Kamis, 16 April 2015

EDISI - 32 BURDAH

Edisi 32 Burdah
26 Maret 2015

Belajar Menjadi Angin”
Allohumma sholli wa sallim`Ala Sayyidina wa Maulana, HabibbinaaMuhammad. Wa akkadat Zuhdahu f?ha-dhorurotuhu Innad-dhorurota la ta'du 'alal 'ishomi.
(Dan dengan santunnya Beliau tetap menolak Tawaran dari gunung-gunung tersebut Bukan semata demi ke-Zuhudan saja Namun juga bukan karena terpaksa)
Zuhud menjadi sebuah kalimat dan sebuah perbuatan yang begitu menakutkan atau kalau boleh dikatakan
menjadi sebuah hal yang teramat sulit untuk dilakukan dan kadang membayangkannya saja kita sudah begitu lupa atau tidak mau sama sekali. Lawong hidup begini angel,sulit dan repotnya kok masih ditambahi dengan perkara Zuhud juga,apa tidak ada jalan lain menjalani keindahan Islam selain zuhud..?tidak adakah pilihan lain selain Zuhud dan menjalani kehidupan sewajarnya dan cukup begitu saja..? namun pernahkah selama ini kita mencoba memikirkannya dan menggali makna dari zuhud itu sendiri,meski hanya satu-dua menit..?apakah sudah begitu menakutkannya perkara zuhud itu sendiri..? bukankan keberanian sejati itu bukan tidak kenal rasa takut,namun keberanian sejati itu mengenal rasa takut dan mengkhalifahinya agar jadi manfaat baginya.  Jadi jika kita boleh takut akan perkara Zuhud,dan hanya mandek pada ketakutan itu semata dan tidak kita khalifahi,kapan akan bertemu dengan permata pelangi keindahannya..? Kita begitu mudah menyimpulkan dan cenderung berpikiran yang tidak menumbuhkan terbukanya pintu-pintu ilmu atau kalau boleh dikatakan kita ini terlalu menomersatukan ketajaman pilhan akal kita pada kalimat”Ah iki angel,ah ini sulit untuk dilakukan dan dimengerti.”Terhadap sebuah hal yang belum kita ketahui,terhadap pemahaman baru,kalimat baru,apalagi jika kalimat tersebut berhubungan dengan hal-hal bersinggungan dengan arabiah.kita menjadi begitu kerdil,malu dan tidak percaya diri dan menjadi malas untuk mencari tahu inti makna dari pengetahuan baru tersebut,ketika sudah ngomong”Ah ini sulit”,lalu apakah ada yang mudah dikehidupan ini..?bukankah Alloh swt mengajarkan kita untuk selalu berpikir,memfungsikan akal-budi sebaik-baiknya dan banyak bersyukur(Tatafaakarun-Ta’qiluun-Tasykuruun). Demikian halnya dengan pemaknaan kita terhadap zuhud,yang kita pahami dan artikan dengan-Membenci dunia,Emoh terhadap dunia,meninggalkan dunia.”Jika hanya artian tersebut yang kita camkan dan kita pahami,alangkah kerdilnya hati kita,alangkah eman-eman temen fasilitas otak dan indera lainnya yang dianugerahkan oleh Alloh swt kepada kita untuk menjelajahi langit-langit ilmu dan cakrawala pemahaman.
Alangkah tiada guna duduk berjam-jam kita bertukar wawasan dan pendapat dengan para alim dan Mursyid,alangkah tiada bekasnya sama sekali hafalan-hafalan tentang hadits dan dalil yang kita ketahui,lantas apakah Zuhud itu sebenarnya..? Sebenarnya Zuhud adalah cara berpikir,adalah pola hidup yang harus kita sinergikan dengan perbuatan kita dalam menjalani hidup,zuhud ialah juga menempatkan diri dan hati dengan tiada terbebani rasa memiliki atau mencintai dunia ataupun unsur-unsur yang menjauhkan dari kesejatian cinta kita kepada Alloh dan Rosululloh Muhammad saw.  Jadi  dalam khasanah Zuhud anda boleh kaya atau miskin,selama anda tidak terbebani akan hal-hal material yang memperkeruh hati anda sehingga jauhlah anda dari cinta Alloh dan Rosululloh Muhammad saw,justru kalau bisa,anda harus kaya berbagai macam hal entah materi,ilmu dan lain-lainnya,namun tidak tergantung dan terbebani,kaya-miskin menjadi sama saja ketika hal tersebut menjadi sebuah hal yang membebani anda dan menumbuhkan rasa cinta yang menghalangi cinta sejati kepada Alloh swt dan Rosululloh Muhammad saw.Zuhud adalah anda belajar menjadi angin,belajar menjadi air yang anda hirup dan anda minum kemudian anda lupa bersyukur terhadap tarikan nafas dan tegukan air yang menyegarkan namun angin dan air tersebut tetap tidak terbebani dan dengan santainya tetap bisa anda nikmati.  Oleh karena itu  dibutuhkan sinkronisasi antaraTatafaakarun-Ta’qiluun-Tasykuruun-berpikir merenungkan-memfungsikan akal-budi sebaik-baiknya dan banyak bersyukur,sehingga terpolakan dan terbentuk sebuah keseimbangan antara dirinya,hatinya dengan alam sekitar,benda-benda duniawi dan unsur-unsur yang semula menghalangi namun kemudian mendukungnya dan membentuk menjadi manusia yang ahsani taqwim(manusia dengan hati yang selesai-manusia paripurna) yang menemukan kesejatian dirinya dan kesejatian cintanya kepada Alloh swt dan Rosululloh Muhmmad saw.  Zuhud adalah landasan,fondasi dasar yang haruslah kuat,bukan demi apa-apa namun demi tegaknya hidup dan demi anda aman dan selamat dihadapan Alloh swt. Jadi kesimpulannya,zuhud adalah pola hidup dan cara berpikir yang bersinergi dengan kehidupan ini sendiri, sedemikian harmonisnya sehingga tiada membebani dan menggantungkan diri terhadap hal-hal yang menjauhkan dari Alloh swt dan Rosululloh Muhmammad saw dan menjadikantumbuh tegaknya kesejatian cinta kepada Alloh swt dan Rosululloh Muhammad saw dan menjadikannya manusia benar-benar ahsani taqwim-manusia dengan hati yang selesai-manusia paripurna.Alloh ya Hafied,Allohul Kaafi,ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
* Zuhud adalah cara berpikir,adalah pola hidup yang harus kita sinergikan dengan perbuatan kita dalam menjalani hidup,zuhud ialah juga menempatkan diri dan hati dengan tiada terbebani rasa memiliki atau mencintai dunia ataupun unsur-unsur yang menjauhkan dari kesejatian cinta kita kepada Alloh swt dan Rosululloh Muhammad saw.
** Zuhud adalah anda belajar menjadi angin,belajar menjadi air yang anda hirup dan anda minum kemudian anda lupa bersyukur terhadap tarikan nafas dan tegukan air yang menyegarkan namun angin dan air tersebut tetap tidak terbebani dan dengan santainya tetap bisa anda nikmati..

