Senin, 06 April 2015

EDISI - 31 KAMIS

Edisi, 31
Kamis 21 November 2013

CINTA KILAT DUNIA
“ Sayyiduna Muhammad Rosulullah  Lil-Alamiin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Tujuan hidup menyangkut nilai. Nilai merupakan kualitas yang mencakup bidang yang sangat
luas, nilai yang dibicarakan adalah dalam arti moral / akhlaq kaitannya adalah tingkah laku
manusia yang memperlihatkan tujuan hidupnya. Artinya sesuatu yang  harus dilakukan
seseorang sehingga tujuan hidupnya tercapai. Yang dimaksud tujuan hidup adalah kesempurnaan
yang mungkin diperoleh (Al mukmin Kamil), yang dirindukan oleh setiap yang ada. Kalimat
yang mungkin diperoleh mengacu pada esensi sesuatu. Jadi kesempurnaan manusia adalah yang
sesuai dengan subtansi esensialnya,   al nafs.
Tujuan hidup manusia dengan demikian adalah kesempurnaan jiwa. Karena jiwa mempunyai sifat
dasar mengetahui, maka kesempurnaannya adalah ketinggian tingkat kemampuan untuk
mengetahui. Tingkat tertinggi kemampuan akal adalah al-aql al-mustafad yang dapat
berhubungan dengan akal aktif, Malaikat yang terdekat hubungannya dengan dunia nyata. Oleh
karena itu manusia itu berada di antara dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama ialah
bahwa ia memperoleh kesempurnaan dapat dekat kepada Allah karena melalaui dunia Malaikat
dan bisa melebihi Malaikat.
Kemungkinan kedua bahwa ia mengikuti persamaannya dengan syetan/binatang. Seperti
mengembangkan al syahwat dan al ghadhab, sehingga ia turun ketingkat binatang ataupun lebih
dari binatang  bahkan iblis. Dengan kecenderungan     al ghadhab timbul keberanian pada
manusia untuk melakukan apa saja menentang sesuatu yang merugikannya.  Kecenderungan     al
syahwat seseorang akan berusaha memiliki segala sesuatu yang menguntungkan. Jadi dua hal
tersebut berpotensi sebagai manusia yang BUAS dan SERAKAH. Dari kecen-derungan tersebut
melahirkan pecinta-pencinta dunia dan budak-budak dunia.
Dari sudut pandang lain potensi sekali menjadi manusia yang serba punya pilihan tergantung
dari mana dan mau kemana semua itu akan di bawa. Hal yang sering terjadi bahwa manusia
punya kecenderungan menjadi pecinta dunia bahkan dengan gagah berani menjalin asmara dengan
dunia. Pertanyaannya apakah kita ingin menjalin dan menjadi korban“ CINTA KILAT DUNIA “ 
jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Dari beberapa edisi sudah banyak kita kupas
tentang nafsu dan keduniawian akan tetapi sejauh ini kita masih bangga dengan jubah-jubah
kesombongan, bahkan masih rakus dalam hal keduniawian. Apa tidak mulai luntur dan terkikis
oleh gelombang syafa’at yang di alirkan setiap malam Jum’at, bahkan teralirkan setiap saat.
Sebenarnya kita sekalian adalah bagai mata pisau yang tumpul, yang sedang  membutuhkan
bidang datar grinda (Batu asah) untuk menajamkan kepekaan dan pengertian kita, untuk
mengerti sejatinya pengertian dan mengetahui rahasia di balik rahasia, namun apa yang
terjadi, seakan ketika sudah ikut sholawatan seakan sudah cukup dengan apa yang ia
dapatkan. Padahal mestinya dalam mengasah ketajaman jiwa dan pengetahuan kita di imbangi
dengan masuk di dalam kajian majelis sholawat tersebut yang sudah di sediakan dengan di
beri ruang dan waktu tambahan. Kenapa tidak manfaatkan hal itu. Suatu kemustahilan akan
menajamkan pisau jika tidak dengan sengaja/ meniatkan serta meneguhkan keinginan untuk
lebih mendalami tentang sholawat.
Permasalahannya Kenapa bidang datar grinda (Batu asah) kita biarkan berlalu seakan tak
berfungsi, dan kenapa kecenderungan seorang Guru berfungsi pada saat pengajuan proposal
yang berkaitan dengan keduniawaian, apa kalian semua tidak mengerti betapa sakitnya Sang
Mursyid memperjuangkan hak kita di hadapan Allah dan Rosullnya betapa Sang Mursyid  seakan
bagai tak punya waktu untuk mengangkat kita semua, begitu berat tugas dan tanggung
jawabnya, tapi kita semua seakan tak merespon kegundahan yang di deranya. Apa pemikiran
kita yang sudah bobrok sehingga tak mampu menangkap sinyal/ demensi lain yang ada pada kita.
“Witing trisno jalaran soko kulino” saya rasa kita kembali ke falsafah Jawa, dengan
sederhana apa mungkin kita tertarik ataupun Jatuh cinta tanpa melalui proses, ketika konsep
hukumnya melalui pembuktian terbalik, apa iya kita akan di cintai Gusti Allah Dan Rosulle
ketika kita sedikitpun tidak mau ndepe-ndepe mendekat dengan kesungguhan untuk mengharap
cinta-Nya. Apa mungkin kita akan di kasihani ketika kita egois dan arogan, serta apa
mungkin kita mendapat syafa’at ketika kita keluar jauh dari yang punya syaf’at. Saya rasa
hal itu tidak mungkin terjadi. Disinilah letak dan peranan penting seorang Mursyid sebagai
grinda (Batu asah) sekaligus pembimbing rohani, mengangkat agar kita lulus sebagai manusia
agar terbebas dari cengkrama nafsu-nafsu syetan dan keduniawian yang melilit dalam setiap
langkah kehidupan kita.
Coba kita renungi bersama apakah selama ini kita sudah pantas mendapat kasih sayang-Nya,
sementara kita masih berkonspirasi dengan dunia, sementara kita masih menjalin asmara
dengan dunia bahkan kita telah menikahi dunia. Kalau sudah demikian pantas saja jiwa dan
hati kita masih tertutup karena masih banyak hijab-hijab yang membungkus hati kita. Bedakan
dan cermati antara membaca sholawat dan bersholawat, karena yang terjadi diantara kalian
semua masih sekedar membaca sholawat dan belum bersholawat. Seandainya kalian semua sudah
bersholawat kemungkinan kecil terjadi “Cinta Kilat Dunia”  dan kemungkinan kecil pula
bangga dengan status yang akan menimbulkan pem-berhalaan pada dirinya. Kita kembali ke
konsep dasar tujuan hidup manusia yakni dekat dengan Allah Azaa wajalla, sehingga mampu
menerobos pengetahuan yang abstrak sekalipun sehingga ia menjadi manusia yang mulia dan
terpuji.
Sebab esensi manusia adalah jiwanya dan daya yang terpenting  pada jiwa adalah yang
mengetahui hakikat-hakikat.
Hakikat yang mutlak adalah Allah pengetahuan yang sempurna tentang Allah dicapai dengan
esensi manusia. Kesempurnaan esensi  manusia tidak dicapai di dunia, badan manusia dan
kebutuhan-kebutuhan hidup yang lain menjadi penghalang bagi jiwa untuk menyempurnakan
jiwanya.  Dengan ringkas dikatakan bahwa mengenal Allah menjadi tujuan hidup, karena dengan
mengenal Allah berharap jumpa dengan Allah, dan jumpa dengan Allah jauh lebih menyenangkan 
bahagia dari pada di syurga, lebih-lebih Cinta kilat Dunia.

