Jumat, 03 April 2015

EDISI - 09 BURDAH

Edisi 09 Burdah
Kamis 20 Peb 2014

Yang engkau pelihara adalah kesalahpahaman.
Mawlayya sholli wa sallim da-iman abadan Ala Habibbika khoyyril kholqii kullihimi
Ya la-imi fil hawal-udhriyyi ma'dhirotaan Minni ilayyka wa-lauw anshofta lam tallumi.
(Engkau boleh menghina dan mencercaku
Wahai para penghina derita cinta sunyi  (laksana cintanya bani udhriyyi)
Ruang maaf kusediakan bagi kalian Sebab jika kalian mengalami apa yang kurasakan
Maka kalian akan percaya, mengerti, memahamiDan menghentikan cercaan dan hinaan kalian.
Engkau boleh menghinaku, boleh tidak sependapat denganku, boleh menyalahpahami apa yang
kulakukan dan perbuat, akan tetapi jika engkau tau apa yang sebenarnya kualami dan kuderita
maka engkau akan terdiam membisu,sebab sepertinya didunia ini ada bagiannya masing-masing
antara yang sependapat dan tidak, antara yang mengerti dan berlagak mengerti, antara yang
emahami dan tidak paham sama sekali.
toh pada hakikatnya, kita ini sama-sama penderita, sama-sama menanggung beban dari
keinginan dan harapan kita. Namun dalam takaran dan bentuk penderitaan yang berbeda, dalam
bentuk rasa, harapan dan keinginan yang berbeda, entah dalam urusan duniawi ataupun ukhrowi
(dunia-akherat). Bukankah berhasrat sangat besar terhadap hal-hal duniawi dan kemulian
pangkat semu sehingga menghabiskan waktumu untuk berbagi dan mengenali diri sendiri adalah
sebuah jenis penderitaan.? dan bukankah terlalu mementingkan urusan akherat layaknya kita
sholeh atau merasa sholeh dan merasa sanggup mengatasi semua dan tidak perduli lagi akan
kehidupan bermasyarakat, berbagi dan saling menghargai sesama juga adalah jenis
penderitaan..? Rosululloh bersabda ”Sebaik-baik kamu adalah orang yang bermanfaat bagi
kehidupan di sekitarmu” kata manfaat disini mengacu pada keseimbangan diri, keluarga,
masyarakat dan keseimbangan urusan dunia akheratnya, bukan pada kemanfaatan diri sendiri
semata, bukan untuk mengikuti keinginan untuk menjadi mulia dunia akherat yang mana pada
hakekatnya keinginan itu adalah jenis penderitaan yang susah untuk ditaklukan.
Atau mungkin engkau menjadi atau menemukan kebahagiaan dengan menghina dan memperolok orang
lain, dengan tidak menjalankan perintah dan anjuran yakni perintah dari, yang selama ini
kau bicarakan yakni Alloh dan Rosululloh, juga adalah sebuah derita dobel dunia akherat.?
pernahkah kau sadari, pernahkah kita sadari, bahwa sesungguhnya kebahagiaan kita terletak 
pada kebahagiaan dari orang lain. Semisal mudahnya jika melihat anak-istri atau saudara-
saudaramu tersenyum sehat dan mensyukuri nikmat dari Alloh serta dikepung Syafa’at
Rosululloh, itu rasa tentram dan bahagianya 100 kali lipat dari pada rasa bahagianya
menindas orang lain dan menganggap diri sendiri mulia.? Sedangkan jika ada orang yang
menemukan kebahagiaan dalam sunyi, diamnya dalam kebersamaan berbagi dengan orang lain, dan
tak perduli akan ocehan dan hinaan, dalam menjalankan perintah dan menikmati jalan cintanya
serta menikmatinya sebagai prosesnya untuk kembali sebaik-baik kembali kepada Alloh Swt
melalui Rosululloh Saw (khusnul khotimah), engkau curigai, su’udzon, salah paham, emosi dan
bahkan membencinya. Apakah aku marah kepadamu.? Tidak.., aku tidak marah kepadamu, kepada
kalian, sebab Rosululloh dan Mursyidku mengajariku selalu untuk memaafkan orang lain yang
memang tidak memahami apa yang sebenarnya dan apa yang sesungguhnya tersembunyi  dibalik
sebuah kemuliaan semu, untuk selalu menemukan kebaikan-kebaikan dalam diri sesama ataupun
makhluk-makhluk ciptaan Alloh lainnya, aku hanya akan tersenyum dan berkata sederhana
”sampai kapan kau akan bertahan disitu.? sampai kapan kau akan berputar dikebingunganmu
