Jumat, 10 April 2015

EDISI - 23 BURDAH

Edisi, 23
Burdah 6 Nopember 2014

"Penyesalan adalah sebuah Ilmu” Shollahu ala sayyidinaa Muhammad.
Wastafrighid dam'a min 'aynin qodim-tala-at Minal maharimi wal zam himyatan nadami
(Dan mengalir dari kedua mataLinangan airmataatas dosa-dosa dan penyesalan
dan berharap memperoleh perlindungan(Ampunan).
Penyesalan tumbuh dalam diri seseorang dikarenakan macam-macam hal,entah
karena kecewa,kejenuhan terhadap kondisi pribadinya ataupun tumbuh karena takut jika suatu
saat dosa-dosa dan perbuatan buruknya,menagih pertanggung jawaban entah didunia ataupun
diakhirat kelak.Penyesalan yang tumbuh pada diri seseorang tidak semata-mata tumbuh karena
dirinya sendiri namun juga karena RohmanRohim Alloh yang terus menaburi seluruh alam, dan
juga pertanda Alloh memenuhi Hak-Nya terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Penyesalan
adalah juga bagian dari perjalanan panjang seorang anak manusia dalam menemukan dirinya
sendiri,kearifan dan kedewasaannya menyikapi kehidupan serta bertauhid kepada Alloh-nya.
Penyesalan adalah ilmu,adalah rahmat,adalah berkah jika seseorang mampu mendayagunakanya
untuk menemukan dan merubah diri menjadi lebih baik,lebih benar dan lebih bermanfaat bagi
kehidupannya. Namun bisa juga menjadi sebuah adzab,sebuah istidroj jika yang bersangkutan
hanya menyia-nyiakanya tanpa mau mengambil hikmah dari tumbuhnya penyesalan didalam hati
terdalamnya. Penyesalan adalah bagian dari fitrah sebagai manusia,adalah sebuah paket yang
Alloh kirimkan kedalam hati manusia yang harus dikhalifahi agar tumbuh berkah bagi dirinya
dan kehidupan sekitarnya. Dan agar manusia mau memahami dan mengerti hakikat dari sebuah
kebaikan,kesalahan dan keindahan manfaat yang kan membuatnya lebih arif dan tertata
dalam melakukan sebuah perbuatan.Namun toh kehidupan tidaklah hanya berujung kepada sebuah
penyesalan semata,akan percuma menyesal saja,percuma saja  kesana-kemari mencari ilmu,jika
hanya berakhir pada sebuah penyesalan,sebab jika hanya menyesal saja tanpa mau mengolah
penyesalan itu menjadi energi untuk menjadi lebih baik, benar dan indah dari sebelumnya
serta hanya bersabar saja menunggu pertolongan tanpa mau mengerjakan dan mengusahakan
sesuatu menjadi lebih bermanfaat,maka hanya menjadi orang yang sia-sia, “minal khosirin”
termasuk orang-orang yang merugi. Penyesalan itu timbul dari kejenuhan akan kondisi dan
kenyamanan diri sendiri dalam menjalani proses kehidupan.Penyesalan hanya akan berhenti
pada rasa menyesal semata,jika tidak ada itikad untuk menghikmahi kesalahan,mengkhalifahi nafsu.
kebaikan dan ilmu-ilmu yang diperolehdan penyesalan adalah kondisi ruhaniah yang terbangun
dari berbagai macam elemen,unsur dan faktor yang datang dari dalam diri seseorang,
disebabkan kesadarannya yang terus berkembang, dari kemampuan dan keuletannya mentafakuri
segala kondisi yang dihadapinya dan harusnya ujung dari penyesalanya ialah pasrah dan ridlo
terhadap Alloh dan berharap Alloh tidak marah terhadap hidupnya. Yang perlu dipahami
darinya,apakah penyesalan atas kesalahan itu benar-benar datang dari hati nurani ataukah
hanya karena hawa nafsu dan ketakutan semata,sebab jika hanya menyesal berdasarkan hawa
nafsu saja,maka akan berkemungkinan tumbuh lagi keinginan untuk mengulangi perbuatan dan
kesalahan yang sama dan akan kembali jatuh kedalam lubang yang sama,untuk itu dibutuhkan
ilmu,dibutuhkan seni untuk mengenali diri sendiri(Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu-
dengan mengenali dirimu maka akan mengenal Robb-mu),ini adalah sebuah ilmu,sebuah seni yang
jika terlalu kaku dalam memahami dan menerapkanya maka tidak akan ketemu iramanya). Ilmu
dan terus belajar dibutuhkan dan sangat penting bagi seseorang untuk benar-benar membedakan
mana baik-benar-indah,untuk memilah bahwa hal ini datang dari hatinya ataukah hanya bisikan
nafsunya,ilmu itu sebuah kerja nyata yang tidak hanya bisa didiamkan saja kemudian akan
tumbuh kebaikan dan manfaat dari dalamnya. Ilmu hanya bermanfaat jika seseorang mau mencari
dan terus menggalinya dan mentafakurinya. Dan jika tafakur mandek maka yang akan berperan
adalah tingkat ketaqwaan seseorang,dan ketaqwaan itulah yang nantinya akan membuat
seseorang menjadi lebih menep,menjadi lebih arif,lebih tertata,menjadi lebih narimo dan
ridlo terhadap kondisi yang ada. Taqwa menjadi sangat penting sebab seluas apapun ilmu
seseorang tidak akan membawa manfaat apapun bagi dirinya dan sekitarnya jika taqwanya masih
belum tumbuh dijiwanya,dihatinya,yang pada akhirnya justru malah akan membuatnya meratapi
dan menyesali kesalahan penerapan ilmunya.
Dan hakikat hidup manusia tidaklah hanya berujung pada kebaikan pada dirinya semata,pada
penyesalannya atas kesalahan dan dosa-dosanya,namun juga berbagai macam unsur yang harus
terus digali,dikhalifahi dan dihikmahi,dan hakekat kehidupan juga adalah soal memahami
berbagi unsur yang membentuk kepribadianya yang menumbuhkan cara seseorang untuk lebih arif
dan kreatif dalam menjalani kehidupan itu sendiri.Alloh swt Maha Luas dan menganugerahkan
keluasan tiada terkira bagi manusia,namun kadang manusia yang mempersempit  dirinya sendiri
dengan mengkotak-kotakan penilaiannya sendiri,dengan emosi kemarahannya dan dengan
kesombongan ilmunya yang tidak seberapa,yang justru pada akhirnya akan menumbuhkan
kekecewaan dan penyesalan dikemudian harinya. Teruslah berguru dan jangan berhenti belajar.
Alloh ya Hafied,Allohul Kaafi,ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
* Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu-dengan mengenali diri maka akan mengenal Robb-
mu,ini adalah sebuah ilmu,sebuah seni yang jika kita kaku dalam memahami dan menerapkannya,
maka tidak akan ketemu iramanya).
** Jika tafakur mandek maka yang akan berperan adalah tingkat ketaqwaan seseorang,dan
ketaqwaan itulah yang nantinya akan membuat seseorang menjadi lebih menep,menjadi lebih
arif,lebih tertata,menjadi lebih narimo dan ridlo terhadap kondisi yang ada.

