Jumat, 03 April 2015

EDISI - 10 BURDAH

Edisi  10 Burdah
Kamis 6 Maret  2014
                   
“NGERTI APA ENGKAU TENTANG RAHASIA.?????”
Huwal Habibbul ladhi turja syafa'atuhu Li kulli hawliin minal ahwali muqtahami
 Adatka haaliya la sirri bi mustatirin Anil wushati wa la da-i bi munhasimi
 (Engkau tidak akan pernah mengerti tentang derita cinta yang  kualami
 dan segala rahasiaku tentang cinta ini
 telah tersingkapkan bagi pengadu domba dan pencaci maki namun mereka tak mungkin
menyembuhkan sukacita derita cinta ini)       
Sekarang engkau sudah tahu atau sedikitnya memahami tentang derita apa yang dialami
masing-masing individu, rahasia telah terkuak, tersingkapkan, bahwa segala hal perbuatan di
dunia itu mengandung resikonya masing-masing, memuat kandungan kepentingannya masing-
masing, dan pada ujungnya nanti akan jadi sebuah beban yang kian lama kian menumpuk di hati
dan pikiran kita masing-masing, menumpuki ruang hati, pikiran dan kejernihan cara berpikir
dan jernihnya hati nurani. Sementara itu hanya sedikit dari kita yang mulai perlahan
menyadari bahwa yang benar-benar tidak mengandung resiko, tidak menumbuhkan beban, tidak
akan tersesat dan akan menimbulkan ketentraman luar biasa dunia-akherat hanyalah mencintai
Alloh dan Rosulululloh Saw dengan apa adanya kita, dengan kesederhanaan kita, tanpa harus
dipamerkan dan diceritakan kepada orang lain dan siapa saja, sebab nanti dan akhirnya tidak
ada lagi yang bisa kita andalkan untuk menolong nasib kita dunia akherat selain Rosululloh
dan indahnya cinta kita kepada Alloh dan Rosululloh, jadi mulailah untuk tidak berharap
kepada siapapun saja kecuali Alloh dan Rosululloh. Alloh menciptakan kehidupan, mengaturnya
sedemikian rupa bukan tanpa maksud atau agar kita hanya kebingungan semata. Alloh
menciptakan kehidupan itu agar kita memanajemen kehidupan kita supaya jadi baik, benar dan
indah dunia akherat, untuk merakit kehidupan yang selanjutnya yakni kehidupan akherat yang
sebaik-baiknya. Dan untuk selalu belajar dan belajar agar kita memahami diri kita sendiri
,orang lain dan kehidupan sekitar kita, ini yang disebut syafa’at Rosululloh (kemampuan
kita untuk belajar, berbagi, dan memahami adalah bagian dari Syafa’at dan Rohmah, sebab
apalah kita ini tanpa kasih sayang Syafa’at Rosululloh dan kasihsayang RohmanRohimNya
Alloh) jangan hanya kecurigaan yang kita pelihara dan kembangbiakkan, toh pada akhirnya itu
justru akan membebani kita dengan permasalahan baru, sementara permasalahan-permasalahan
lama belumlah kita tuntaskan sepenuhnya, belum kita Khalifahi sebaik-baiknya, karena kita
terlalu sibuk menilai salah-benarnya orang lain. Sampai-sampai kita ini lupa, apakah kita
sudah baik, benar dan indah bagi kehidupan sekitar kita atau tidak. Bukankah kehidupan di
dunia itu adalah pertemuan dua arus, yakni arus kehidupan dunia dan arus kehidupan akherat,
jika dikeduanya kita temukan keseimbangan niscaya akan kita temukan ketentraman, oleh sebab
ketika kita meyakini dengan sepenuh-penuhnya hati, jiwa dan cinta bahwa “innalloha wa
rosuulalloh ma’anaa” sesungguhnya Alloh dan Rosululloh bersamaku selalu (ini disebut
berDzikir dan berSholawat, dimanapun kita berada,mengingat, mengikutsertakan dan
bekerjasama dengan Alloh dan Rosulululloh itu kita berarti sedang berDzikir dan
berSholawat), namun jika tidak jua kau pahami konsep ini maka selamanya Engkau tidak akan
memahami indahnya suka cita derita cinta para Auliya’, Darwis, Mursyid, dan orang-orang
suci lainnya, selamanya kita hanya akan mengetahui sebuah rahasia dari kulit luarnya saja
bukan sejatinya rahasia cinta kepada Alloh dan Rosululloh. Kita akan selalu saja
salahpaham,mencerca,menghina atau bahkan mengadu domba diantara sesama kita, jika kita
selalu mengedepankan rasa iri dan salah paham dengan apa yang dilakukan, diperoleh dan apa
yang jadi rahasia orang lain yang kebetulan kita ketahui meski cuma sedikit dan tidak ada
jaminan bahwa kita mengetahui dengan jelas dan pasti tentang hal tersebut, engkau mungkin
mengetahui sebuah rahasia, atau tentang rahasia yang dipegang teguh oleh seseorang dan
engkau tidaklah layak untuk menghinanya. Sebab apa yang kau ketahui tentang sesuatu yang
engkau anggap sebagai kebenaran hari ini belumlah tentu jadi jaminan bahwa kita
memahaminya. Belum tentu besoknya itu kita yakini sebagai sebuah kebenaran yang sebenar-
benarnya dan toh belum tentu juga benar-benar mengerti dan memahami rahasia yang kebetulan
kau ketahui tersebut.
Filosofi islam mengajarkan kita untuk “ bertabayyun, bermusyawarah ” terhadap sesuatu yang
samar atau kita ragukan kebenarannya, bukan mengadu domba atau menghinanya.
Namun mungkin kita ini memang hebat dalam hal salah paham, membaca sedikit, mengerti
sedikit, memahami sedikit saja sudah sok-sok alim dan menganggap semua orang yang tidak
sependapat dengan kita pasti salah dan tersesat. Rendah hatilah, renungilah semua dahulu
semua hal yang kau alami dan kau temukan kemudian kembalikan kepada Alloh pengatur dan
pemilik semua hal. Jangan sampai hidup dunia akherat kita di ”Kartu Merah” oleh Alloh dan
Rosululloh sebab kesalahan kesalahan yang terus kita lakukan dan yang kita anggap tidak
seberapa namun tak kunjung jua kita taubati. Alloh ya Hafied, Allohul Kaafi, ketentraman
bersama kalian.