sendiri.?, sampai kapan akan engkau pelihara kesalahpahamanmu itu.? sebab aku mulai
menyadari bahwa diriku ini sakit dan menderita maka dari itu mulai ku awali langkah kaki
dan hatiku untuk mencari Sang Maha Dokter dan Sang penolong nasibku dunia akherat yakni
Alloh Swt dan Rosululloh Saw, disamping itu memang ada hal-hal yang bisa dipahami atau
dimengerti oleh beberapa orang dan tidak dipahami ataupun dimengerti oleh banyak orang. Ini
soal cara pandang, cara menilai dengan hati bukan hanya sebatas menilai sesuatu dari kulit
luar yang cenderung menipu dan penuh kesamaran, dan itulah kenapa manusia harus terus
belajar dan belajar untuk memperbaiki diri, dan bukan untuk menjadi sombong dan merasa
paling baik dan paling sholeh diantara sesama dan sekitarnya. Sebab lainnya juga untuk
mengerti dan memahami cara pandang dalam menilai sesuatu itu, kita perlu banyak menggali
dari kebijaksanaan Rosululloh dan para Mursyid dalam menilai kehidupan dan kejadian yang
Beliau-Beliau alami, dan kemudian Khalifahi menjadi hal sangat bermanfaat bagi kehidupan
dunia akherat. Kita ini sama-sama penderita, sama-sama menaggung derita meski dalam jenis
dan bentuk yang jelas berbeda, dalam takaran dan timbangan yang berbeda dan dalam cara
menemukan jalan keluar dan penyelesaian yang berbeda pula. Jadi silahkan saja salapahami,
silahkan saja menghina atau apapun saja yang menurutmu itu bisa membuatmu bahagia, sebab
pada hakikatnya bukan aku yang akan merasa sakit namun dirimulah yang akan merasakan
bebannya, silahkan terus saja pelihara kesalahpahamanmu itu.  Manusia itu
hidup diperjalanan hatinya, pada getar cinta yang ia temukan yang  mengajari serta
menuntunnya (ia Khalifahi) untuk selalu kembali kepada Alloh-nya melalui Rosululloh Mulia
Muhammad Saw dalam kondisi dan peristiwa apapun yang mendatangi diperjalanan hidupnya,
kembali kepada Alloh dan Rosululloh selalu dan penuh cinta dan kerendahan hati (Khusnul
Khotimah)dan cinta sejati itu tertemukan lewat ribuan atau jutaan jalan yang berbeda
karakter dan kondisinya bagi masing-masing individu.  Alloh ya Hafied, Allohul Kaafi, ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HIENING
Kebenaran tertanam dipusat hatimu, dipercayakan oleh Alloh
kepadamu untuk menjaganya,   ia akan terwujud dengan taubat yang tulus dan usaha yang
sungguh-sungguh, keindahannya memancar kepermukaan saat kau mengingat Alloh dan berdzikir,
pada mulanya kau menyebut Asma Alloh dengan lidahmu, lalu ketika hatimu hidup, kau
berdzikir dengan hatimu.   (Syeikh Abdul Qadir al-Jilani)
.
ANGKRINGAN SUFI
“DIMANA-MANA, KAPAN SAJA, BERTEMU”
Kang Sarengat    : Dari mana sampeyan kang..?
Kang Hakekat    : Allohulkhaq.
Kang Sarengat    : Kok Alloh to kang..? maksudnya gimana..?
Kang Hakekat    : Allohulkhaq
Kang Sarengat    : Gimana to kang..?
Kang Hakekat     : Allohulkhaq
Kang Sarengat    : Sebenarnya sampeyan ini lagi kenapa kang..?
Kang Hakekat    : Allohulkhaq
Kang Sarengat    : Nglakoni,  apa jadhab sampeyan kang..?
Kang Hakekat    : Allohulkhaq
Kang Sarengat    : Tujuannya apa sih sampeyan itu.. ?
Kang Hakekat    : Allohulkhaq
Kang Sarengat    : Waah…. kang Hakekat sudah edan beneran sekarang
Kang Hakekat    : Allohulkhaq
Kang Sarengat    : Entahlah kang…..  saya tidak paham..?
Kang Hakekat    : Allohulkhaq  " kemanapun engkau menghadap disitu
wajah Alloh akan engkau lihat  " Dari mana, dimana, bagaimana dan mau kemana, kapanpun saja
Alloh lah sumber dari semua sumber, awal dari semua permulaan, Akhir dari segala hal dan
tujuan, penggerak dari semua gerak dan inna ilaihi rooji'uun".
Kang sarengat    : Garuk-garuk kepala dan menyalakan rokoknya pertanda semakin tidak paham
dan sedikit panik..???.

0 komentar:

Posting Komentar