Sabtu, 04 April 2015

EDISI KHATAMAN 16 JAN 2014

Edisi Khataman Burdah
16 Jan 2014

Bismillahirrohmaanirrohiim.
Rahmat, Syafa’at dan Barokah.
Allohumma sholli wasallim ala sayyidinaa, wasyafi’inaa, wahabiibinaa,
wamaulaanaa Muhammad sholallohu alaihi wasallam.
Setiap individu di dalam menjalani  khasanah kehidupan pastilah mendambakan kebahagiaan,
baik kehidupan di dunia maupun kehidupan nanti di akherat, dan kriteria masing-masing orang
akan sebuah kebahagiaan itu selalu berbeda antara satu sama lainnya. Ada yang beranggapan
jika memiliki harta benda yang tak terhitung mungkin akan membuat seseorang jadi bahagia
atau mungkin membeli sebuah kebahagiaan, ada juga yang memiliki anggapan jika memegang
kekuasaan duniawi yang lebih dari orang lain akan otomatis bisa bahagia atau berbagai macam
contoh kriteria bahagia yang lainnya. Terlepas dari semua jenis kriteria rasa kebahagiaan
yang seolah jadi kesepakatan bersama, yang justru pada hakekatnya kebahagiaan itu terletak
pada rasa puasnya hati dan tentramnya fikiran, terletak pada kemampuan diri mengolah dan
memahami pada apa yang ia peroleh dan ia hadapi dalam menjalani kehidupan itu sendiri.
Sekaya apapun kita, sehebat apapun power kekuasaan (sosial duniawi) semulia apapun derajat
sosial  kita di kalangan kehidupan bermasyarakat tidak menjamin diri kita untuk bahagia,
jika hati kita sendiri tak pernah merasakan kepuasan dan akal fikiran kita tidak tentram
menghadapi  mata pelajaran yang bernama kehidupan. Bukan berarti  bahagia itu identik
dengan kemiskinan dan  ketiadaan apa-apa, itu tidak miskin dan ketiadaan apa-apa belum
tentu bahagia jika hati dan fikirannya tidak tentram, Kebahagiaan terletak pada bagaimana
kita memenejemen hati dan fikiran kita dalam menjalani apa yang dihadapi dalam kehidupan
itu sendiri. Di dalam Islam ada 3 (tiga) fundamen besar dalam menjalani kehidupan  yang
bisa dijadikan acuan atau pola dasar dalam memanejemen tentramnya hati dan fikiran, serta
juga  sebagai sebuah konsep yang bisa diterapkan dalam perilaku kehidupan kita sehari-hari,
pelajari dan aplikasikan. Ketiga hal tersebut ialah,  Pertama Kasih sayang Rohman Rohimnya
Alloh (Rahmat) Kedua kasih sayangnya Rosululloh (Syafa’at) dan Ketiga indah manfaatnya
menjalankan dan menerjemahkan Rahmat dan Syafa’at ( Barokah atau Berkah ) yang Alloh
titipkan kepada siapa saja dan apapun saja. Ketiga hal ini bukanlah sebuah tradisi usang
atau khayalan imajiner (bayangan) belaka akan tetapi merupakan sebuah dasar kehidupan  yang
tidak mungkin terlepas dari perilaku kehidupan umat manusia dan makhluk-makhluk Alloh lainnya.
