Jumat, 03 April 2015

EDISI - 07 BURDAH

Edisi 07 Burdah
Kamis 23 Jan  2014

Bismilaahirohmanirohim.
KENAPA CINTA ITU PERLU BUKTI..?
(YANG MENJADI MASALAHKU ADALAH EGOKU)
Allohummaa Shollii wassallim ala Sayyiidinaa wa-Rosulliinaa Muhammad.“Waatsbathall-wajduu khattay abrottiin wa-dhonnanMitslaall-bahari ala khodaayykaa wal-‘anaamii”
(dan bukankah penderitaan itu telah meninggalkan dua bilah garis dipipimu?  terletak diantara cahaya matamu yaitu garis merah bekas airmatamu yang mengalir begitu deras dan cekungan dipipimu,lakasana bunga mawar berwarna kuning dan merahnya kayu ‘anam  yang kian membuktikan jikalau Engkau sedang dirundung kangen).
Untuk  apa kita membuktikan bahwa kita mencintai ?, kenapa kita beribadah ? apa manfaatnya kita banyak-banyak membaca Sholawat..? tidak cukupkah kita hanya mejalani hidup dan kehidupan itu saja tanpa harus repot-repot dengan urusan sosial, lingkungan sekitar, masyarakat atau kehidupan akherat. Atau benarkah cinta itu butuh bukti dan ketulusan niat hati ?. Dan mungkin ada lagi ribuan bahkan jutaan pertanyaan kenapa cinta, rahmat, sholawat dan kehidupan sejati nanti di akherat harus kita utamakan dan buktikan dengan kegigihan niat kita. Pertama, kita ini makhluk sosial, sekuat apapaun anda, aku, kita, kamu atau kalian menolak untuk saling berbagi dan saling membutuhkan toh pada hakekat dan akhirnya tetap akan selalu membutuhkan orang lain bagi proses kehidupan kita dunia ataupun akherat.  kita bisa saja hebat dalam satu hal, dalam bidang-bidang tertentu dalam ilmu-ilmu tertentu akan tetapi kita tidak akan pernah bisa melakukan segala sesuatunya dengan sendirian, oleh sebab inilah kita belajar mencintai, belajar berbagi dan belajar menghargai, contoh mudahnya ketika kita membutuhkan pakain, makanan atau hal-hal lainya, maka kita tidak bisa hanya berharap, melamun dan membayangkan kita perlu bekerjasama dengan orang lain untuk mewujudkannya, dan terutama bekerjasama dengan Alloh  Maha Pengatur segala sesuatu. Kedua, pada  hakekatnya Alloh sendirilah yang mengajarkan kepada kita untuk saling bermusyawarah berbagi, bekerjasama, hal ini dimulai sejak kita di dalam kandungan ibunda kita tercinta dengan saling berbagi gizi makanan ketika kita berada dalam rahim ibunda tersebut. Itulah proses yang sekarang kita pahami dengan kerjasama atau bahasa Islamnya Rahmat Alloh. Lalu apa manfaat ibadah, sholawat, duduk diam bertafakur sambil mendzikirkan sholawat bagi kehidupan sehari-hari jika kita sudah bersosial dan bekerjasama dengan kehidupan bermasyarakat dengan baik, bukankah  itu juga sebuah kebaikan ?, sekarang bagaimana jika pertanyaan itu dibalik ? Apakah kebaikan-kebaikan yang kamu lakukan itu bisa menjamin bahwa kita akan selamat dunia-akherat ? Apakah akan menjamin ketenangan dan kebahagiaan hati dan jiwamu serta ketentraman di keluargamu ?. Jika jawabanmu iya maka silahkan saja berbuat semaumu seolah tidak ada hari akhir dan kehidupan di akherat. Namun jika jawabanmu adalah tidak maka disitulah akan kau temukan rahasia keindahan ibadah dan cahaya gilang gemilang yang terpancar dari bekas air wudhumu dan dawamnya (terus-menerusnya) bacaan Sholawatmu, entah cahaya itu terpancar di wajahmu atau meliputi dan mendatangkan ketenangan jiwani bagi diri dan keluargamu.
Cinta, tulusnya ibadah-ibadah kita harus kita kita buktikan, harus kita terus selami,hayati, yakini sampai kau tahu bahwa penderitaan dan air matamu yang mengalir bukan lagi kepalsuan belaka akan tetapi memang dari rasa rindu dan penyesalan atas dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita buat, dan bukan hanya berhenti pada penyesalan semata, akan tetapi berusaha untuk merubah menjadi semakin baik, benar dan indah.Imam Bushiri mengibaratkan biarkan rasa sedih dan kangenmu itu meninggalkan bekas garis laksana bunga mawar yang berwarna kuning dan merahnya kayu‘anam kalau memang itu layak membuktikan bahwa engkau rindu