Jumat, 10 April 2015

EDISI - 47 KAMIS

Edisi,47
Kamis, 18 September 2014

BERDAMAI DENGAN NAFSU
“ Sayyiduna Muhammad Rosuulullah Lil Alamin”(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Keterkaitan setiap langkah merupakan derap dalam rangka memahami sebuah keagungan Allah. Bukan hanya sekedar pemikiran yang mampu menembus cakrawala kerohanian yang kita terima dari ilmunya Allah Wajala, akan tetapi akan merasuk sifat-sifat yang penuh dengan kasih dan sayang-Nya. Kita semua lahir dari rahim dan semua yang kita lihat sejatinya terlahir dari rahim, sebab dunia adalah rahim besar yang mampu mewadahi segala makhluk bumi. Karya besar melingkup antara akal dan hati kita yang sekian lamanya mulai kita keluar dari rahim hingga seusia sekarang teramat masih sangat kesulitan untuk berdamai atau sepakat dengan nafsu kita. Kalimat ngancani nafsu ternyata belum mampu menembus ruang batin kita sekalian, kita tetap masih meraba yang dimaksudkannya seperti apa, kita masih gagap-gagap bahkan kita tidak nyambung sama sekali, keteladanan budi pekerti ternyata juga tidak cukup membongkar pemasalahan yang mendera nafsu kita. Itulah sebabnya sekian kalinya hal ini kita ulas dan ulas kembali, sebab menyadari betapa rumitnya dan sulitnya, oleh karenanya kita diwajibkan untuk tidak menyerah dengan keadaan apapun, itu sebabnya kita jangan sampai putus asa dalam rangka mencari dan mencari ridlo Allah. Secara pemahaman demensi yang lain bahwa berdamai dengan nafsu ada beberapa syarat yakni, Pertama, Mentauhidkan antara akal dan hati kita. Apakah sudah ada kesepakatan akal dan hati kita untuk bertauhid (meng-Esakan Allah) artinya sudahkah akal kita juga sudah kita Islamkan lebih-lebih hati kita. Sebab yang terjadi bahwa akal dan hati sering tidak sinkron dalam mengaplikasikannya. Kedua, mengislamkan / mentauhidkan panca indera kita. Di dalam Buletin yang silam telah dijelaskan tentang panca indera diantaranya ada nowo songo (lubang sembilan) dan Condro mowo (pendangan dengan nafsunya).  Dari hal yang pernah disampaikan mestinya kita semakin sedikit mudah mengurai pokok permasalahan yang membingungkan, bahwa mentauhid-kan panca indera ternyata syarat untuk berdamai dengan nafsu dengan kata lain syarat agar bisa ngancani nafsu kita. Kemudian syarat berdamai dengan nafsu yang Ketiga adalah mentauhidkan atau meng-Iskamkan seluruh anggota badan kita. Itulah konsep ngancani nafsu atau berdamai dengan nafsu kita, jadi dengan demikian jelas sudah artinya tidak ada alasan lagi untuk tidak mengerti. Yang jadi permasala-han masih kuatnya akal pikiran kita yang sering ngakal-ngakali hati kita, masih liarnya panca indera kita dalam bersekutu dengan keinginan kita, dan belum sanggupnya seluruh anggota badan kita di hadapkan/ disowankan kehadirat Ilahi Robbi karena masih merasa belum siaplah, belum sangguplah dan sebagainya. Nah disitulah artinya bahwa akal kita belum kita tauhidkan, belum kita Islamkan. Dalam tubuh manusia ada yang kita kenal dengan khorin, jika kita sanggup mengislamkan khorin kita maka sejatinya kita telah ber-temu dengan diri kita sendiri. Konsep untuk bersepakat ya diantaranya seperti yang di uraikan diatas. Tataran dalam mempelajari nafsu memang harus dituntut cermat dan di tuntut cerdas. Anda jangan beranggapan bahwa mempelajari nafsu juga mempunyai anggapan sama seperti menaiki anak tangga,  mulai dari nafsu amaroh sampai menuju kamilah, jadi mestinya kita tidak terpancang hal yang demikian karena justru kita tidak berproses.  Disinilah kenapa kita dituntut cerdas, sebab cerdas syarat atau bekal kita untuk menjadi murid.
Dan disinilah mestinya kita berangkat, ketika sanggup menyikapi nafsu amaroh kita, dengan totalitas dan ketika kita mempunyai kesanggu-pan untuk mentauhidkan atau meng-islamkan nafsu amaroh kita maka dengan sendirinya dan otomatis semua yang di anggap tataran martabat nafsu tujuh terlewati dengan sendirinya.  Kebanyakan kita terjebak dalam angan-angan pemahaman yang membingungkan. Masih ingatkah buletin edisi 46 yang menguraikan tentang jalan (toreqoh) kita masing-masing, ya kurang lebih sama dalam mendalami dan memahaminya.
Retorika yang dibangun selama ini, kita baru mampu bercerita ataupun menfestifalkan pengalaman yang menjiplak cerita orang lain yang kadang sok hakekat, namun pada kenyataannya kita sendiri masih buta dalam menyusuri dunia yang membutuhkan kesucian batin dalam setiap lakunya. Pemasalahan-permasalahan yang kita hadapi kadang secara buru-buru mengklaim bahwa ini adalah ujian Gustiallah. Huf...menggemaskan, mesti-nya kita sadar dirilah sepertinya Gustiallah itu kurang kerjaan nguji-nguji kita, lha wong jika Allah berkehendak apapun maka jadilah kok ndadak nguji segala. Yang perlu kita ketahui sejatinya Gustiallah memberi pemahaman kepada hamba-Nya dengan bentuk apapun terserah Gustiallah karena saking welas asih-Nya dan karena sifat Rohman Rohim-Nya Allah, sehingga bahasa latahnya kita sedang diuji. Sebenarnya penerapan bahasa yang demikian juga tidak masalah, namun demikian artinya kalian belum mengenal betul sifat Rohman Rohimnya Allah.   Kenapa demikian sebab Allah akan mengabulkan apa yang engkau prasangkakan ter-hadap-Nya, ketika engkau berprasangka ujian maka yang mungkin juga itu ujian, namun jika engkau prasangkakan bahwa ini adalah pemahaman sifat Rohman-Rohimnya Allah bisa jadi ini suatu pemahaman yang luar biasa. Jadi wajar jika kita selama ini diri kita mengalami kebingungan, karena hanya berfikir saja dan sibuk menghadapi ujian. Uraian di atas cukup jelas bahwa konteks dalam rangka mencari jalan pendekat dan jalan termudah adalah berdamai dengan segala perangkat yang diberikan Gustialloh kepada kita semua.  Dengan kata lain agar menjadi manusia yang purna memang harus berdarah-darah. Pengejowantahan dari semua ini adalah dalam rangka mengenal dengan nafsu kita, agar kita lebih mudah dalam rangka Ngancani Nafsu kita. Sehingga lahiriyah dan batiniah kita bisa kembali utuh menghadap Ilahi Robbi.