DIMENSI HENING
Suatu kali ada yang bertanya kepada seorang syeikh tentang cara mencapai Alloh “Jalan
menuju Alloh,” syeikh itu menerangkan, sama banyaknya dengan jumlah mahluk ciptaan, tapi
ada jalan terpendek dan termudah, yaitu melayani sesama, tidak mengganggu orang lain dan
membuat mereka bahagia”.
~ Syeikh Abu Sa’id Abil Khair
**Jika seseorang berkata: “ Betapa mulianya engkau.! ” dan ini lebih menyenangkanmu dari
pada perkataannya, “ Betapa buruknya engkau.!” ketahuilah bahwa engkau masih tetap seseorang yang buruk ”
~Syeikh Sufyan Al Thawri

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim :
Pertemuan Dua Arus. (Bagian Ke-Dua)
Kang Sarengat : Jadi bagaimana penerapan dan kelanjutan obrolan kita kemaren Kang..?
Kang Hakekat :  Obrolan yang mana yang engkau maksudkan, kayanya kita ini sudah mengobrol ribuan kali bahkan tak terhingga.
Kang Sarengat : Allohu Robbi, kenapa engkau jadi pelupa kang.? itu tuh bagaimana caranya
dan kelanjutan dari Konsep Pertemuan dua arus itu maksudku.
Kang Hakekat :   Hehe, aku tidak lah lupa saudaraku, aku hanya ingin tahu sampai dimanakah
tingkat penasaran dan pencarianmu…hehe…
Kang Sarengat : Menarik nafas dalam dalam dan tersenyum malu.
Kang Hakekat   : Saudaraku, bukankah telah dicontohkan oleh penolong nasib kita dunia
akherat Baginda Rosululloh tentang bagaimana cara untuk menemukan keseimbangan bagi diri
dan kehidupanmu.? aku malah jadi ragu,jangan-jangan kamu itu cuma mengambil contoh dan
sunah enak dari semua sunah yang di ajarkan oleh Rosululloh..?
Kang Sarengat : Bengong dan mendadak membisu…..
Kang Hakekat  :  Saudaraku, keseimbangan hidup kita dunia akherat itu hanya bisa kita
capai, kita temukan dan terapkan dengan menempa diri dan meyakini bahwa Alloh wa
Rosulullohi ma’anaa.
Kang Sarengat  : Lalu kalo begitu apa hubungannya dengan perjalanan Musa Kalimulloh  Kang.?
Kang Hakekat :    Baiklah, kita persingkat, kau tentunya tahu bahwa ketika Musa a.s bertemu
dengan  Khidir a.s, ada tiga hal besar yang dilakukan oleh khidir  yakni....
Kang Sarengat   : Membunuh anak kecil, membocorkan perahu dan menegakkan dinding yang hendak rubuh.
Kang Hakekat   :  Tapi tahukah engkau makna dari ketiga hal tersebut..?
Kang Sarengat  : Mengelengkan kepala pertanda tidak tahu
Kang Hakekat  :  Baiklah kita urai satu persatu, makna ”membunuh anak kecil” adalah
kekanglah NafsuSyahwatmu,cara berfikirmu,cara menilaimu akan sesuatu yang mengandalkan rasa
senang dan tidak senang, untung rugi, dipuji atau dicaci yang mengakibatkan dirimu laksana
anak kecil yang menangis ketika disapih oleh ibundanya dan ketika menginginkan sesuatu tak
pernah berfikir efek manfaatnya tapi berdasarkan kesenangan, terus menangis cengeng ketika
sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginanmu, kau pahamilah itu dahulu, lain waktu kita lanjutkan
Kang Sarengat : Semakin menunduk dan membisu…!!!

0 komentar:

Posting Komentar