ANGKRINGAN SUFI
Bismilahirohmanirohim:”Sudah Tegakkah Tiangmu”
Kang  Sarengat    : Kang,apa sih maknanya sholat itu immadu-dhien..?
Kang  Hakekat    : Apa ya Kang,menurutmu sendiri apa..
Kang  Sarengat    : Mungkin begini Kang,Sholat menjadi tiang agama karena dalam sholat itu sendiri terkandung macam-macam hal dalam rukun iman dan islam itu sendiri seumpama syahadat,puasa dan sebagainya Kang,selain itu sholat juga sebagai sebentuk munajah kita kang,bener apa nggak Kang?
Kang  Hakekat     : kalau benar tidaknya ya aku tidak tahu,sebab kebenaran dan penerimaan seseorang akan kebenaran berbeda-beda,dan bukankah munajah itu bisa kapan saja dan dimana saja,dan tidak harus dalam kondisi sholat..?coba sederhanakan kalimatmu tadi Kang.
Kang  Sarengat    : Agama ibarat tubuh dan sholat ibarat kaki,kalau tiada kaki tak dapatlah  berjalan dengan sempurna,begitu mungkin Kang..?
Kang  Hakekat    : Bagus,Kurang lebih begitu kang.
Kang  Sarengat   : Lha terus tafsiran luasnya bagaimana kang..?
Kang  Hakekat    : Untuk itu,marilah kita pahami dulu apa itu Dhien itu sendiri,yang tafsirannya bukan hanya sebatas pada kata agama semata,namun dalam cakupan yang lebih luas lagi,yakni tentang pola hidup-cara berpikir dalam mengkhalifahi kehidupan,tentang tanggung jawab pribadi kita kepada Alloh swt dan Rosululloh Muhammad saw,tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain dan jika sholat kita benar-benar me-Mi’rojkan hati dan seluruh diri kita  sehingga benar-benar pasti kiblat kita hanya Alloh swt,maka dengan sendirinya hal tersebut akan menumbuhkan kasihsayang yang akanteraplikasikan kedalam kehidupan,sehingga akan tegaklah hidupnya dalam keindahan Dhien-nya dan akhlaknya yang akan menumbuhkan kepekaan pada dirinya  untuk tidak berbuat yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya dan ketenangan hatinya.   Jadi kesimpulannya sholat menjadi tiang adalah engkau menegakan keutuhan diri sehingga sempurna diri dan aman-selamat dirimu dihadapan Alloh swt  dan membuktikan kualitas cinta sejatimu kepada Alloh swt dan RosulullohMuhammad saw,jadi sudah sekarang pertanyaanya sudah tegakkah tiangmu dan tiang kita semua..?
Kang  Sarengat    : Hehe... oh begitu ya Kang... semoga bisa dan Alhamdulillah,terima kasih kang...



0 komentar:

Posting Komentar