DIMENSI HENING
Jika seruan orang alim barpadu dengan hasrat pelajar (santri) maka hasilnya adalah munculnya orang-orang pandai, dan keberuntungan bagi orang-orang yang mulia.

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim  :  NAFKAH BATIN
Tampak wajah Kang Sarengat agak musam dan bermuram durja...hemm tumben lagi agak kurang enak disapa oleh kalangan penduduk angkringan, sehingga memunculkan pertanyaan sekaligus agak geli juga melihat Kang Sarengat berlagak agak aneh, sambil menyambar kue yang tersisa di piring Kang Sarengat langsung memasukan kue ke dalam mulutnya tanpa harus komat-kamit dan saat itu juga justru masyarakat angkringan ketawa cekikikan.
Kang Sarengat    : Lho kok pada ketawa ada apa tho apa ada yang lucu, apa   tidak pada tau tho kalau aku lagi bingung.
Kang Hakekat    : Hehehe…..  Oalah  Kang  bingung  kenapa....  khan sudah biasa kalau  Sampean gaweane khan yo bingung,  oleh  sebab  itu temen-temen 
melihatmu yo malah lucu gitu lho, ya sudah sekarang ceritakan seperti
biasanya jane ada apa tho kang Kok yo.. mukanya ditekuk gitu.
Kang Sarengat    : Begini Kang...  ya  maaf  ya Kang Mungkin agak gimana, tapi ini sebagai
pemahaman saja, begini Kang  sebenarnya yang dimaksud nafkah batin  
itu bagaimana tho, kok kadang mengganjal dalam pemikiran terus kita sebagai suami harus bagaimana Kang....?
Kang Hakekat    : Hahaha...(Spontan penduduk angkringan ketawa tak terelakan),
Namun dengan bijak Kang Hakekat   menjelaskan, Oalah jadi itu masalahnya tho Kang,
Begini itulah kebanyakan orang mengartikan nafkah batin hanya tertuju
pada kebutuhan biologis saja, mestinya tidak, sebab kita adalah suamisehingga hak menafkai batin terhadap anak juga perlu. Ya kalau hanya tertuju
pada istri saja terus kemana anak-anak kita, jadi tidak serta merta begitu, sebenarnya nafkah batin adalah nafkah yang berkaitan erat dengan
kerohanian bagaimana kita memimpin dan memberi makanan rohani
terhadap keluarga kita, ya contoh sederhana mengajak anak istri berangkat
ke majelis sholawat itu bagian dari nafkah batin, jadi jangan hanya diartikan
bahwa nafkah batin diartikan sebagai kebutuhan biologis saja..? mbok jangan bodoh-bodah amat Kang...?.
Kang Sarengat    : Ealah bisa dimaknai begitu tho...ya ya.. Kang...!!! ( Dengan wajah yang
mulai ceria dan agak kelihatan bloon ).

0 komentar:

Posting Komentar