Kamis, 09 April 2015

EDISI - 38 KAMIS

Edisi, 38
Kamis 13 Maret 2014

MERDEKAKANLAH PIKIRANMU
“ Sayyiduna Muhammad Rosulullah ila Al-Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W
adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Kopi hari ini tak senikmat yang kemarin, begitulah lidah berkeluh kesah, pikiran hari ini
serasa jauh lebih brontak dari hari yang lalu dan jiwa ini jauh lebih beringas dari yang
kemarin. Tak disadari waktu terus bergulir tanpa putus asa seperti halnya munculnya siang
dan malam, seperti hadirnya sang surya terbit di pagi hari dan sore terbenam. Kekuatan yang
hadir dalam diri kita sejatinya mengajarkan kita untuk mengerti tentang literatur dunia
mini, yang ada dalam tubuh kita yaitu tentang jasmani dan rohani kita. Sejauh ini kita
beranggapan bahwa ketika jasmani sehat seakan sehatlah semuanya, padahal kita tau apakah
kesehatan jiwa/rohani tidak lebih jauh diperhitungkan….?  Ironi sekali banyak diantara kita
secara fisik sehat akan tetapi secara kejiwaan mempunyai kelainan jiwa, semua bisa jadi
berawal dari pola pikir dan salah menempatkan pikiran. Kenapa demikian, jelas khan…? bahwa
pikiran hanya mempunyai areal atau wilayah teritorial hal-hal yang logis dan sifatnya
kebendaan ataupun materiil, sehingga ketika alam pikiran di bawa dalam alam nafsu maka
jelas ada semacam kolaborasi antara pikiran yang didorong oleh nafsu untuk melakukan hal-
hal yang tentunya berlawanan arah dengan rohani. Kenapa Seorang Mursyid selalu dan selalu
mengingatkan tentang Nafsu, (Kancanono nafsumu) karena luar biasa ketika alam pikiran kita
di kuasai oleh nafsu, yang terjadi adalah bencana.
Disinilah yang perlu kita bahas tentang pikiran kita, jadi dengan kata lain berilah
kebebasan pikiran kita untuk mengekspresikan apapun, akan tetapi ekspresi pikiran
-pikiran yang bisa merohanikan pikiran tersebut, pikiran-pikiran yang selalu berkaitan
dengan jalan pendekat menuju Tuhan. Bukan pikiran yang justru jauh menyim-pang dari
ketentuan Tuhan, sebab bagaimanapun kita juga di suruh berfikir (Afala tafakkaruun).
Jikalau kita sudah bisa merespon pikiran kita untuk merohanikan maka nafsu yang meracuninya
akan jauh lebih bisa dikendalikan dan diajak untuk bernegoisasi untuk tidak saling
meracuni. Karena dengan demikian kita telah bijak “karena telah memberi kemerde-kaan untuk
memuliakan pikiran kita menuju Tuhannya”. Yang perlu kita ingat bahwa dunia adalah seperti
mimpi orang yang sedang tidur, tiada kebaikan dalam kehidupan yang tak pernah abadi dan
angankanlah jika engkau belum mendapatkan kenikmatan kemarin karena kau telah
meninggalkannya. Hal yang demikianlah hasil dari pemikiran yang cerdas karena mampu
merohanikan pikirannya untuk mengetahui ilmu-ilmu Tuhan.
Dan yang perlu digaris bawahi pikiran juga butuh asupan/makanan pikiran juga butuh nutrisi,
dan pikiran juga butuh refresing dalam menyeimbangkan pemikiran yang istiqomah. Makanan
pikiran lain dengan makanan perut, makanan pikiran tidak sama dengan makanan rohani, taukah
engkau bahwa makanan pikiran itu apa…..? makanan pikiran yakni sebuah ilmu, asupan pikiran
sebuah wawasan, nutrisi pikiran adalah pemahaman yang mampu berfikir cerdas untuk
menganalisa ini benar ini salah ini busuk ini baik agar lebih jauh bertindak WASPODO.
Mestinya ketika kita memaksimalkan pikiran kita secara cerdas akan sanggup dan mampu
menyerap pemahaman-pema-haman ilmu yang di transferkan oleh Seorang Mursyid kepada santri-
santrinya,  pikiran kita jauh akan lebih mulia dalam memahami sebuah petuah yang dinobatkan
sebagai jalan pendekat menuju Ketuhanan. Itu sebabnya pikiran kita juga butuh
cerdas, pikiran kita diberi nutrisi.  Sejauh ini ketika kita menyikapi masalah mestinya
sudah cukup menjawab akar permasalahan dengan suatu pemikiran yang cerdas lebih-lebih
pemikiran yang di-rohanikan.
Mestinya tidak akan ada lagi mis koordinasi, tidak ada lagi salah paham dan tidak akan ada
lagi pemikiran tentang pengambil alihan kekuasaan (kudeta).
Namun demikian bukan berarti bahwa sudah menjalankan pemikiran yang sudah di uraikan diatas
terus tidak ada penyakitnya, semua pasti mengalami pem-brontakan dengan istilah lain ada
semacam penolakan dari dalam. Sebab ketika kita belajar/ngaji lebih-lebih kita secara
internal yang sudah mengikuti sebuah majelis sholawat yang jelas-jelas disitulah tempat
penempaan, tempat penggemblengan bagi santri justru berpotensi terserang penyakit. Nah
penyakitnya mencari ilmu/ngaji yaitu :
1.Penyakitnya adalah bosan (Jeleh) dan males, maka dari itu dibutuhkan     tlaten, Sabar dan Narimo.
2.Penyakit orang ngaji merasa tidak ada apa-apa dan tidak dapat apa-apa, disinilah maka
perlunya kita Waspodo.
3.Penyakit orang ngaji sering negatif thinking hatinya selalu (Suudzon) sama Gurunya bahwa
Mursyidnya tidak adil,  pilih Kasih, makanya kita harus     Nunggu dan Niteni.Jika
diantara kalian semua terserang penyakit hal semacam ini saya rasa kalian bernutrisi
RENDAH.

