Sabtu, 04 April 2015

EDISI - 26 KAMIS

Edisi, 26
Kamis 26 September 2013

ALLAH MEMUJI SEORANG HAMBA
Kini,  Bahasa kita sampai pada Terminal Cinta, menurut Imam Al Ghozali Terminal baru bisa
di lalui setelah membersihkan diri di Terminal Tawakkal. Cinta Istilah Agamisnya adalah
Mahabbah. Dalam bab ketaqwaan, merupakan tingkatan paling tinggi setelah  melalui proses
yang teramat panjang yaitu mulai dari  Syareat, Thorekot, Hakekat, Marifat, Mukasyafah
(Terbuka), Musyahadah (penyaksian) baru Mahabah (Mencintai/Manikmati).
Bahasan Cinta, tentunya berkaitan dengan kekasih yang di kasihi dan juga di cintai. Yang
dimaksudkan disini bukan asmara antara pria dan wanita tetapi cinta Ilahi-Nya. Seseorang
yang mencintai akan merasakan kerinduan. Rindu ingin bertemu , berkaitan dengan alam
Ketuhanan maka senantiasa rindu bertemu Allah. Menurut Imam Abu Hamid Al Ghozali dalam
Kitabnya Ihya Ulumuddin, kecintaan Kepada Allah adalah tujuan yang terjauh dan termasuk
derajad tertinggi. Sedangkan kerinduan, kesenangan dan keridloaan mengikuti kecintaan.
Orang yang cinta kepada Allah adalah mereka yang benar-benar beriman
Jika Seorang pria mencintai wanita atau sebaliknya, maka apa saja yang diminta akan
diberikan, apa saja akan dilakukan karena dalam perjalanan menuju Tuhan dan karena cintanya
kepada Allah mengalahkan segala-galanya.  Bahkan nyawapun di serahkan kepada Allah jika di
panggil Allah. Kerena menyerahkan nyawa berarti  akan melakukan pertemuan dengan
kekasihnya. Yaitu bertemu Allah dan bertemu Allah adalah tujuan.  Kematian adalah suatu
yang ditakutkan, siapa saja akan takut mati tetapi jika Allah yang meminta kematiannya maka
akan sangat bersenang hati.
Dalam sebuah kabar yang mashur disebutkan, ketika Nabi Ibrohim di datangi Malaikat maut
untuk di beritahukan ajalnya, Beliau memelas Ia berkata kepada malaikat maut yang akan
mengambil nyawanya “ Apakah Engkau melihat seorang kekasih mematikan kekasih …? Dengan
pertanyaan itu Allah Ta’alla mewahyukan kepadanya “ Apakah Engkau melihat seorang kekasih
tidak ingin pertemuan dengan kekasihnya :….? Wahyu itu membuat Nabi Ibrohim sangat
bergembira, sehingga mendesak Malaikat maut untuk mencabut nyawanya. “ Hai Malaikat Maut,
sekarang ambilah nyawaku. “ Maka dengan mudah nyawa Nabi Ibrohim keluar dari jasadnya
sendiri dan Beliaupun Wafat. Bagaimana agar dicintai Allah dan kita mencintai Allah, Nabi
Muhammad S.A.W. telah mendoakan “ Ya Allah, Karuniai aku kecintaan kepada-Mu dan kecintaan
orang yang mencitai-Mu serta jadikan diri-Mu lebih aku sukai dari pada air yang dingin.”   
Ada seorang dusun datang kepada Nabi lalu bertanya “ Ya Rosulallah kapan terjadi kiamat…?
Maka Nabi balik bertanya ” apa yang engkau siapkan untuk menghadapinya Orang dusun itupun
menjawab aku tidak menyiapkan banyak puasa dan sholat, kecuali aku mencintai Allah dan
Rosull-Nya, atas jawaban itu Rosulullah S.A.W berkata kepadanya” Manusia itu beserta orang
yang di cintai-Nya.  Dalam surat Al-baqoroh 165 ditegaskan “ Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cinta mereka kepada Allah. Jika seseorang mencintai Allah, maka Allah
akan mencintainya. “ Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah.     (Qs Al-Maidah
54).  Mahabah atau cinta Tuhan merupakan perubahan bentuk ketaqwaan yang dilakukan para
pelaku Sufi.  Tokoh utamanya adalah sufi wanita Rabi’ah Al Adawiyah.  Dulu sebelum menjadi
Mahabah ketaqwaannya di dasarkan pada rasa takut, takut kepada Allah. Jadi beribadahlah di
dasarkan karena takut kepada Tuhan. Mau berbuat maksiat takut kepada Tuhan, mau mencuri,
mabuk , berjudi dan maksiat yang lain takut kepada Allah.   Namun dalam beribadah,
ketatakutan diubah menjadi Mahabah (Kecintaan) maka beribadah menimbulkan rasa kecintaan.
Haus dan lapar tak lagi terasa, tergusur oleh rasa cinta beribadah kepada Allah, Saking
cintannya kepada Allah dan rasa nikmatnya beribadah, maka tak ada waktu luang sedikitpun
untuk berpaling selain-Nya. Lantas bagaimana cara mencintai Allah…? Tidak lain dengan
mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya serta berwasilah melalui Kanjeng Rosull
dengan mengikuti segala ajaran dan akhlaknya.  
Jika seorang hamba cinta terhadap Allah, maka Allah lebih mencintai dirinya.  Karena Allah
memuji seorang hamba yang di cintainya, mengenai puji memuji ada 4 (Empat) macam yaitu :
1.    Puji Qodim ala Qodim yaitu  Allah memuji dirinya sendiri.
2.    Puji Qodim ala hadits yaitu Allah memuji hambanya.
3.    Puji hadits ala Qodim yaitu pujian hamba kepada Allah (Tuhannya).
4.  Puji hadits ala hadits yaitu hamba memuji sesamanya.
Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Ia tidak hanya memuji akan tetapi mengumumkan
kepada seluruh mahkluk alam. Allah mengumumkan di hadapan para Malaikat mengenai orang yang
di cintainya. Ia bangga-banggakan di hadapan mereka, Allah memerintahkan kepada para
Malaikat agar mencintai seorang manusia yang di cintai-Nya.