Dan yang perlu dicermati, dipahami kembali adalah cara pandang kita selama ini tentang
keindahan ketiga hal tersebut, yang kita pahami dan lakukan adalah menunggu datangnya
ketiga hal tersebut tanpa mau ataupun berusaha untuk mencari atau bahkan mengerjakannya,
menunggu dan terus menunggu sampai mungkin kehilangan keyakinan akan datangnya hal
tersebut, kita berharap Rahmat, Syafa’at dan Barokah menyapa kita pagi hari ketika bangun
dari tidur malam dengan mimpi-mimpi indah, padahal pada hakekatnya Ketiga hal itu
senantiasa menyapa, memeluk dan meliputi seluruh aktifitas kehidupan kita sendiri dalam
kondisi apapun saja, hanya saja mungkin telinga kita terlalu kurang peka, mata fisik dan
mata hati nurani kita kurang jernih dalam melihat dan merasakan kelembutan indah mulianya
Ketiga hal tersebut, sehingga lupa bahwa diri kita pribadi ini termasuk dalam lingkaran
ketiga hal tersebut.  Sepertinya ada hal yang terlewatkan oleh pemahaman kita, pada cara
pandang kita selama ini tentang ketiga hal tersebut, bahwa Rahmat (kasih sayang,
pertolongan) Alloh  itu tidak cuma untuk ditunggu akan tetapi juga untuk dikerjakan, harus
diolah agar jadi sesuatu yang membawa Barokah bagi sekitar kita, keluarga, teman saudara,
atau siapa saja dan alam semesta, dan ketiga hal tersebut adalah sebuah hal yang saling
terkait antara satu sama lainya, sebab Alloh mengutus Rosulullloh adalah untuk jadi
Rohmatan lil-alamin (jadi pancaran kasih sayang Rohman Rohim-Nya, jadi Barokah, penolong
nasib kita, pembela kita) dan tentunya seiring dengan diutusnya Rosululloh kedunia maka
Rahmat Alloh tercurah tiada henti dari awal hingga akhir zaman dan begitu pula dengan
Syafa’at dan Barokah yang Beliau pancarkan ke alam semesta. Jadi antara Rahmat, Syafa’at
dan Barokah itu saling terkait diantara satu sama lainnya. Mari mengendapkan diri sejenak,
pahami, pelajari dengan hati nurani, khasanah luasnya samudera keindahan ketiga hal
tersebut. Pertama : Rahmat (kasih sayang Rohman Rohim-Nya, Pertolongan, Ridlo-Nya dunia-
akherat) Rahmat  adalah bentuk kasih sayang dan tanggung jawab Alloh dalam memelihara
kehidupan Dunia-Akherat, sebuah pancaran cinta-Nya untuk menjaga, mengayomi, memelihara
semua ciptaan-NYa. Namun Rahmat Alloh ini tidaklah cukup untuk ditunggu dan diharap semata,
akan tetapi lebih untuk dikerjakan dan diterjemahkan dalam proses kehidupan itu sendiri,
namun kebanyakan dari kita hanya akan menunggu tanpa mau berusaha, terus , menunggu dan
menunggu untuk memulai  sebuah perubahan, terus menunggu tanpa menyadari bahwa pertolongan
Alloh itu tidak untuk ditunggu akan tetapi untuk dikerjakan, untuk diterjemahkan dan
dibentuk atau dialirkan untuk menjadi sebuah keindahan, Barokah, ataupun jalan keluar dari
rumitnya sebuah permasalahan yang dihadapi dalam mata pelajaran kehidupan. Dan  Alloh
sangat bertanggung jawab terhadap hidup kita dengan terus menerus melimpahkan Rahmat-Nya
dan Rahmat-Nya mencapai apa saja, tanpa pernah perduli kita mau mensyukurinya ataukah
tidak, kita mau mencari dan berusaha menyalurkannya agar jadi sebuah keindahan dan Barokah
bagi sekitar kita ataupun tidak, namun bila Rahmat itu kita kerjakan, bukan hanya rasa hati
kita yang akan tentram dan Mutma’inah (damai, bahagia) secara tidak langsung kita juga
meridloi segala keputusan Alloh dalam kehidupan yang kita jalani dan kita sadari atau tidak
kita sudah di dalam lingkaran Kasih sayang Rohman Rohim-Nya
Alloh dan Kasih sayang Syafa’at Rosululloh, dan barangsiapa yang berada dalam lingkaran
tersebut bukan hanya terbebas dari Bala’ (marabahaya, petaka, kesulitan hidup dll) maka
secara otomatis akan memancarkan Barokah atau Berkah bagi kehidupan disekitarnya, sebuah
hal yang indah bukan?
