Jumat, 03 April 2015

EDISI - 06 KAMIS

Edisi, 06
Kamis 21 Peb 2013

MABUK DALAM CINTA TERHADAP ALLAH
Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al Ghazali bahwa pada suatu ketika Nabi Isa As
berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyirami tanaman di kebun. Pemuda itu
kemudian berkata “ Wahai Nabi Isa As, Engkau mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi
kepadaku seberat semut jarrah cintaku kepada-Nya.
Nabi Isa As, berkata “ Wahai saudaraku kamu tidak akan berdaya untuk menerima seberat
jarrah itu “ Pemuda itu berkata lagi “ Wahai Nabi kalau aku tidak berdaya untuk satu jarrah
maka Engkau mintalah untukku setengah berat jarrah.” Oleh karena keinginan pemuda itu untuk
mendapatkan kecintaannya kepada Allah Nabi Isa As pun berdoa, “ Ya Tuhanku berikanlah Dia
setengah jarrah cintanya kepada-Mu. “  Setelah Nabi  Isa As, berdoa Beliaupun berlalu dari
situ, tidak lama kemudian Nabi  Isa As datang lagi ketempat pemuda yang memintanya berdoa,
akan tetapi Nabi Isa As tidak dapat berjumpa dengan pemuda tersebut dan Beliaupun bertaya
pada orang yang lalu lalang ditempat tersebut, dan berkatalah salah seorang yang berada
disitu bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.  Mendengar penjelasan
orang-orang itu Nabi Isa As pun berdoa, kepada Allah SWT “ Wahai Tuhanku tunjukanlah
kepadaku tentang pemuda itu.” Selesai berdoa Beliaupun dapat melihat pemuda itu yang berada
di antara gunung-gunung dan sedang duduk diatas sebuah batu besar dan matanya menatap
langit.
Kemudian Nabi Isa As menghampiri pemuda tersebut dengan memberi salam akan tetapi pemuda
itu tidak menjawab salam dari Nabi Isa As, lalu beliau berkata wahai pemuda aku ini Isa”
Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu yang berbunyi “ Wahai Isa, bagaimana Dia dapat
mendengar pembicaraan manusia sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat jarrah
cintanya kepada-Ku, kalaupun engkau memotong tubuhnya dengan gergaji sekalipun tentu Dia
tidak mengetahuinya.”  Dengan demikian terjawablah sebenarnya apa itu CINTA, ketika kita
masih menemukan lawan kata dari cinta berarti hal tersebut sesunggunya semu, karena
sejatinya bahwa cinta sejati tidaklah menemukan lawan kata.  Barang siapa yang mengakui
tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain, maka dia adalah
orang yang tertipu yakni :
1.    Orang yang mengaku merasakan manisnya berzikir kepada Allah akan tetapi dia masih mencintai dunia.
2.    Orang yang mengaku cinta, iklas didalam beramal tetapi dia ingin mendapat sanjungan dari manusia.
3.    Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakan- nya tetapi tidak berani
merendahkan dirinya. Rosullullah SAW telah bersabda. “ Akan datang waktunya umatku akan
mencintai lima, lupa kepada yang lima :
1.    Cinta dunia lupa akhirat.
2.    Cinta harta benda lupa hisab.
3.    Cinta mahluk (Wanita) lupa Al-Khaliq.
4.    Cinta dosa lupa tobat.
5.    Cinta rumah mewah lupa kubur.
Lantas bagaimana dengan ikhsan kita kalau tidak ada keteguhan dalam perjalanan hidup kita,
Hal yang berkaitan dengan uraian diatas semua karena masih dihinggapi pandangan-pandangan
keduniawian karena masih terbelenggu oleh nafsu. Dalam aksara jawa “ CO” sama halnya
(neguhke Imane) CO “ (Condro mowo) / ndeleng geni artinya jangan melihat hal-hal yang tidak
pantas karena bisa membakar nafsu kita untuk berbuat kemaksiatan atas pandangannya,
masalahnya tempat dosa yang pertama berakar dari pandangannya. CO “ (Condroso) maka dari
itu pandanglah dengan rasa (Roso pangroso) pandang bahwa kita sebagai titah
CO “ (Condro Kirono) bahwa apa yang kita pandang/lihat akan menjadi sesuatu hal yang baik,
karena hakekatnya didalam kejelekan ada kebaikan. Kalau sudah demikian disitu akan tumbuh
rasa kecintaan, akan merasakan sebuah kehadiran (roso pangroso) sebagai titah/kawula,
pandangannya sudah awas artinya sudah sesuai dengan akhlak Rosullullah.

MUTIARA HIKMAH
“   Orang bodoh itu sesat dan meyesatkan, jika diperlakukan baik ia sombong, jika
diperlakukan buruk ia jahat, jika diminta bicara ia menyimpang dan jika dibiarkan ia
menjadi beban.”
 “   Ahlak yang mulia itu bagaikan sinar dan cahaya ketika sampai ke hati, ia meneranginya
dari kegelapan maksiat”.
 “     Saudaramu (yang sejati) adalah dia yang memberimu suri tauladan yang  baik ”.

ANGKRINGAN SUFI
Gerimis disore itu membuat pelataran angkringan basah kuyup karena tersiram air yang turun
dari langit, rumput-rumput liar juga merasakan kehadiran siraman air yang jatuh tersebut,
sementara di balik tirai rumah sosok manusia yang tak asing menatap keluar dengan pikiran
menerawang jauh kemana arah tujuannya, tiba-tiba sosok orang tersebut dikejutkan dengan suara ketok-ketok pintu….
Kang Hakekat   : Tok, Tok, Tok….. Asallamualaikum…..Kang .
Kang Sarengat : Walaikumsalam…. Wah Kang Hakekat Monggo, silahkan masuk tumben ada apa Kang.
Kang Hakekat : Lho gimana to sampean aku lihat sampean kaya galau, pandanganya menerawang
entah kemana gitu jadi aku tertarik mampir pingin ngerti sebenarnya ada apa.
Kang Sarengat : Gini Kang aku kok akhir-akhir ini takut mati hampir setiap waktu selalu
terlintas dengan kematian, padahal aku dosanya masih banyak, maksiat masih sering aku
lakukan, jane ki opo to aku normal tidak sebenarnya. 
Kang Hakekat : Weh… begitu, apik tenan Kang, kalau sampean mau memikirkan hal itu berarti
Sampean menyadari bahwa akan ada kehidupan setelah mati, begini Kang jangan cemas dengan
kematian karena bagaimanapun akan datang pada saatnya, yang perlu Sampean cemaskan mestinya
proses kematian tersebut sampean bisa khusnul khotimah tidak, ya kalau pingin demikian ya
NGAJI, Sowan poro ulama nanti khan di kasih jurus jitu menghadapi kematian dengan tersenyum
bahkan tertawa…. He he he……….


0 komentar:

Posting Komentar