terhadap Alloh dan Rosululloh. Sebab cinta dan  rindu itu perlu pembuktian dan derita, bagaimanapun kita berusaha memungkirinya, cinta selalu punya cara untuk membuktikan bahwa kita dirundung rasa kangen, diamuk perasaan yang kadang kita tidak bisa memahami dan mengerti bagaimana perasaan itu datang. Lalu Kenapa Alloh mengajarkan kita tentang cinta dan mempertemukan dengan penderitaan dan permasalahan..? apakah cinta itu identik dengan duka derita dan kesedihan..? Sebab Alloh ingin kita bahagia, sebab untuk mengerti keindahan kita harus memahami ketidak indahan, dan untuk memahami cinta kita memahami sebuah resiko kebencian, sebab untuk mengerti jalan keluar kita harus memulai sebuah perjalan, perubahan dan bertemu dengan berbagai permasalahan, sebab tanpa kehadiran masalah, interaksi dengan sekitar, saling berbagi dan bekerjasama maka hidup hanya akan menjadi beku, kehilangan gairah dan samar. Dan tidak, cinta tidaklah identik dengan duka derita, itu hanya soal sudut pandang, cara menilai, sebab kadang yang kita anggap sebuah derita bagi seorang pecinta adalah taman bunga keindahan dan yang kita anggap sesuatu yang indah bagi mereka yang tenggelam di lautan cinta adalah sebuah kegelapan. Hal tersebut juga tidaklah terlepas dari indahnya Rahmat Alloh, sebab RahmatNya meliputi segala sesuatu termasuk hati dan perasaan masing-masing individu. Dan Ketiga sesesungguhnya, bagi tiap-tiap individu, Alloh telah  mengalungkan nasibnya sendiri-sendiri dalam perjalanan kehidupan, jika kita bertemu sebuah permasalahan, pada hakikatnya kita telah dianugerahi kemampuan untuk menyelesaikanya, akan tetapi kadang karena terlalu sibuk atau entah karena telalu yakin dengan egoisme kemampuan diri sendiri, kita menganggap bahwa permasalahan itu jadi semacam gangguan bagi kenormalan berfikir, bagi kemengedapan perasa dan bukan sebagai sebuah ilmu dari mata pelajaran di sekolah yang bernama kehidupan. Ketika kita terbentur oleh permasalahan yang menyangkut soal hati, soal harkat kemuliaan semu yang kita anggap sebagai imam hidup kita, bukannya cenderung untuk berbicara dengan hati nurani kita sendiri atau mencari dan melihat jalan keluar dari permasalahan tersebut tapi lebih sibuk menyalahkan oranglain, tidak Ridlo dan tidak
introspeksi diri (Muhasabah) dan yang lebih parahnya kita tidak segera kembali pada Alloh dan Rosululloh tapi lebih mempertanyakan akan keadilan dan keputususanNya. Tidak mau mencari, menulusuri akar dari permasalahan tersebut dan mulai menyadari bahwa jika kita terus bekerjasama dengan Alloh dan Rosululloh pada hakekatnya kita sedang mengumpulkan benih, memupuk bunga mawar merah bukti cinta kepada Alloh dan BELIAU Rosull Muhammad. Kita merasa hebat sendiri, merasa paling jago mengatasi semua hal, tanpa mau memikirkan bahwa tanpa Kasih sayang Rohman RohimNya Alloh dan Kasih sayang Syafa’at Rosululloh  pada hakikatnya kita tidak akan bisa merubah apapun, jangankan merubah, kita bahkan tidak akan bisa berbuat apapun.     Renovasi egomu, cara berfikirmu, cara pandangmu, caramu menilai dan memahami kehidupan kerjasama dunia-akherat dan cara pandangmu tentang orang lain, katakan pada dirimu sendiri bahwa masalahku bukanlah hal-hal diluar diri dan sekitarku, akan tetapi masalahku adalah soal ketinggianku dalam menilai diriku sendiri (yang menjadi masalahku adalah Egoku). Bicaralah, terbukalah dan jadilah pendengar yang baik bagi dirimu sendiri dan masalah orang lain, katakan meski itu sulit dan kadang menyakitkan, jangan hanya memilih diam meski diam itu baik tapi diam bukanlah solusi bagi tepecahnya permasalahan, bagi ditemukannya jalan keluar untuk sebuah permasalahan. Sabar, yakin, waspada, terus belajar, bebaskan diri dari keegoisan yang berlebihan. Dan yang pasti, Cinta itu bukan soal senang dan tidak senang, bukan soal untung-rugi, mulia-hina dan pilihan lainnya, akan tetapi CINTA ITU SOAL MEMBUKTIKAN DAN MERIDHOI KEPUTUSAN.