hal Kedua Syafa’at Rosululloh (Kasih sayang dan pertolongan Beliau dunia-akherat) Syafa’at
adalah sebuah bentuk tanggung jawab, bentuk cinta, pertolongan dan kasih sayang Kanjeng
Nabi Muhammad terhadap umatnya yang begitu Beliau cintai, dan Syafa’at ini berlaku dunia-
akherat, kapan saja dan dimana saja sejak kecil kita diberitahu, diajari dan di didik bahwa
kita harus banyak-banyak berdoa dan berharap untuk mendapat Syafa’at dari Rosul Muhammad
nanti.Ketika di hari akhir, di hari perhitungan, kelirukah hal ini..? tidaklah keliru akan
tetapi  kok rasanya hal tersebut kurang begitu tepat, sebab pada hakekatnya Syafa’at
Rosululloh itu sudah ada sejak Alloh menciptakan Nur Muhammad dan meliputi semesta,
terlebih ketika Alloh memutuskan mengutus  Rosull Muhammad untuk menyempurnakan akhlak dan
menjadi Rahmat bagi semesta alam, jadi  Syafa’at itu berlaku dan terjadi tiap hari tiap
malam tiap jam menit dan detik, sebab anda bisa mengenal Alloh, bisa merasakan Rahmat Alloh
yang turun, bisa bekerja mencari nafkah dan lain sebagainya itu dikarenakan mendapat
Syafa’at dari Rosululloh, kok bisa begitu..? lupakah anda bahwa sebelum Alloh menciptakan
dunia dan sebelum Alloh menciptakan segala sesuatu yang pertama kali Alloh ciptakan ialah
Nur Muhammad (cahaya yang terpuji, cahaya kenabian) dan lupakah anda bahwa Alloh
menciptakan dunia akherat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk Kekasih-NYA yakni
Rosululloh Muhammad. Jadi Rosul Muhammad itu berhak sepenuhnya akan keberlangsungan nasib
hidup kita dan kebahagiaan kita dunia akherat, dan oleh karena hal itu maka Syafa’atnya
berlaku bagi kehidupan kita dunia akherat,dan  Rosululloh sendiri tidak pernah pilih kasih
untuk memberikan Syafa’atnya kepada siapa saja dan kapan saja dan dimana saja, jadi
Syafa’at itu bukan hanya bentuk kasih sayang Rosululloh terhadap umatnya, akan tetapi juga
pertolongan dan pertanggung jawaban Beliau terhadap umat yang Beliau cintai, Syafa’at
berlaku dunia-akherat dan melingkupi seluruh proses kehidupan itu sendiri. Dan Hal yang
Ketiga yakni Barokah(hal atau keadaan yang merupakan pancaran dari Rahmat Alloh dan
Syafa’at Rosululloh,dimana keadaan ini menerjemahkan atau mengaplikasikan nilai-nilai
Rahmat dan Syafa’at menjadi sesuatu yang indah dan bermanfaat tidak cuma bagi kehidupan
kita dan sekitar kita tapi juga bagi alam semesta.) Selama ini kita menganggap bahwa
Barokah atau lazim disebut Berkah hanya dimiliki atau dipancarkan oleh orang-orang dengan
level sosial ruhaniah tertentu umpamanya, Ulama, Aulia, orang suci dan lain-lainnya,orang-
orang biasa atau kebanyakan tidak memiliki atau berkesempatan menampung keindahan Barokah
atau Berkah tersebut. Para Alim memang mempunyai Barokah yang luarbiasa, hal tersebut
mereka dapatkan bukan hanya karena  kesucian hati mereka semata akan tetapi juga karena
kualitas pencarian dan penerjemahan akan Rahmat dan Syafa’at menjadi sesuatu yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan sekitarnya. Namun pada hakekatnya semua makhluk ciptan
Alloh itu mengandung intisari nilai-nilai Barokah itu sendiri, entah itu siapa dan apa
profesi dan derajatnya (ruhani ataupun sosial ) semuanya memuat nilai-nilai tersebut,
sebabnya coba pahami Hadits Rosululloh, “ Setiap kita dilahirkan dalam kondisi fitrah
(suci) dan setiap kita di ciptakan dari cahayanya Rosululloh (Nur Muhammad).       
