Jumat, 03 April 2015

EDISI - 08 BURDAH

Edisi 08 Burdah 
Kamis 6 Feb  2014

Jika sudah kau katakan ”YA Aku Mencintai” maka jangan ragu lagi.
Allohumma Shollii wassalliim alaa Sayyiidinaa Rosulllillahi Mustofa Muhammad Sallallohu Alayhi Wasallam.
Naa’amm saaroo thoyyfu-man ahwaa fa-arroqoni Wal-hubbuya’taridhul-ladhdhati bil-alamii
(ya, sungguh kuakui bahwa bayangan orang yang kucintai telah melintas dan memenuhi ruang
pikiranku sehingga aku tidak bisa memejamkan kedua belah mataku dan untuk bertemu dengan
keindahan cinta memanglah harus   berhadapan dan melewati penderitaan.)
Cinta itu bukan soal senang dan tidak senang, bukan soal untung-rugi ,mulia hina dan
pilihan lainnya, akan tetapi cinta itu soal membuktikan dan meridloi keputusan, seorang
pecinta akan begitu tenggelam dengan yang dicintainya, tidak terjadi tawar menawar
keuntungan antar satu pihak dan pihak lainnya, sebab orang yang jatuh cinta berusaha untuk 
membuat yang di cintainya bahagia dan tentram. Jika cinta kepada dunia saja kadang kita
begitu terbutakan dan seolah lupa bahwa segalanya sementara, namun kenapa ketika kita
mengikrarkan cinta kepada Alloh dan RosulNya seringkali hanya sebagai pemoles bibir dan
kata-kata indah bersayap semata.? bukankah telah kita ikrarkan langsung dihadapan Alloh
bahwa kita akan beriman dan hanya menyembah kepadaNya sejak dahulu kala ketika disemayamkan
dirahim Ibunda..? dan makna hakikat tertinggi dari menyembah ialah menjadikan Alloh dan
Rosululloh lebih kita cintai dari apapun saja di dunia meski dalam proses dan penerapannya
mencintai Alloh dan Rosululloh tidak semata berhenti pada perasaan cinta semata, pada
pengakuan semata, dan melupakan kewajiban kita sebagai makhluk sosial dan tidak menghormati
hak-hak keluarga, anak istri saudara dan teman serta masyarakat sekitar kita, akan tetapi
di samping tetap menjalankan fungsi sebagai makhluk sosial juga lebih terletak kepada
bagaimana kita mengarahkan kiblat hati dan tujuan hidup kita pada Alloh dan Rosululloh,
terletak pada keseriusan menjalankan tugas yang Alloh berikan dan Rosululloh wariskan yakni
menjadi Khalifah dimuka bumi dan menyebarkan kebaikan, kebenaran, keindahan dan kemanfaatan bagi kehidupan sekitar kita.
Ataukah yang selama ini kita akui,kita ikrar dan proklamirkan itu hanya bayangan dari rasa
cinta kita terhadap Alloh dan Rosululloh dan perasaan cinta sejati kita hanya pada
kemuliaan semua fatamorgana dunia.? pada hasrat untuk memenuhi nafsu syahwat (syahwat itu
bukan hanya nafsu birahi, akan tetapi juga egoisme, nafsu berkuasa, serakah, iri dengki
dlsb). Ataukah kau memang mencintai akan tetapi ketika bertemu dan berhadapan dengan duka
derita kau akan dengan begitu mudah untuk menyerah dan membuang cinta tersebut..? jika
sudah engkau katakan, kau ikrarkan “Ya, aku mencintai” maka bersiaplah untuk menemui
resikonya menahan godaan, ujian dari mata  pelajaran hidup baik duka, suka, sedih, bahagia,
kecewa, puas dan lain sebagainya. Jika engkau mendambakan cahaya maka mulailah melangkah
dari kegelapan yang menyelimuti hati dan cara pandangmu dalam menilai sesuatu, jika engkau
mau mengerti apa itu bunga-bunga mawar keindahan cinta kepada Alloh dan Rosululloh maka
tumbuhkanlah benih-benih kangen kepada Alloh dan Rosululloh.
Namun pernahkah engkau sungguh-sungguh menanyakan kepada dirimu sendiri” pernahkah aku
dirundung gelisah hati sebab kangen kepada Alloh dan Rosululloh..?” pernahkah diriku ini membiarkan hati nuraniku sendiri mengutarakan apa isi dari inti sari fitrahnya  yakni
mencintai Alloh dan Rosululloh.? dan mungkin akan kau tanyakan bagaiman aku bisa kangen
kepada Alloh dan Rosululloh sedangkan mengenal BELIAU dan Allah saja belum kog.? maka akan
tumbuh beribu jawaban yang justru akan menyudutkan dan semakin memperlihatkan bahwa engkau
adalah seseorang yang berhenti belajar. Bukankah Al-Qur’an dan Hadist, serta kebijaksanaan
para Aulia, Mursyid sudah terlalu seringkali mengajarkanmu untuk mengenal Alloh dan Rosululloh dengan berbagai anjuran dan metode yang mudah yakni umpamanya ”cermatilah keindahan ciptaan-ciptaan Alloh dan jika atas ketelitian dan muhasabahmu itu engkau bisa bersyukur dan merasa bahwa kau ini kecil dibanding samudera, penyakit, atau apapun dari beragam warna dan jenis ciptaan Alloh lainnya maka pada hakikatnya jiwa dan hati nuranimu sedang bergejolak untuk mulai mengenal Alloh SWT.  Dan jika engkau mulai meyakini bahwa Rosululloh itu penolong nasibmu, bahwa Rosululloh itu mengajarkan dan mengutamakan Ahlak serta ketauhidan Alloh (mengenal Alloh melalui fitrah kita, akhlak dan sunah-sunah Rosululloh SAW) dan ketika jiwa dan hatimu merasa tentram ketika bersholawat dan merasa ada
yang kurang dihidupmu, dihari-hari yang kau jalani jika melupakan Sholawat maka pada hakekatnya Nuranimu sedang menuntunmu untuk mulai mengenal dan mencintai Rosululloh bukan lagi mencintaibayangan semu kemuliaan dunia yang fana.
Saudaraku, cinta kepada Alloh dan Rosululloh  itu mengajarkan kita untuk bertanggung jawab, untuk berbagi dan bekerja sama, untuk meridloi segala perintah dan keputusan,
untuk terus memacu pada kebaikan diri dan bermanfaat bagi kehidupan serta mengajarkan pada
akhlak tertinggi yakni tawakal dan mutlak pasrah sepenuhnya kepada Alloh dan benar-benar
menjadikan Rosululloh sebagai imam hidup, imam iman, imam akhlak dunia akherat. Saudaraku,
kita dapat mempelajari apapun di dunia, ilmu, tekhnologi, atau apapun saja tanpa melibatkan perasaan cinta dan ketentraman hati.
Akan tetapi jika kita telah membicarakan tentang cinta, kita musti belajar dengan
melibatkan hati dan perasaan, dengan kepekaan dan kemauan untuk berubah dan menemui macam-
macam hal, mungkin teori tentang cinta kepada Alloh dan Rosululloh bisa dipelajari lewat
ribuan lembar buku atau cara pandang kita terhadap seseorang yang sedang mengalami proses
jatuh cinta. Akan tetapi kita tidak akan pernah mengerti apa itu cinta sebelum kita
mempelajarinya dengan melibatkan hati dan perasaan kita itu sendiri, sebelum kita menjalani
proses dari cinta itu sendiri, dan jika sudah kau katakan ”YA Aku Mencintai” maka jangan
ragu lagi. Alloh ya Haafied,Allohul Kaafi, ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
Rosululloh Sallallohu Alayyhi Wasallam bersabda” Telah
berfirman Alloh Subhanahu wa ta'ala, 'Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku,
dan Aku bersamanya ketika dia mengingatku, dan jika hambaku mengingatku dalam sendirian,
maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku sendiri, dan jika dia mengingatku di dalam sebuah
kelompok/jama'ah, (maka) Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok
tersebut, dan jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan
jika dia mendekat kepadaku sehasta,  Aku   mendekat   kepadanya  satu depa, dan jika dia mendatangiku
dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berjalan cepat' ”