DEMENSI HENING
Rosululloh Sallallohu Alayyhi Wasallam bersabda ” Tidaklah sempurna keimanan kalian   sampai kalian mencintaiku melebih (lebih dari pada) cinta kalian terhadap orang tua dan anak-anak kalian atau terhadap semua makhluk-makhluk lainnya. (al-hadist
- Kenapa kita bersyukur.? karena demi ketentraman dan ketenangan bathin kita, dan sebab utamanya ialah karena Alloh sudah begitu bertanggung jawab memelihara kehidupan dan senantiasa memberi segala sesuatu dan  jalan keluar bagi semua permasalahan dengan cara yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya.
Ia yang bersyukur akan ditambahai, mereka yang mengkufuri akan memeperoleh ketidak tentraman jasadi dan ruhani (adzab Alloh).

ANGKRINGAN SUFI
ALLAH MERASA HERAN
AKU (Alloh) : Heran terhadap orang yang percaya terhadap maut, tetapi ia masih sombong dan membanggakan diri.
AKU (Alloh) :  Heran terhadap orang yang mengetahui hari perhitungan tetapi ia masih sibuk menumpuk-menumpuk harta.
AKU (Alloh) : Heran terhadap orang yang paham bahwa ia pasti akan masuk lubang kuburan tetapi masih sanggup tertawa terbahak-bahak.
AKU (Alloh) :  Heran terhadap orang-orang yang yakin terhadap hari akhir tetapi ia masih berpanjang-panjang dalam kesenangan dan lalai.
AKU (Alloh) :   Heran kepada orang-orang yang mengerti bahwa dunia ini fana tetapi ia masih terus saja menambatkan hati selain kepada-Nya.
AKU (Alloh) : Heran kepada orang yang pintar bicara tetapi bodoh di dalam menyelami pengertian.
AKU (Alloh) : Heran yang hari-harinya habis untuk membicarakan aib orang lain, tetapi iapun lupa melihat cacatnya sendiri.
AKU (Alloh) : Heran terhadap orang yang sadar bahwa “ AKU” memperhatikan tingkah lakunya kapan dan dimanapun saja, tetapi tetap saja ia durhaka.
AKU (Alloh) : Heran terhadap orang yang tahu bahwa ia akan mati sendirian dan masuk kubur sendirian tetapi masih saja ia menggantungkan kebahagiaan kepada senda gurau dan main-main dengan banyak orang.

0 komentar:

Posting Komentar