasa bangga, agung atas apa yang kita peroleh dan kita kerjakan, dan sesungguhnya
yang demikian meng-halangi pertolongan dan pengukuhan dari Allah Ta’ala, bahkan bisa jadi
dihinakan. Nabi Isa A.s pernah berkata dengan pengikutnya “ Hai golongan hawariyyin..!
banyak lampu yang mati sebab angin.  Banyak orang yang rusak ibadahnya karena ujub
(bangga). Gunakan rasamu bukan bayanganmu, namun disisi lain ini adalah persembahan rasha
syukur yang dalam ketika kita dan diantara kita masih saling datang dan minum kopi bersama
artinya itulah keindahan yang mendatang-kan panorama baru lewat rasha kita masing-masing.

DIMENSI HENING
Musuh-musuhmu adalah penyakit bagimu, dan dengan menjauh dari mereka, maka kau akan
mendapatkan kesembuhan.
**Semoga Allah melindungimu dari bidikan anak panah mereka, Sungguh naif orang yang membidikan anak panahnya ke bulan.

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim
TIGA JENIS MANUSIA
Alunan musik kitaro mewarnai heningnya angkringan menambah suasana menjadi serasa lebih
menyayat perhatian masyarakat angkringan yang lagi pada asyik dengan obrolannya. Ketika itu
Kang sarengat nampak mengerutkan dahinya, ia justru pikirannya sedang sibuk mencari
pemahaman tentang tiga jenis manusia yang selama ini mengganggu pikirannya.
Kang Hakekat    : Kang… dari tadi tak amati kok… kaya orang gusar dan kadang bingung sendiri, ada apa tho…
Kang Sarengat    : Hemmm… gini Kang, aku lagi agak sedikit bingung tentang tiga jenis
manusia yang pernah Sampean sampaikan, jane… penjabarannya bagaimana tho Kang….
Kang Hakekat    : Oalah… begitu, jadi itu tho yang membuat Sampean kaya orang bingung mikir
penjabarannya, santai aja Kang di cicipi dulu kopinya biar tidak salah paham, hehehe….,
Jadi begini bahwa tiga jenis manusia itu ada manusia yang sejenis Nabi Musa, yakni dengan
segala kepasrahannya yang totalitas Ia telah percaya dan taat Pada Tuhannya, kemudian jenis
manusia umatnya Nabi Musa, yang kadang percaya dan kadang tidak percaya walaupun disitu
telah ditampakkan keagungan dan kekuasaan yang di sembah Nabi Musa. Dan yang selanjutnya
adalah jenis manusia Fir’aun, manusia yang jelas-jelas tidak percaya walaupun mau
ditampakkan keagungan Tuhan atau tidak, tetap tidak percaya.
Kang Sarengat    : Oalah begitu tho Kang…. Terus ketika kita berada pada umatnya Kanjeng
Rosull bagaimana Kang…apa kita juga bisa dikatakan seperti umatnya Nabi Musa.
Kang Hakekat    : Yo bisa saja, sebab sudah jelas-jelas bahwa sholawat itu adalah seruan
bahkan perintah Allah, tapi  tetap saja banyak juga yang anti terhadap Sholawat, tapi
anehnya minta syafa’at khan justru manusia paling aneh…dan lucunya lagi tidak mau ikut
aturan di sebuah majelisnya akan tetapi pingin gondelan sarunge khan.. edan itu namanya.
Kang Sarengat    : Sambil nyengir tapi sudah tidak penasaran dengan penjabaran Kang Hakekat,
dan lumayan agak tersindir hemmm…(maturnuwun Kang)





0 komentar:

Posting Komentar