Jadi setiap kita pasti memiliki Barokahnya masing-masing sesuai dengan kodrat kefitrahan
diri kita tersebut, dan apapun saja atau siapa saja yang  bersangkutan dengan fitrah dan
keindahan Nur Rosululloh sudah pasti dengan sendirinya memuat potensi untuk jadi Barokah
dan manfaat luar biasa bagi kehidupan itu sendiri.  Namun bisa tidaknya kita menemui dan
menyadari keindahan dari semua itu kembali pada diri kita masing-masing, mau menyelami dan
mencari ataukah tidak, mencari kemudian menemukan permata yang tersimpan di kedalaman ruang
hati, di samudera kehidupan ataukah tidak, mau mengaplikasikan, menyalurkan ketiga hal
tersebut (Rahmat, Syafa’at, Barokah) menjadi kemanfaatan ataukah mau terus tidur panjang
dalam ketidak perdulian akan indahnya berbagi dan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi
kehidupan dunia akherat ataupun kehidupan sosial disekitar kita ataukah tidak, semuanya
kembali kepada dirinya sendiri masing-masing.sebab pada hakekat dan akhirnya hidup tidaklah
lepas dari Ketiga hal indah tersebut.  “Allohumma Sholii ala-Sayyidinaa Muhammad. Kullu
amin wa-antum bi-alfi alfi Khoir”.

JALAN SUNYI:
Pada suatu hari ketika Kang Sarengat sedang duduk termenung tafakkur sendirian
memukhasabahkan dirinya, tiba-tiba dikejutkan oleh seekor ulat yang mana ulat itu di
anugrahi oleh Allah alkhaq bisa berbicara bahasa manusia dengan Kang Sarengat.
Ulat : Salaamulloh alaika Kang, kaifa khaaluk ?
Masihkah engkau sibuk dengan Alloh dan Rosullnya ?
Kang Sarengat terkejut luar biasa ada ulat yang bisa berbicara dengan bahasa manusia,
dengan terbata-bata Kang Sarengat menjawab salamnya.
Kang saringat: Alaika salaamulloh warohmatuhu wabarokaatuhu, alkhamdulillah aku baik baik
saja dan karena Rochman Rokhim-Nya aku masih bisa mencintai Alloh dan Rosullnya. Lantas ada
apa gerangan engkau menemuiku..?
Ulat : Aku kesini diutus oleh Alloh untuk menceritakan kepadamu behwa aku  juga berdzikir
kepada Alloh. Kalo siang hari aku berdzikir dengan kalimat
“Subhaanalloh wal khamdulillah walaailaahaillalloh lahulmulku wahuwa ala  kulli syai’in
qodiir”. Dan malam hari dengan kalimat  “Allohumma sholli ala, Sayyidinna Muhammad Nabiyyil
ummiyyi wa’ala aalihi wa sohbihi wasallim”  semantara engkau sendiri bagaimana kang..? 
Hati kang sarengat seperti diiris-iris tidak bisa menjawab apa-apa. Dan belum habis rasa
perih dihatinya tiba-tiba seekor laba-laba yang bersenang di pojokan atap rumah Kang
Sarengat ikut nimbrung berbicara “ hai Kang Sarengat jangan sekali kali engkau berbicara
tentang taqwa dan tawakal kalau Engkau belum bisa seperti diriku. Aku disini diutus oleh
Alloh al khaq sudah lama untuk memberi contoh kehidupan tawakal kepadamu tapi Engkau tak
pernah menggubrisnya imanmu masih kacau balau kau tak pernah mau berusaha untuk
meningkatkan pada satu tingkat yaitu level keyakinan (ieqoon).
