Sabtu, 11 April 2015

EDISI - 29 BURDAH

Edisi 29 Burdah
12 Pebruari 2015

“NIKMAT APALAGI YANG KAMU DUSTAKAN?”
Allohumma sholli wa sallim`Ala Sayyidina wa Maulana Muhammad.
Dholamtu sunnata man ahyadh-dholama ilaAnish-takat Qodamahud-durra min waromi
(Aku telah meninggalkan perbuatan yang selalu dilakukan oleh Rosululloh sepanjang malam
yakni mencahayai dan menghidupkan gelapnya dengan banyak sujud sampai bengkak kakinya)
Yang berkembang jauh hanya kesombongan,sedangkan akal dan hati tak kunjung juga berkerjasama memahami keindahan, kenikmatan dari ibadah-ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh,yang tampaknya bersih hanyalah tampilan luar semata,sedangkan hati dan pikiran dipenuhi kotoran dosa-dosa dan su’udzon.
yang kupahami dengan sepenuhnya hanyalah keindahan dari sebuah kalimat,bukan keindahan makna dari kalimat tersebut. Yang aku tahu banyak sekali sunah-sunah Rosululloh saw,namun pertanyaan bagi diriku sendiri,sudah berapa sunah-sunah Rosululloh saw yang kutinggalkan..?lalu apa gunanya kutumpuk ilmu,jika tak mengajari diriku sendiri untuk memahami kesejatian diri..?apa gunanya ribuan dalil-dalil yang kuhafal,sedang aku tidaklah berniat memahami makna dari dalil-dalil tersebut..?sudah berapa banyak hutang syukurku kepada Alloh swt..?sudah berapa banyak hutang terima kasih kepada Alloh swt dan Rosululloh saw..?sudah berapa banyak nikmat-nikmat Alloh swt yang kudustakan..?oh alangkah gelapnya hati dan akal pikiran yang tak kumau juga meneranginya dengan banyak beristighfar dan bersholawat,alangkah sombongnya diri yang sesungguhnya hanyalah debu-debu tak berarti,hanya debu yang tak kunjung menemukan kesadaranya sebagai debu. Mestinya aku berhijrah dari kegelapan menuju cahaya,namun hijrah yang kulakukan tidak juga melangkahkan kaki untuk memulainya,tidak kemana-mana hanya berputar dalam kegelapan itu sendiri,tidak bergerak kecuali kepada kedholiman diri dan kesombongan ego diri. Syukur-syukur  jika kupahami bahwa dari kegelapan tersebut bisa kuhargai indahnya cahaya,namun toh yang kupahami hanya  kegelapan untuk meninggikan ego,menyalahkan orang lain dan meninggalkan perintah Alloh swt dan sunah-sunah Baginda Rosululloh Muhammad saw. Ya Alloh sungguh gelap akal dan sesak hati ini yang tidak diniatkan,dihijrahkan untuk mengabdi sepenuhnya kepada-Mu,padahal hidup begitu kaya dan luas dan semua elemennya adalah ayat-ayatMu.    Aku memahami apa itu syafa’at Rosululloh saw,namun enggan melangkahkan kaki untuk mencari itu dan setidaknya,agar pantas mendapatkannya,enggan untuk mencintai Rosululloh saw yang pada hakikatnya adalah pintu dari siklus perjalanan cinta suci sejati padaMu ya Alloh. Aku memahami bahwa mencintai itu mengaplikasikan hakikat dari mencintai itu sendiri,yakni setia,istiqomah,sabar,tawakal dan taqwa,namun sejauh ini apa yang telah kuaplikasikan..?jangankan mencintai,sedangkan sunah yang paling mudah yakni senyuman saja seringkali kupalsukan,jangankan sholat malam,sedangkan memahami berhenti makan sebelum kenyang saja aku masih gagap dipenerjemahan maknanya,jangankan untuk mengerti hakikat keindahan sholat yang pada intinya adalah pengaplikasian di outputnya,di perbuatan sehari-hari terhadap orang lain dan kehidupan,untuk memahami makna dari al-fatihah saja tak kunjung aku pahami. Jangankan untuk berjama’ah-bekerjasama dengan orang lain,sedangkan hati dan akalku sendiri tak kunjung juga mau bekerjasama,jangankan untuk”Moco Qur’an sak maknane”untuk punya niatan nderes dan mempelajarinya saja hampir tidak ada.
sedangkan banyak istighfarku masih harus di-istghfari,banyak sholawatku yang sangat tidak berbekas bagi ketercerahan hati,banyak dzikirku yang tidak membakar sifat syaitan yang nongkrong dengan bahagia di hati,banyak nasehat yang kuucapkan bagi orang lain yang semestinya lebih cocok bagi diri,akal dan hatiku sendiri. Yang kuinginkan adalah RidloMu ya Alloh,namun untuk meridloi keputusanMu saja rasa-rasanya belum kupahami.Alloh ya rohman laatadarni fardhan,ya Alloh yang cintaNya meluas jangan tinggalkan aku sendiri ditengah kegelapan akal dan hati,ya Alloh ajari hamba agar mampu mengajari diri sendiri agar bisa membedakan mana kegelapan mana cahaya,mana yang palsu dan mana yang sejati.
Robbi ini dholamtu nafsi faghfirlii, ya Alloh ya Robb,sungguh aku telah berlaku dholim terhadap diri sendiri,terhadap rahmatMu,ampuni aku ya Alloh,jangan tolak campakan aku dari RahmatMu yang luasnya melebihi dosa-dosa dan kesalahanku,ya Alloh ya Robb ajari aku,agar lengkap perjalananku,sempurna semua,khusnul khotimah seluruh ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh dan bertemu dengan kesejatian diri dan bergabung dengan cahaya sejatiMu,agar layak menjadi umat dari kekasihMu Rosululloh Muhammad saw dan layak memperoleh Rahmat dan ampunanMu.Wa’fuanna waghfirlanaa,warhamnaa yaa Arrhamarrohimin.Alloh ya Hafied,Allohul Kaafi,ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
* Aku memahami bahwa mencintai itu mengaplikasikan hakikat dari mencintai itu sendiri,yakni setia,istiqomah,sabar,tawakal dan taqwa,namun sejauh ini apa yang telah kuaplikasikan..?jangankan mencintai,sedangkan sunah yang paling mudah yakni senyuman saja kupalsukan,jangankan sholat malam,sedangkan memahami berhenti makan sebelum kenyang saja aku masih gagap dipenerjemahan maknanya, Jangankan untuk mengerti hakikat keindahan sholat yang pada intinya adalah pengaplikasian di outputnya,di perbuatan sehari-hari terhadap orang lain dan kehidupan,untuk memahami makna dari al-fatihah saja tak kunjung aku pahami.