DEMENSI HENING
* Orang yang alim mengetahui orang yang bodoh, karena dia dahulunya adalah orang bodoh,
sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang alim karena ia tidak pernah menjadi
orang alim. (Ali bin Abu Thalib)
* Janganlah engkau mencela seorangpun dan janganlah engkau menolak seorangpun yang meminta.
Sebab adakalanya dia orang dermawan, maka engkau memenuhi kebutuhannya, atau seorang kikir,
maka engkau membeli kehormatanmu darinya. ( Ali bin Abu thalib)

ANGKRINGAN SUFI
Tiupan angin laut mengubah arah perahu dari tujuan tiupan angin perasaan medatangkan
kekacauan pada pikiran dan merubah pendirian sehat jadi tersesat bila mana orang dapat
mendiamkan perasaan maka ia telah dapat penerangan / pencerahan.
Kang Sarengat    : Menurut Sampean maksud dari kata mutiara diatas itu gimana tho Kang…?
Kang Hakekat    : Ya… Kalau menurutku kurang lebihnya begini, kita hidup dan menjalani
kehidupan kita kurang pas, kalau hanya menggunakan perasaan saja. Sebab kerap kali justru
perasaanlah yang menjerumuskan kita kedalam jurang kehancuran. Contohnya banyak sekali
ketika  perasaan tinggi hati akan mengakibatkan kita terisolasi dari komunitas dan
lingkungan, perasaan paling pandai akan menyebabkan kita malas untuk belajar/mengaji,
perasaan paling benar akan menimbulkan ketakaburan yang luar biasa sehingga mudah
menghakimi bahwa orang lain selalu salah, perasaan paling senior menumbuhkan pemberhalaan
pada diri sendiri dan membuahkan arogansi (angkuh) dan selalu menganggap bahwa orang yang
di bawahnya harus tunduk kepadanya, kemudian bahwa sebenarnya perasaanlah yang sering kali
di jadikan kuda tunggangan hawa nafsu.
Kang Sarengat    : Tapi Kang……. Kita khan harus menggunakan perasaan untuk menyalurkan kasih
sayang untuk sesama.
Kang Hakekat    : Betul sekali, akan tapi kasih sayang dan cinta tanpa adanya manajemen
yang benar hanya akan membuahkan petaka,  Karena semua itu merupakan pemanjaan.
Kang Sarengat    : Ya terus mestinya bagaimana Kang…???
Kang Hakekat    : Mestinya ya… antara perasaan dan pikiran harus berjalan seirama, otak dan
hati harus seimbang. Sebab kalau hanya kita menggunakan perasaan saja, kita akan mudah
terkena PARANOID (GR), kalau kita hanya menggunakan pikiran tanpa perasaan, kita akan
menjadi manusia EGO. Kalau kita hanya menggunakan hati, kita akan mudah di AKALI dan kalau
kita hanya menggunakan akal saja,  kita akan senang membodohi orang lain itu masalahnya.
Kang Sarengat    : Oalah jadi begitu penjabaran kata mutiara diatas  tho… wah jan kok ya aku
banget ya… (Sambil nyengir). 



0 komentar:

Posting Komentar