Kau belum yakin pada Alloh dan Rosullnya apa lagi taqwa dan tawakal kau masih sebatas
percaya bahkan kepercayaanmu (imanmu) masih setengah hati kau lebih percaya dengan iklan-
iklan di TV, tipu daya iblis, bisikan-bisikan lembut nafsu syaitanmu, engkau layak disebut
penyembah berhala materi dari pada orang yang beriman.
kau Kang Sarengat dan kalian bangsa manusia yang mengaku muslim, mengaku mencintai Rasull
Muhammad, rajin mengikuti majelis majelis sholawat, tapi kelakuan kalian bertolak belakang
dengan ajaran yang dicontohkan oleh Beliau Rosululloh Muhammad, sekarang kami bangsa semut
ingin bertanya pada kalian, Rasull yang mana..? Muhammad yang mana yang kalian cintai..?
Sadar dan sadarilah kalian diciptakan sebagai khalifah di bumi bukan sebagai iblis meski
sering kali sikap dan kelakuan kalian sering kali melebihi iblis, suatu saat nanti kalian
akan dimintai pertanggung jawaban atas kekhalifahan kalian. Kami bangsa semut bersumpah,
bila nanti datang waktunya dan kalian belum merubah dan menyadari kesalahan dan kekurang
anjaran kalian kepada ”Robb” kita semua. Kami bangsa semut akan mendatangi, mengerubungi
dan menggrogoti jasad kalian.      Akhirnya kawanan semutpun berlalu melanjutkan perjalanannya
dengan berbaris dan bertasbih kepada Alloh “Subkhaanallohil malikil quddus” terus menerus
tanpa henti meninggalkan Kang Saringat yang lunglai tersayat sayat hatinya, ia merasa di
adili oleh hewan-hewan yang selama ini ia lecehkan runtuh sudah keegoan yang selama ini
menjadi “ DEWA” dalam hidupnya. Lebur menjadi air mata yang mengalir deras dari kedua
kelopak matanya.
Tak terasa malam sudah menapaki waktu pagi, semilir angin yang berhembus memasuki lorong
telinga Kang Sarengat terus bertasbih ”Subbuuhun kudduusun robbunaa wa robbul malaaikati
warruuh”. Waktu menunjukan jam dua pagi di kejauhan terdengar ayam jantan yang mulai
berkokok : Udzkurulloh udzkuruulloh. . . . disambut oleh burung hantu huw (Dia) Huw (Dia)
Huw (Dia). Sementara bani insan masih asyik dibuai alam tidurnya, Kang Sarengat masih dalam
keadaan luluh lantak remuk redam badan hatinya, jiwanya berguncang, dengan sisa sisa
tenaganya hanya ia berusaha bangkit untuk bersimpuh di hadapan Alloh al khaq dangan
memperbarui syahadatnya.
Fa’ Tabiruu yaa ulil Albaab
(Maka ambillah pelajaran wahai orang yang punya pandangan hati)
Kau  terlalu sibuk dengan kebanggaan-kebanggaanmu yang semu. Kau bangga dengan shalatmu,
puasamu, khaji dan umrohmu, kau menganggap bahwa setelah menjalankan itu semua kau adalah
orang yang lebih banyak pahalanya ketimbang dosanya. Kau keterlaluan Kang dengan Alloh pula
kau tawar menawar, kau lebih mengharap pahala dari-Nya dari pada upaya mendekatkan diri
mengharap ridlo-Nya.
Ingat kang..! Semua yang kau lakukan akan di khisab oleh Alloh, yang menurutmu baik belum
tentu baik  dalam pandangan Alloh sebab sering kali kebaikan yang kau lakukan kau campur
aduk dengan pamrih, riya, dan pamer. Kalimat ikhlas yang sering kau sombongkan dengan mulut
ketika kau beramal adalah bagian dari riyamu di hadapan manusia.
Kang Sarengat belum menjawab sepatah katapun tiba-tiba semut-semut yang berbaris di dinding
rumah Kang Saringat mendadak berhenti berbaris dan ikut menyela berbicara  :  ya Kang
Sampean terlalu banyak omong besar, sering berbicara tentang keselamatan tapi tak pernah
merealisasikan, lihatlah kami yang tak pernah berbicara tapi kami membuktikan dengan
menjaga dan berbagi diantara habitat kami.
