Sabtu, 04 April 2015

EDISI - 23 KAMIS

Edisi,23
Kamis 5 September 2013

KEMBALI KE FITROH
Sebenarnya apa makna dari fitroh tersebut, fitroh artinya kembali suci, permasalahannya
kata fitroh seakan-akan kita dengar identik menjelang Idul fitri ataupun lebaran atau
berkaitan dengan puasa ramadlan saja.  Mestinya kapan saja kita di harapkan bisa selalu
fitrah. Nah puasa itu sendiri mempunyai makna yakni suatu proses atau jalan kembali ke
kesucian (fitroh) itu tadi. Dengan demikian untuk kembali ke fitroh mestinya bisa
menerapkan makna puasa di luar puasa dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia. Cara
menerapkan di luar ramadlan di dalam puasa harus tau  halaqoh / hubungan puasa, sehingga
dalam puasa ada beberapa cara yang harus di lakukan yakni :
-    Ada niat.    Niat harus dilakukan pada malam harinya sebelum masuk imsak.
-    Ada Imsak.
-    Hijrah.
-    Perang Badar.
-    Ada Nuzulul Qur’an.
-    Ada Lailatur qodar.
    Di dalam Lailatul Qodar itulah sebenarnya hakekat Idul Fitri, di dalam ramadhan ada
Hijrah, Perang Badar dan Fathu Makkah (terbukanya Kota Mekah). Maka sesungguhnya makna di
luar bulan Ramadlan harus ada niat.
Niat yang dimaksud adalah niatkan menjalani hidup dengan baik, niat semata-mata beribadah
kepada Allah. “ Tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah KepadaKu”.
(Adz dzariyat 56). Dengan kata lain tidak ada alasan yang membenarkan ketika kita hidup
tidak di niatkan untuk tidak beribadah.
*    Imsak.    Menghentikan dari kegiatan makan dan minum sesuai dengan batas waktu yang
sudah ditentukan, namun Imsak disini dalam merefleksi kehidupan sehari-hari adalah mencegah
perbuatan yang dilarang oleh Gusti Allah dan Rosullnya, dengan demikian bahwa hidup juga di
Imsaki yang akan membatalkan dalam kehidupan kita. Sebab ketika kita bisa Imsak dalam
kehidupan kita maka akan mendapat 2 (Dua) kesenangan yaitu, kesenangan saat berbuka puasa
dan kesenangan ketika dapat berjumpa dengan Tuhannya.  “ Puasa adalah milik-Ku dan Aku yang
akan membalas puasa-Ku  “  (Al hadist).
*    Hijrah.    Hijrah adalah suatu pergerakan bukan pergerakan fisik semata akan tetapi
Niat, Pikiran, Hati, Nafsu dan kehendak, maka kita hijrahkan kepada Allah dan Rosullya. “
Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rosullya maka hakekatnya hijrahnya kepada Allah dan
Rosullya “ (Al hadist).
*    Perang Badar.    Semua aspek kehidupan manusia  akan bermuara pada jalan kesucian
(Fitrah) itu tadi, kunci dari pada semua itu sebenarnya terletak pada  perang Badar,
hakekat perang Badar para tokoh-tokoh Sufi berpandangan mampu melawan hawa nafsu dan godaan
syetan. Karena apa, ketika mampu melalui Perang Badar maka dapat menjadikan terbukanya
pintu hatinya        ( lambang dari Fathu Makata/lambang kemakrifatan).    Oleh sebab itu
disinilah akan terjadi proses Nuzulul Qur’an.   
Nuzulul Qur’an.    Nuzulul Qur’an adalah gambaran turunnya hidayah, yakni pedoman bagi setiap
manusia (Hudal linnas) artinya berlaku kepada setiap manusia baik yang muslim maupun non
muslim. Ketika sudah mendapatkan hidayah ataupun pertolongan maka disitulah akan menemukan
malam Lailatul Qodar.
*    Lailatul Qodar.    Lailatul Qodar merupakan anugrah dari pada puasa karena di dalam
Lailatur Qodar itulah ada IDUL FITRI / FITROH. Di dalam Lailatul Qodar akan mendapat
ampunan-ampunan sehingga sudah barang tentu jika mendapat ampunan maka sejatinya akan
kembali Fitroh, oleh sebab itu bahwa dengan PUASA sebenarnya proses dan latihan manusia
untuk kembali Fitroh.  Beruntung dan bersyukur manusia yang menjadi umat Kanjeng Rosull karena di dalam
doa-Nya bahwa setiap bayi yang lahir sudah menepati fitroh-Nya, artinya ketika kita salah
dan berbuat dosa dan ketika menyadari atas kesalahan dan dosanya maka akan kembali kepada
Allah. Dan satu hal yang perlu di garis bawahi ketika hakekat PUASA di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari maka kita sebenarnya setiap hari IDUL FITRI tidak harus menunggu satu
tahun seperti yang sudah terdoktrin di kalangan masyarakat kita pada umumnya.

MUTIARA HIKMAH
Perbaikilah dirimu untuk dirimu sendiri, maka orangpun akan mengikutimu. “
“   Perbaikilah dirimu niscaya orang lain akan berbuat baik kepadamu.”Angkringan Sufi
Suasana begitu hangat dan penuh keceriaan setelah bisa berkumpul bersama teman-teman, sanak
saudara dan handai tolan dalam suasana lebaran atau yang di kenal dengan idul fitri, di
tengah-tengah obrolan yang sedang berlangsung Kang Sarengat nyeletuk melempar pertanyaan
pada Kang Hakekat.
Kang Sarengat  : Kang… kemarin ketika puasa ramadlan temanku tidak puasa, ya karena dia
bukan pemeluk agama yang diwajibkan puasa  romadlan, jujur Kang sebenarnya saya maklum
kalau dia tidak puasa tapi kenapa dia makan tidak tau tempat kesannya tidak menghormati
orang yang sedang menjalankan puasa.
Kang Hakekat  : Oh begitu…. Terus dengan pertayaan ini apa maksud Sampean mau mengadu atau
mau apa kok kelihatannya Sampean gimana kaya tidak terima gitu.
Kang Sarengat : Bukan begitu Kang, mbok yao menghormati gitulah Kang jangan asal makan, itu
artinya khan tidak punya etika dan tidak menghormati tho...?
Kang Hakekat  : He..he..he.. dengerin Ya Kang sekarang tak tanya kalau sampean puasa yang
dapat pahala siapa, yang dapat syurga siapa, menjalankan puasa penuh dengan keikhlasan itu
punya nilai yang luar biasa justru dengan kamu menjalankan kamu mendapat kehormatan dan
kemuliaan oleh Gusti Allah, lantas mau penghormatan macam apa lagi yang kamu inginkan
selain kehormatan dan kemuliaan dari Gusti Allah, mestinya Sampean itu yang menghormati
mereka-mereka yang tidak berpuasa. bukan Sampean yang seakan memaksakan mereka untuk minta
di hormati.
Kang Sarengat : Oh jadi begitu to Kang berarti paradogma yang terjadi selama ini salah ya Kang.
Kang Hakekat   : Hemmm…. Tidak salah cuma belum pada tau aja……!!!

0 komentar:

Posting Komentar