Jumat, 03 April 2015

EDISI - 15 KAMIS

Edisi, 15
Kamis 25 April  2013

KENO GODA
BEGAWAN SOKO LIMO (Begawan Durno) dari kata DUR dan NO makna dari DUR (Mundur, ngunduri ,ora ono) NO adalah (Barang sing Ino) dengan kalimat tersebut mestinya kita berfikir kenapa
justru dengan sisa waktu yang ada kita justru semakin jauh dengan ajakan-ajakan ruh yang
berjalan pada kesucian, di terangkan dalam aksara Jawa “ TO ”
Tan Keno Kiniro yen uripmu
kesasar di godo syetan,  Tan kenyono yen uripmu dudu URIPMU  (sebab uripmu isih di goda
nafsu dan syetan) artinya hidupmu masih melanggar dari ketentuan-ketentuan Allah dan
Rosullnya. Karena manusia akan bisa berbuat HINA (Ino) dan bisa juga berbuat MULIA (Mulyo).
Lantas apa kaitannya dengan aksara Jawa “ SO “  SO adalah Soko Limo / anasir lima.
Dari sisi Hinanya (Inone).
*  Soko Ilmune.        *  Soko Sombonge.
*  Soko Sugihe.        *  Soko Mulyane.
*  Soko Rumangsane.
Artinya manusia akan teramat hina ketika sudah merasa bahwa kreteria diatas digunakan 
sebagai jubah kesombongan dalam dirinya untuk mendapatkan kemuliaan, serta alat penindasan
terhadap orang lain dan lupa bahwa itu semua hanya titipan dan pemberian Gusti Allah.
Kemudian Dari sisi Mulyanya (Mulyone)
    *  Soko Syareate.                    *  Soko Torekote.
    *  Soko Hakekate                    *  Soko Marifate.
    *  Soko Mahabahe karo Allah lan Rosulle.
Jadi jelas sudah ketika hal diatas kita jalankan dengan ketentuan-ketentuan yang sudah
diajarkan oleh para ulama maka kita akan menjadi     “ WO”  (Wohing Athi) buah dari
perjalanan rohani yakni akan menimbulkan/menumbuhkan WO  (Wening, Weruh dan Waskito).
Manusia kalau sudah bening (Wening) hatinya sudah tidak punya keinginan apa-apa sehingga
yang terjadi kebalikannya malah di beri apa-apa. Kalau sudah begitu maka akan Waskito
(Hati-hati) dalam segala perbuatan sehingga selalu menjaga akhlaknya, sebab Weruh (melihat)
winarah / arah yang benar. Dari hal tersebut bisa terjadi ketika ada keseimbangan antara
jasmani dan ruhani dengan cara pimpin hatimu untuk wusul kepada Gusti Allah. Dari
perjalanan demi perjalanan jangan pernah berhenti untuk selalu mencari dan mencari belajar
dan terus belajar dan jangan lupa TOMBO ATI, AHLI NGELMU KUMPULONO lebih-lebih dengan
Seorang Guru (Mursyid) karena tanpa pembimbing maka perjalanan kita akan sesat, hal
tersebut berkaitan erat dengan “ LO “   Lohing Asepi (Lohing Athi) karena akan menimbulkan
LO (Loro loponing Guru) segala balak, sakitnya  jama’ahnya di wadahi/ditadahi……..?!!!.
(Sakit luar dalam / sampai linglung). LO (Loro Loponing murid)  mestinya sebagai murid juga
harus merasakan proses menjadi murid yang meliputi Cerdas, semangat, rekoso, sabar,
sangu/bekal ikuti petunjuk Guru dan waktunya tidak sebentar (lama) karena itu syarat mutlak
ngaji. Karena LO juga mengandung makna LUMAKU yakni nglakoni, LUMANTAR karena melewati
perantara (lantaran) Gurunya dan LURUH (Lebur) menyatu dengan gurunya (Fana Bil Mursyid)
oleh karena itu jika ngaji tidak mengikuti petunjuk gurunya maka sejatinya sudah batal. 
Kalau setiap proses dijalani dengan ketekunan dan keiklasan maka sudah barang tentu maka
akan menjadi LO (Loko Joyo) kondang di bumi dan di langit.  Berkaitan dengan itu semua
bahwa suatu kemustahilan jika diri kita sendiri tidak pernah berbuat untuk berusaha
mengingat-ingat, sebenarnya ada perjanjian apa antara Ruh dengan Allah Ta’alla ketika dalam
Alam kandungan., sehingga kita jangan pernah ingkar dengan janjinya. Dari situ kita
ingatkan dengan adanya “ PO “ (Purwaning Penggalih), dengan Nyawiji, Netebi dan Meruhi isi
sakjroning Athi. Isinya sejatinya adalah aturan atau tata cara menunaikan ibadah Khaji.