Kami para semut heran dengan bangsa manusia khususnya denganmu Kang, kau bilang dirimu
seorang muslim, tapi kelakuanmu dan sikapmu sama sekali tidak menunjukkan bahwa engkau
seorang muslim. Semestinya sebagai muslim harus saling menjaga atau tidak boleh menyakiti
satu sama lainnya baik dengan lisan maupun tingkah laku, tapi apa kenyataannya, kalian
bangsa manusia labih senang menaburkan benih-benih permusuhan diantara sesama, lebih asyik
menggunjing dan menfitnah saudara sendiri, lebih fasih untuk mengkafirkan dan membid’ahkan
saudara-saudaramu yang tak sepemikiran dengan kalian. Wasiat taqwa dalam setiap khutbahmu
di hari jumat belum bisa kau wujutkan dalam kehidupan sepiritual dan sosialmu, bahkan
kadang kala khutbahmu justru menyulut api kebencian diantara sesama.
Shalat yang kau kerjakan setiap hari lima waktu hanya karna kau takut kepada mereka, jadi
pantas saja kalau perbuatan mungkarmu tak terkikis dari sendi sendi kehidupanmu, salam
kanan kiri dari penutup shalatmu yang hakekatnya sebagai janji untuk manjamin kesalamatan
semua makhluk di kanan kirimu tak pernah kau ejawantahkan dalam setiap benak langkahmu. Kau
dan kalian bangsa manusia lebih senang menyiapkan perang saudara ketimbang meniupkan angin
perdamaian dan keselamatan.

SULUK LINNGLUNG :
Secara etimologi suluk berarti mistis, atau jalan menuju kesempurnaan batin. Di samping
pengertian tersebut dalam perspektif lain suluk diartikan sebagai khalwat, pengasingan diri
dan ilmu-ilmu tentang tasawuf atau mistis. Dalam sastra Jawa suluk berarti ajaran, falsafah
untuk mencari hubungan dan persatuan manusia dengan Tuhan, sedangkan dalam seni pendalangan
suluk dapat diartikan sebagai nyanyian dalang untuk menimbulkan suasana tertentu.
Dalam komunitas tarekat suluk diartikan sebagai perjalanan untuk membawa seseorang agar
dekat dengan Tuhan sedangkan orang yang melakukan perjalanan tarekat dinamakan salik. Dalam
tarekat pengertian suluk cenderung bersifat mistis dan aplikasi ritual tasawuf untuk
mencapai kehidupan rohani.
Linglung merupakan struktur bahasa Jawa yang artinya "bingung". Bingung di sini diartikan
ketidakpastian, atau dapat diartikan sebagai kumpulan dari cerita, aplikasi ritual tasawuf
Sunan Kalijaga ketika ia mengalami kebingungan dalam mencapai hakekat kehidupan.
Suluk dalam Jawa adalah ajaran filsafat untuk mencari hubungan dan persatuan manusia dengan
Tuhan, suluk merupakan salah satu bentuk ajaran yang termanifestasikan dalam sebuah kitab
atau karya. Suluk Linglung Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari sekian ajaran filasafat
yang digubah oleh Iman Anom.
Birahi ananireku, aranira Allah jati.
Tan ana kalih tetiga, sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora, ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah menjadikan terwujudnya dirimu; dengan adanya wujud dirimu
menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi
tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa
orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
Sipat jamal ta puniku, ingkang kinen angarani, pepakane ana ika, akon ngarani puniki,
iya Allah angandika, mring Muhammad kang kekasih.
Ada pun sifat jamal (sifat terpuji/bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha
menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya, karena ada yang mewujudkan adanya.
Demikianlah yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya
Yen tanana sira iku, ingsun tanana ngarani, mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun iya sira, aranira aran mami
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak dikenal/disebut-sebut; Hanya dengan sebab ada kamulah
yang menyebutkan keberadaan-Ku; Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya
AKU, Allah, menjadikan dirimu. Wujudmu menunjukkan adanya Dzatku
Tauhid hidayat sireku tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah, uga donya uga akhir,
ya rumangsana pangeran, ya Allah ana nireki.
Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah, baik di
dunia maupun di akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu ada dalam dirimu
Ruh idhofi neng sireku, makrifat ya den arani, uripe ingaranan Syahdat, urip tunggil
jroning urip sujud rukuk pangasonya, rukuk pamore Hyang Widhi.
Ruh idhofi ada dalam dirimu. Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian),
hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan
Tuhan pilihan.
Sekarat tananamu nyamur, ja melu yen sira wedi, lan ja melu-melu Allah, iku aran sakaratil,
ruh idhofi mati tannana, urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi padamu. Jangan
takut menghadapi sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan
Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati; Hidup
mati, mati hidup
Liring mati sajroning ngahurip, iya urip sajroning pejah, urip bae selawase,
kang mati nepsu iku, badan dhohir ingkang nglakoni, katampan badan kang nyata, pamore
sawujud, pagene ngrasa matiya, Syekh Malaya (S.Kalijaga) den padhang sira nampani, Wahyu
prapta nugraha.
Mati di dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi. Yang
mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya.
Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya
(S.Kalijaga), terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang. Anugerah berupa
wahyu akan datang padamu.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pengalaman hidup, baik itu pengalaman hidup
pribadi maupun orang lain. Orang Jawa menyebut belajar pada pengalaman orang lain itu
sebagai “kaca benggala”.     Nah, kini kita belajar pada pengalaman dari Kanjeng Sunan
Kalijaga lewat Suluk Linglung Sunan Kalijaga. Ketika itu, Kanjeng Sunan Kalijaga yang juga
dijuluki Syech Malaya berniat hendak pergi ke Mekkah. Tetapi, niatnya itu akhirnya dihadang
Nabi Khidir. Nabi Khidir berpesan hendaknya Kanjeng Sunan Kalijaga mengurungkan niatnya
untuk pergi ke Mekkah, sebab ada hal yang lebih penting untuk dilakukan yakni kembali ke
pulau Jawa. Kalau tidak, maka penduduk pulau Jawa akan kembali kafir.

DEMENSI HENING
1. Apakah itu Iman.? Ketika perbuatan baik Anda menyenangkan Anda dan perbuatan jahat Anda
mendukakan Anda, Anda adalah orang beriman dan Apakah  Dosa itu..? Ketika sesuatu
mengganggu (kedamaian) hati Anda, anda menyerah terhadap kondisi tersebut.   (al-Hadist).
2. Orang yang kuat bukanlah pegulat yang baik, orang yang kuat adalah orang yang mampu
mengendalikan dirinya sendiri ketika dia marah. (al-Hadist)
3. Untuk mengatasi kejahatan dengan kebaikan adalah sebuah cara yang baik, untuk melawan
kejahatan dengan kejahatan adalah juga sebuah kejahatan. (al-Hadist).
4. Jangan iri satu sama lain, jangan saling membenci satu sama lain,  jangan berpaling dari
yang lain, Dan jangan melemahkan satu sama lain, sebab Anda Wahai hamba Allah, adalah
saling bersaudara antara satu sama lainnya. (al-Hadis).
5. Takutlah pada Allah dimanapun Anda berada, dan menindaklanjuti perbuatan buruk dengan
perbuatan yang baik, sebab  itu akan menghapus keburukan tersebut, dan bersikap baiklah
terhadap sesama. (al-Hadist).
6. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanyai, dimintai pertanggung
jawaban atas kepemimpinan kalian tersebut. (al-Hadist).
7. Ada seorang sahabat bernama Jabir bertanya kepada Rosulululloh S.A.W. ” Wahai
Rosululloh, dengan ayah bundaku, beritahu aku wahai ya Rosull apakah awal sesuatu yang
Alloh ciptakan sebelum Alloh menciptakan segala sesuatu..? Rosululloh yang hatinya penuh
kasih sayang dan kelembutan tersebut berkata ”wahai Jabir, sesungguhnya yang  Alloh
ciptakan sebelum menciptakan segala sesuatu adalah Nur Nabimu Muhammad Sholalloh alaihi
wa-alihi wasallam.(Nur Muhammad)


0 komentar:

Posting Komentar