Sabtu, 04 April 2015

EDISI - 28 KAMIS

Edisi, 28
Kamis 10 Oktober 2013

PINTU GERBANG MAKSIAT
Seorang spiritual sejati yang menempuh jalan ibadah kepada Allah, maka harus pasrah secara
total. Gambarannya seperti bayi yang tidak bisa apa-apa. Tidak memiliki keinginan apa-apa
dalam kepasrahan itu, harus menjaga secara sungguh-sungguh Telinga (Pendengaran) Mata
(Penglihatan), Lisan (Ucapan) dan gerak Hatinya. Ibaratnya orang mati tapi hidup, hidup di
dalam kematian. Jika bisa menjalankan seperti itu maka Dialah orang yang menempuh
akhiratnya meninggalkan dunia. Yaitu menjadi orang yang terpilih menjadi kekasih Allah
setidaknya memperoleh gelar Sahabat Allah.  Pentingnya menjaga telinga, Mata, Lisan dan
Hati tujuannya agar nilai ibadah yang dilakukan tidak rusak. Tidak kehilangan pahala dan
tetap istiqomah dalam ketaatan. Jika sampai terpeleset maka syetan dan nafsu dengan mudah
masuk dan mengendalikan kita. Selebihnya ibadah bisa di tinggalkan bahkan tidak menutup
kemungkinan berbuat maksiat. Dan yang paling berat adalah mem-bersihkan hati dari segala
dosa, kenapa demikian…? Itulah hakekat taqwa. Imam Al Ghozali menyebutkan tingkatan Taqwa
ada 3 (Tiga) yaitu Taqwa dari syirik (Menyekutukan Allah), Taqwa dari Bid’ah, dan Taqwa
dari maksiat-maksiat cabang-cabang agama (Masalah Amaliah) Allah Ta,ala meyebutkan 3
tingkatan ini dalam satu ayat yang artinya : “ Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh
itu tidaklah berdosa mengenai apa yang mereka makan, apabila mereka bertaqwa dan beriman
serta beramal sholeh, kemudian mereka bertaqwa dan beriman, kemudian mereka bertaqwa dan
berbuat kebaikan.” Taqwa yang pertama adalah taqwa dari syirik dan iman yang menjadi
imbangannya adalah tauhid. Taqwa yang kedua adalah taqwa dari bid,ah sedangkan iman yang
disebut bersamanya adalah mengakui akidah-akidah ahli  sunah waljamaah. Taqwa yang ketiga
adalah Taqwa dari maksiat. Yang tidak ada hubungannya dengan iktikad. Jadi dalam tingkatan
ketiga ini tidak ada ikrar atau pengakuan. Taqwa yang di imbangi dengan lisan yaitu taat
dan istiqomah. Inilah merupakan ketaatan orang yang istiqomah melakukan ketaatan kepada
Allah. Ketaatan orang yang mendapatkan gelar Muttaqien. Mata. Pentingnya menjaga mata ,
karena mata merupakan pintu gerbang segala sesuatu. ia penyebab fitnah dan afat. segala
keindahan keburukan dan maksiat yang nampak, masuknya melalui mata. Terproses kedalam jiwa
mempengaruhi pikiran, mendidihkan darah dan nafsu, mangguncang hati. Ada tiga dasar yang
cukup sebagai perintah menjaga mata. Diantaranya ayat : ”Katakanlah hai Muhammad..! kepada
orang - orang mukmin supaya memejamkan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka.” Yang
demikian itu lebih bisa membersihkan diri mereka. Allah Maha mengetahui apa yang mereka
perbuat. ”Engkau apabila melepaskan pendangan matamu sebagai utusan hatimu pada suatu hari,
maka apa yang kau lihat itu tentu akan menyusah-kan dirimu. Engkau melihat sesuatu yang
tidak sanggup kau tangani seluruhnya dan untuk menangani sebagiannya engkau tidak sabar. ”
Barang  siapa Meninggalkan memandang perempuan maka Allah ta’ala akan mencicipkannya rasa
ibadah yang menyenangkan.”   Maka sebaiknya engkau memejamkan mata.
Memejamkan mata itu mengandung faedah, membersihkan hati serta memperbanyak taat dan
kebaikan.  Sebab jika tidak mau memejamkan mata dan mengumbar serta melihat apa saja yang
diukai, maka tidak akan ada manfaatnya. Malahan akan terjerumus memandang hal-hal haram.
Memalingkan pandangan mata dari hal-hal yang membangkitkan syahwat, maka akan mejernihkan
hati dan memperoleh kenikmatan beribadah.  Bahayannya mata, dalam sebuah riwayat nabi Isa
.A.S pernah berkata : “ Berhati-hatilah dalam melihat, karena melihat itu berarti menanam
syawat di hatimu.”Telinga. Menjaga telinga tentunya dari suara-suara buruk dan omong
kosong. Orang yang mendengar pembicaraan adalah sekutu orang yang berbicara mendengarkan
pembicaraan jelek dan omong kosong itu bisa menggerakan hati dan gangguan yang bermacam-
macam di dalam hati, yang kemudian menimbulkan kesibukan-kesibukan pada badan, sehingga
tidak ada waktu untuk beribadah. Pembicaraan yang masuk di dalam hati, sama dengan makanan
yang masuk di dalam perut. Jadi sebagian ada yang membahayakan dan sebagian ada yang
bermanfaat. Ada yang menjadi penguat dan ada yang bagaikan racun. Tepatnya omongan dalam
hati itu lebih kuat ketimbang makanan. Mendengarkan omongan jelek bisa tetap membekas
dihati, sehingga bisa membahayakan. Lisan.
Lisan merupakan anggota tubuh yang paling membangkang dan durhaka. Paling banyak
kerusakannya dan permusuhannya. Sebuah kata bijak mengingatkan, bahwa keselamatan seseorang
terdapat pada lisannya. Sufyan Bin Abdullah berkata “ Aku pernah bertanya kepada
Rosulullah, S.A.W “ Ya Rosull apakah yang Engkau khawatirkan atasku..? Rosullullah memegang
lisannya sendiri kemudian bersabda “ INI “.  Orang yang ahli Ibadah sekalipun jika suka
menggunjing maka akan kehilangan pahala ibadahnya dan pada akhirnya akan rugi atas
ibadahnya.   Sebuah riwayat, pada suatu malam Hatim Al Asham tidak sempat melakukan sholat tahajud,
sehingga di tegur istrinya. Lalu Hatim berkata “ Kemarin malem orang-orang tu melakukan
sholat tahajud, lalu paginya mereka menggunjingku, maka nanti pada hari Kiamat sholat
mereka akan berada pada timbangan kebaikanku. “  Keganasan lisan di gambarkan oleh Ibnu
Abil Muthie dalam syairnya “ Lisan seseorang itu bagaikan harimau dalam persembunyian,
apabila di umbar Ia akan menyerang pemiliknya. Karena itu, jagalah lisan dari berbicara
jelek dengan kekam diam, niscaya Ia menjadi penutup bagimu dari berbagai bencana.   Dengan
demikian bahwa mata, telinga dan lisan berpotensi menjadi pintu gerbang maksiat maka jagalah (Rekso Muko).