Dan apa sebenarnya hakekat Khaji, hal itu sudah di jabarkan dengan gamblang pada buletin
sebelumnya tentang syimbol dan hakekat Khaji.   Artinya jika sudah bisa menempati Purwaning
Penggalih bisa dikatakan “ PUNTO DEWO “  (Orang yang sudah tidak punya mungsuh / orang yang
sudah suci).  Artinya ketika sebagai titah sudah tidak punya mungsuh berarti dengan kata
lain sudah aman. Hal itu merujuk pada aksara Jawa “ DHO “   Dho (Dhoro Muluk / keadaan
aman), Dho (Dhongo dhinongo) dan Dho (Dhongane Kamardikan). Permasalahannya apakah diri
kita sudah dhoro muluk / aman…..???. jawabnya adalah BELUM, karena kita masih tergoda nafsu
syetan. Agar aman maka kita harus mencapai dhongo kamardikan yakni memisahkan jasadnya,
nafsunya, hatinya dan ruhnya dari kenistaan sehingga tidak di cemari dosa-dosa / perbuatan
yang sifatnya mengarah pada keduniawian, maka akan kembali pada Allah Ta’alla, kalau sudah
demikian maka sudah aman. Oleh karna itu sudah semestinya kalau kita Dhongo dhinongo
(saling mendoakan) kepada sesama muslim agar menuju pada kemerdekaan,.  Cara membebaskan
dari syetan agar aman yaitu khalifahi/pimpin Jasadnya, Nafsunya, Hatinya dan Ruhnya.
MERDEKA artinya sudah tidak terjajah dan terbelenggu oleh syetan. ***&&&***
Lanjutan, 10 (Sepuluh) WASIAT ROSULULLOH
3.    Wasiat Ketiga yaitu :
a.     Barang siapa yang berpuasa pada bulan romadhon dengan menjauhi (Perbuatan) kharam
dan omongan bohong (Membual) maka Allah Maha Kasih akan meridhoinya dan mewajibkan masuk ke dalam syurga.
b.    Barang siapa mengikutsertakan puasa romadhon dengan enam hari dibulan syawal, Allah
menulis pahala baginya satu tahun penuh. 
c.    Jangan sekali-kali engkau mempergunjingkan seseorang, sesungguhnya bergunjing itu
merusak ibadah puasa dan orang yang suka bergunjing memakan makanan dagingnya sendiri di hari kiamat.
ANGKRINGAN SUFI
Terlihat ada yang aneh pada Kang Sarengat Ia seperti orang yang lagi melaksanakan puncak
laku ritual, dan gayannya seperti orang-orang qhowas  sampai-sampai bicaranya dan gayanya
sudah tiru-tiru sehingga Kang hakekat penasaran ingin menanyakan dari mana Ia berguru.
Kang Hakekat     : Kang Sampean kok aneh,   sebenarnya   siapa  Guru  yang
                             mengajarimu sampai sikapmu seperti itu.  
Kang Sarengat  : Hai Kang taukah bahwa Guruku adalah hati Nuraniku .
Kang Hakekat   : Welah...nyamari opo Kowe yakin Gurumu ati nuranimu.
Kang Sarengat  : Ya jelas aku yakinlah sebab aku sudah Wusul, tawajuh,
                           ngerti sadurunge winarah dan sudah ketemu para wali-wali.
Kang Hakekat   : Oke kalau begitu kalau memang Gurumu ati nuranimu, tapi
                           kenapa kamu maksa orang lain agar memuliakan dirimu.
Kang Sarengat  : ( Akhirnya terdiam seribu bahasa)…….?????...!!!
Kang Hakekat   : Kang buka talinganmu, apa Sampean tidak tahu kalau
syetan dengan nafsumu mau menjerumuskanmu dengan jalan yang baik, akan tetapi akhirnya
berujung pada kemuliaan pada dirinya, sekarang begini kalau memang nafsu itu jelek maka
kamu mengganggap yang menciptakan nafsu juga jelek.   Yen rumongsomu biso merangi hawa
nafsu, ngerti langit sap pitu, terus opo kanggone Al,quran dan Rosullulloh kalau kamu
membelakangi Al,quran dan Rosullulloh. Jane sing tok dadeake mursyidmu ki sopo,Kyaimu,
nafsumu, opo atimu, terus opo kowe gelem tak sebut toreqoh syaitoniyah, kalau memang gurumu
ati nuranimu tekakno ning ngarepku tak weruh seperti apa, mending kamu tidak usah cinta
dengan Allah dan Rosullnya dari pada kamu reko-reko cinta sama Allah dan Rosulullah,wah
jan… koplak tenan sampean Kang.
Kang Sarengat  : Wah apes tenan… (sambil cengengesan).


0 komentar:

Posting Komentar