DIMENSI HENING
Sesungguhnya barang siapa yang menjalankan urusannya, maka dia adalah orang yang paling
membutuhkan ilmu. Dan barang siapa yang naik kedudukannya, maka dia yang paling berhak
untuk mendapatkan ilmu.

ANGKRINGAN SUFI
PERTEMUAN DUA ARUS. (Bagian Ketiga)
Kang Sarengat    : Lantas apa makna dari membocorkan perahu yang bagus kang.? kenapa harus
dibocorkan, dilubangi, jika kita membutuhkannya untuk mengarungi kehidupan
perjalanan kehidupan ini..? bukankah sebaiknya kita menambal bukan melubangi..?
Kang Hakekat    : Apa maksudmu dengan menambal..? sudah yakinkah bahwa kau memiliki sesuatu
untuk  menambal   jika  memang  terjadi   kebocoran..? sudah yakinkah kamu dengan dirimu
sendiri  dan perbuatan-perbuatan baikmu  sehingga kamu bisa  menambal apa  yang selama ini
bocor dan kamu tidak menyadarinya.?
Kang Sarengat    : Itu yang kumaksudkan Kang, apakah tidak sebaiknya kita temukan
kebocorannya dahulu bukan malah membuat  lubang baru.
Kang Hakekat    : Aku setuju   dengan   maksudmu, tapi  yang   jadi   soal  apakah kamu
yakin jika kapal(perjalanan hidup, amaliah, perbuatanmu) sudah begitu baik, sehingga tak
perlu ditambal lagi, sebab  yang  dilakukan oleh Nabi Khidir a.s adalah melubangi kapal
yang baik, sempurna dan indah dilihat dari luar, sudah seperti itukah kapal hatimu..?
Kang Sarengat    : Lalu kenapa kapal yang baik, sempurna dan indah dilihat dari luar,
seperti itu harus dilubangi Kang..?
Kang Hakekat    :  Bukankah   yang   enak dilihat dari luar belum tentu indah di
dalamnya...?  Bukankah yang menurut pandangan lahiriah kita terlihat buruk akan tetapi
dalam pandangan orang lain bisa jadi satu keindahan..? bukankah kita harus bekerja sama
dengan Alloh, Rosululloh dan kehidupan sekitar kita agar mengerti kemanfaatan kita..?
Kang Sarengat    : Lantas maknanya menurutmu bagaimana kang..?
Kang Hakekat    : Baiklah, mari kita urai, tapi mari angkat kopimu dulu, biar kopi yang memulai.
Kang Sarengat    : Hehehe..
Kang Hakekat    : Kenapa  kita harus melubangi perahu  yang indah, baik  dan  enak dilihat
adalah pelajaran panjang tentang perjalanan  hidup, tentang kesinambungan diri kita dan
sekitar,  adalah cara Alloh mengajarkan kepada kita melalui Nabi Khidir a.s bahwa kita
sesekali harus membocorkan ataupun melubangi  diri  agar dapat menerima cahaya     keindahan
Syafa’at, Rahmat dan Berkah, perahu  hati kita,  nafsu kita, pemikiran kita harus kita 
lubangi agar kotoran  yang  mengendap  bisa  mengalir keluar dan mudah mendapatkan 
ketercerahan jiwani, karena mungkin  saja kita tidak tahu bahwa debu-debu dosa yang kita
sepelekan  mulai menumpuki hati dan pikiran, Sebabnya juga kebaikan -kebaikan  yang   kau 
lakukan namun kau pamer-pamerkan justru pada hakekatnya  menjadi sebuah  ketidak baikan 
bagi dirimu dan  sekitarmu, selain itu tentunya  itu adalah  ajaran bagi kita untuk
bekerjasama dan berbagi dengan kehidupan sekitar kita,pahamkah kau saudaraku..? maka
lubangilah perahumu…
Kang Sarengat    : Aku memahami dan berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan.
Kang Hakekat    : Alloh hafied Allohul kaafi…..



0 komentar:

Posting Komentar