DEMENSI HENING
Sesungguhnya hawa nafsu selalu jauh dari kebenaran.  Dan hawa nafsu itu punya ciri, Jika
kedua hal tampak samar bagimu, maka tinggalkanlah yang paling kau sukai di antara keduanya,
dan ambilah yang paling terasa berat bagimu. (Abbas bin Abdul Muthallib).
Sekalipun jiwa mengandung rencana jahat yang menyesatkan, tetapi ia juga mengandung nasehat
yang memberi petunjuk.

ANGKRINGAN SUFI
Maling… maling… maling, Malam itu di Angkringan di gemparkan oleh teriakan dari kejauhan,
maling…. maling……dan semua yang nongkrong di angkringan sudah berdiri mau bergerak menuju
tempat datangnya teriakan, tapi tiba-tiba Kang Hakekat dengan suara agak keras melarang mereka semua untuk bergerak.
Kang Hakekat   : Duduk  saja  kalian  semua jangan ada yang bergerak soalnya jangan-jangan kita juga termasuk golongan maling juga.
Kang Sarengat  : Termasuk golongan maling gimana tho Kang Sampean ini…?
Kang Hakekat   : Tau tidak Sampean semua golongan orang Muflis…?
Kang Sarengat  : Oh..Ia yang termasuk golongan orang bangkrut tho terus apa kaitan- nya dengan ini semua.
Kang Hakekat   :  Begini,  orang   muflis  adalah  rajin melaksanakan ibadah, tapi rajinpula  berbuat dholim  hingga  pahala ibadahnya habis bahkan tombok untuk membayar / menebus dosa perbuatan dholimnya.
Kang Sarengat  :  Satu lagi Kang terus apa hubungannya dengan maling…?
Kang Hakekat   :  Hubungannya   yaitu   ketika  kita  bangga  bisa menjalankan  ibadahpuasa, zakat, khaji bahkan kita minta di hormati,  di  cium tangannya karena   kita   merasa   lebih   pintar  paling  karib  dengan Allah dan Rosullnya berarti kita termasuk golongan pencuri/maling karena kita
mencuri  khaq  Allah, bukankah yang   berkhaq  untuk
membanggakan  diri  hanyalah  Allah dengan sifat Al Mutakabbirnya....?
Kang Sarengat  :  Maa syaa Allah…teryata sering kali kita menjalankan ibadah denga cara mencuri..!
Kang Hakekat   : Ya  kita   sering   kali  dholim  di hadapan   Allah  sehingga  kita akanbangkrut   kalo  kita  terus-menerus  berbuat  dholim,   bahkan  kitaakan   menjadi  musyrik  kalau  kita  selalu memupuk kebanggaan diri minta  dihormati  diantara   sesama,   sebab   musyrik  terletak pad benda tapi terletak pada pikiran dan hati kita.
Kang sarengat  : Oh…  jadi  begitu  keterangan  lebih  jelasnya,  wah kalau begitu kitagolongan orang-orang  yang  bangkrut  dong…terus gimana kita ini ya  (sambil garuk-garuk kepala).
Kang Hakekat   : Ya begitulah pikir sendiri…….!!!

0 komentar:

Posting Komentar