DEMENSI HENING
* Ya Alloh ya Tuhanku, jika aku tak pantas untuk mendapat rahmat-MU, Rahmat-MU pantas
mencapaiku, karena rahmat-MU mencapai apa saja,  dan aku termasuk ” Apa saja ” (Doa Rosull
Muhammad S.A.W.)
* Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian itu.
(Qs.al_Hujurat:6)

ANGKRINGAN SUFI
Malam itu sempat cuaca agak mendung dan sempat turun gerimis namun tidak rata membasahi
pelataran bumi, sehingga selang berapa saat cuaca cerah kembali namun dari kejauhan nampak
langkah agak lesu dari raut wajah Kang Sarengat yang menghampiri Angkringan dimana tempat
mangkal sahabat-sahabatnya.
Kang Hakekat    : Weeh sedulur lanang, Monggo ngersake nopo njanur gunung kadengaren,
Dirimu agak kusam tak enak dilihat ada apa gerangan Kang.
Kang Sarengat    : Sebentar Kang tulung kopinya dulu biar agak ambyar dan ben rodo seger
(Sambil nyripit secangkir Kopi karena masih terlalu panas, Gini Kang aku itu heran kenapa
kebayakan orang ibadah hanya takut pada neraka sebenarnya gimana tho Kang.
Kang Hakekat    : Ha ha ha ha wah..wah.. wah.. baru kali ini pertanyaanmu agak cerdas dan
hampir lucu tapi sudah siplah hehehehe…
Kang Sarengat    : Lho piye tho kok malah diguyu aku taya tenanan emang ada yang lucu Kang.
Kang Hakekat    : Oalah Kang-Kang yang heran itu bukan hanya Sampean tapi Gusti Allah
sendiri juga heran pada kita-kita sebagai manusia. Ya ada kaitannya dengan pertayaan
Sampean, Jadi Gusti Allah heran “ Katanya takut mati tetapi tidak mempersiapkan untuk
kematiannya, Katanya kepingin syurga tetapi tidak pernah beramal sholeh dan Katanya takut
neraka akan tetapi tidak takut dengan yang menciptakan neraka, jadi Tuhan sebenarnya juga
heran Kang dan kita manusia macam apa kira-kira.
Kang Sarengat    : Oalah jadi begitu tho Kang……ya ya.. (Sambil nyengir).
                

0 komentar:

Posting Komentar