ANGKRINGAN SUFI
KEWAJIBAN DASAR MANUSIA
Kang Sarengat :  kalau  menurut   sampeyan,   kewajiban    apakah yang harus dilaksanakan oleh manusia.. ?
Kang Hakekat  : Awwalu wajibin'alal insani ma'rifatulilahi bistiqoni, artinya, kewajiban
paling awal bagi setiap manusia adalah mengenal dan mengetahui Alloh dengan keyakinan yang jelas tanpa keraguan.
Kang Sarengat : Lantas bagaimana  caranya untuk mengenal dan mengetahui Alloh, sementara kita tak bisa melihat-Nya..?
Kang Hakekat   : Man arofa nafsahu faqod'arofa robbahu, barang siapa mengenal dirinya  dengan  sifatnya yang lemah, membutuhkan, lalai, hina, dan  tidak  tercapai maksud, maka 
akan  mengenal  TuhanNya dengan  sifat-sifat  JALAL dan JAMAL atas  yang patut  dengan kedua  sifat itu, maka  seseorang selalu melakukan muroqobah sehingga dibukakan kepadanya pintu musyahadahnya
Kang Sarengat : Maksudnya dengan cara  seperti apa yang sering kita bicarakan di sini yakni "Maneges kawulo"..?
Kang Hakekat  : Betul   kang, dengan cara  kita  menegaskan diri kita yang hanya sebagai
hamba yang dho'if, maka kita selalu berhajad kepada Alloh Ta’ala dan ber'ubudiyah
kepadaNya, maka akan  mengenal Tuhannya dengan sifat Kuasa, Perkasa, Rubbubiyyah Sempurna 
mutlaq   dan  sifat-sifat yang tinggi, dan barang siapa    
mengenal Tuhan dengan  demikian  maka kelu  lidahnya dari sampai kepada hakikat syukur  dan
puji kepada Tuhannya, sebagaimana tersebut dalam hadits shoheh sesungguhnya Rosululloh
bersabda  "Maha suci Engkau Ya Alloh,tidak dapat aku hitung pujian atas-Mu sebagaimana
pujian-Mu atas diri-Mu.”
Kang Sarengat :  Subkhaanallohiladhiim.





0 komentar:

Posting Komentar