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim:”Kullu wasyrobu wala tusrifu”
Kang  Sarengat    : Kang jelaskan tentang sebuah hal..
Kang  Hakekat    :Hal apakah itu,kok kelihatannya penting banget..?
Kang  Sarengat    :Nganu kang.
Kang Hakekat    :Nganu apa ..?
Kang  Sarengat    :Apakah baik saja sudah cukup untuk menjalani hidup kang..?
Kang  Hakekat    :Cukup dalam hal apa maksudnya.
Kang  Sarengat    :Hehe...,ya sudah pas atau belum begitu..
Kang  Hakekat    :Hahaha,pas dalam hal apa dulu..?
Kang  Sarengat    :Wah malah takon wae,pie tho jane..???
Kang  Hakekat    :Lha pertanyaanmu aneh begitu kok,cukup atau tidak,kan dirimu sendiri
yang mengaturnya,tidak perlu lagi ditambah teori lagi.
Kang  Sarengat    :Yo apakah kita harus baik saja ataukah sekedar baik terhadap sekitar kita
 ataukah harus bagaimana gitu kang..?
Kang  Hakekat    :Hemmm..,menurutku hidup itu harus komplit,jadi tidak hanya harus baik
namun juga harus benar,harus manfaat,sebab jika hanya kebaikan semata
nanti ujungnya hanya akan menimbulkan sebuah kesalahpahaman yang
akan meluas,sebab lainnya jika terlalu baik tanpa diimbangi dengan
kebenaran dan kemanfaatan,maka hanya akan sia-sia kebaikan tersebut,
bukankah makan itu baik,namun jika engkau makan dan di sampingmu
temanmu kelaparan dan engkau tidak menawarinya apakah itu benar..?!,
apakah itu indah.? Engkau beribadah dengan amat rajinnya sampai engkau
melupakan fungsi sosialmu terhadap kehidupan sekitarmu,itu baik bagi
dirimu sendiri,namun tidak baik,tidak benar menurut islam yang diajarkan
Rosululloh saw. Pahamilah ayat “Kullu wasyrobu wala tusrifu”  makan
minumlah namun jangan berlebihan”tidak hanya ayat soal makan dan
minum semata,namun ayat ini juga berkesinambungan dalam segala aspek
  kehidupan dan tidak hanya berhenti kepada soal makan dan minum semata,
  tak perlulah kuterangkan sebab engkau sudah memahaminya atau malah
akan semakin  kelihatan “kegoblokan”mu jika kuterangkan lagi.
Kang  Sarengat    :Manggut-manggut sambil nyruput kopi...


0 komentar:

Posting Komentar