Jumat, 03 April 2015

EDISI - 02 BURDAH

Edisi 02 Burdah
Kamis 31 Okt 2013

MANAKAH YANG KITA PILIH
Allohuma Sholli wasallim Ala Sayyidinaa, wa-Nabiyyinaa, wa-Rosuulinaa,
wa-Habiibinaa Muhammad Shollallohu Alaihi wa-Salam
“Am-habbatiir-rikhu min-tilqoo’ii ka-dzimatiin. wa-aumadhol-barqu fi-dholmaa’ii min-idhomii’.
(Ataukah karena teringat kembali dengan sejuknya angin yang berhembus                   
lembut dari arah jalan Khadzimah ataukah karena kepakan sayap-sayap kilat yang beredar terang di kegelapan Idhom)
Sang Mursyid Imam Bushiri terus bertanya kepada dirinya, hal apakah yang membuat seseorang
mengalirkan bening butir-butir air mata murni, yang tidak hanya mengalir dari dua kelopak
mata lahiriah saja. Akan tetapi juga mengalir dari mata hati nurani seseorang, Amin tadza.
Begitu tanya sang Imam, maka di bait selanjutnyapun seolah merobek kesadaran jiwani kita
untuk lebih cermat, memilah dan memilih apakah yang  memperteguh keyakinan dan itikad kita
untuk terus mencari dan mencari jalan serta sesuatu yang bisa kita tabung untuk mencapai
kualitas cinta yang sempurna kepada Alloh dan Rosull-NYa.  Namun demikianlah kita, begitu
mudahnya lupa akan yang semestinya di utamakan, karena  masih mendasarkan sesuatu pada asas
nilai perdagangan yang kita anut, sejak kita belajar memahami sesuatu, sejak masih
berfikiran akan untung  rugi, senang  tidak senang terhadap apa yang akan kita kerjakan dan peroleh.
”Am-habbatir-rikhu min ‘’. Beliau terus bertanya soal cintanya, pergulatan hati dan
nafsunya, tentang hal-hal yang setiap kitapun mengalaminya sendiri.
yang tidak bisa kita capai hanya dengan impian dan berharap. Tapi harus kita kerjakan dan
usahakan dari sekarang dan saat ini juga. Jadi mari tanyai hati kita lagi, selami seluruh
perjalanan hidup kita dari mulai kita akhil baligh sampai saat ini. Apakah Alloh sudah jadi
bagian paling penting dari irama kehidupan kita, ataukah cuma  jadi pelengkap, ataukah
menjadi penting ketika kita membutuhkan sesuatu.? Ketika diguncang sambaran kilat kehidupan
kita merengek dengan daftar doa-doa panjang permintaan kepada-Nya. Akan tetapi ketika
sedang berada dilembutnya tiupan angin kehidupan, kita cenderung lupa bahkan tidak lagi
mementingkan Alloh..? tanya dirimu kembali, apakah sudah benar-benar layak mengaku cinta
kepada Alloh dan Rasull-Nya, jika gemerlap dunia akherat masih menyilaukan dan menyesatkan 
arah perjalanan  ruhani.
Jadi sudakah Alloh dan Rasullulloh jadi yang paling penting dari hidupmu, sehingga entah
kelembutan angin dan sambaran sayap-sayap kilat tak lagi menggoyahkan hati dan ketetapan
niatmu. Sehingga doa-doamu sudah bukan lagi daftar panjang permintaan, akan tetapi sebuah
dialektika kemesraan antara mahkluk dan pencipta-Nya. Dan cintamu kepada Rasull bukan lagi
perdagangan untung rugi, akan tetapi cinta antara pemimpin dan umatnya, antara pecinta dan
yang dicintainya. Cari dan temukan, pelajari kelembutan angin Khadzimahmu, dan terangnya
cahaya kilat di gelapnya jurang Idhom hatimu. Tapi tunggu dulu apakah Kebenaran, Kebaikan
dan Cinta itu..? sudah merasuk dalam perjalanan hatimu dan juga bagian penting dari jiwamu.

DEMENSI HENING
- Berbuatlah kasih sayang terhadap sesamamu, maka Alloh akan melimpahimu dengan kasih
sayang-NYA. (Rasululloh Muhammad).
- Akar dari ketersesatan itu ada tiga, kesombongan, iri hati dan serakah, kesombongan
mencegah iblis untuk bersujud, iri hati membuat Qobil membunuh Habil dan keserakahan
membuat Adam A.S di usir dari surga.   (Imam Hasan al-bashri).
 
ANGKRINGAN SUFI
Seperti malam-malam biasanya Kang Hakekat selalu punya wacana-wacana menarik untuk
menghantarkan suasana angkringan, tapi kali ini bicaranya sungguh njengkelke dan meyakitkan
telinga, masa kita semua yang di angkringan di bilang kalah setia sama anjing.
Kang  Hakekat  :  Teryata kita ini masih kalah dengan anjing ya…….Kang……. ?!!!
Kang Sarengat  :  Yang bener saja Kang, bukankah kita sebaik-baiknya ciptaan-Nya.
Kang Hakekat   :  Iya betul  dan  itu  pasti………. Tapi   itu khan kalau iman, kita sudah
beramal dengan benar, kita  akhsani  taqwim,  tapi iman kita kan sering  kali  terpeleset, 
kita  sering  menomor satukan Ego kita dari pada Allah. Bahkan kita sering menuhankan diri
kita sendiri sehingga layaklah kita kalau di kembalikan ke asfalasaafilien.
Kang Sarengat  : Sebentar-sebentar Kang menuhankan diri bagaimana maksudnya ?
Kang Hakekat   :  Jadi  begini Kang ketika  kita  gila  hormat, membanggakan diri, takabur,
memandang   rendah  orang  lain dan bahkan merasa paling senior   diantara sesama itu
namanya menuhankan diri.Tapi sebenarnya saya tidak bicara masalah ciptaan Allah, tapi soal
kesetiaan kita yang masih kalah dengan seekor anjing.
Kang Sarengat  : Oh gitu…tho Kang ya kalau gitu memang bener Kang kita masih kalah Setia 
dengan     Qithmirnya  Ashkhabul  Kafi  yang setia menjaga di di depan goa selama 309 tahun
untuk keselamatan tuannya.
Kang Hakekat   :  He he he… betul sekali Kang, tumben Sampean lumayan cerdas juga, kalau 
kita  akui  memang kita kalah  setia  sama anjing, lebih-lebih anjingnya  Ashkhabul Kafi 
jauh  sekali  bedanya, kita khan maunya yang  enak-enak  saja, kita malas menjalankan
perintah  Gusti Allah apa  lagi hanya Mursyidnya  he he ha.. no……ora sudi tapi  anehnya
pingin syurga,kita penghianat tapi  tak  mau masuk  neraka terus
kita mau kemana,lantas dimana derajad  kita yang katanya paling
mulia di sisih  Allah, sedang  kita masih kalah sama Anjing  berarti
kita lebih rendah dari Anjing itu….???
Kang Sarengat  : Hemmm … iya Kang sambil tersenyum kecut menahan GALAU…
Kang Hakekat   : Gimana kalau gitu sakit tidak, kalau kita dibilang begitu……….???
Kang Sarengat  : Iya Kang bukan hanya itu tapi remuuuuuk… 



               

0 komentar:

Posting Komentar