ANGKRINGAN SUFI
Bismilahirohmanirohim:”NILAILAH DIRIMU SENDIRI”
Kang  Hakekat  :Coba tanyakan kepada dirimu sendiri apakah mencintai Alloh
swt dan Rosululloh Muhammad saw itu suatu kewajiban,keharusan,kebutuhan ataukah memang sesuatu yang jadi bagian siklus hidupmu..?apakah semua hal harus khusnul khotimah..?apakah memang harus kita temukan kesejatian diri..?menemukan urip sing sejati..?Golek Urip Sejati itu apakah bagaian dari perjalanan cinta sejati dan kebahagian sejati..?coba tanyakan pada dirimu sendiri dan tafakuri hal-hal sepele didalam berlangsungnya perjalanan hidupmu..?coba telusuri lagi makna dari kesehatanmu sebelum sakitmu,sakitmu sebelum sehatmu,miskin sebelum kayamu,hebatmu sebelum terpurukmu dan sadarilah kemungkinan bodohmu ditengah kepintaranmu,kemungkinan konyolmu ditengah kefasihan dalil-dalilmu.Nilailah dirimu sendiri,sebelum mulai menilai hal-hal diluar dirimu,sebelum mengucapkan sesuatu,sebelum menasehati selain dirimu. Sebab jika engkau sanggup menghargai yang sepele,yang sederhana,maka engkau akan menemukan keindahan berlipat-lipat didalam semua hal,sebab setelah engkau ridlo akan kesulitanmu maka Alloh akan memberimu keindahan kenikmatan bahagia. Cari dan temukan itu dan selamat menikmati perjalanan sunyimu saudaraku.






0 komentar:

Posting Komentar