Jumat, 03 April 2015

EDISI - 20 KAMIS

Edisi, 20
Kamis 30 Mei 2013

KEHARUMAN AROMA SUNYI
Pencarian Istana Madu Qoro itu membuat kita hidup kembali menjadi diri yang sebenarnya.
Sementara penyakit jiwa menjebak kita di dalam “Nafsu dan kehidupan yang mati”,
Bukan soal
betapa bingung atau kesakitan kita saat mengidap penyakit jiwa itu, tapi karena kita sudah
terlalu jauh meninggalkan khotir Qolbi sehingga kita merasa terhimpit dengan tawaran
duniawi yang semakin meremukan tulang belulang keegoan. Sebenarnya jiwa kita tidak peduli
tentang hal itu, sebab mereka memandang pengalaman sebagai sesuatu yang mutlak, karena
terpisah dari proses yang lebih besar. Apapun yang telah terjadi, jiwa kita menjadi bagian
dari penyembuhan dan pengalaman dalam membangkitkan kesadaran untuk hidup kembali dengan
semerbaknya "Aruming Kusumaning Asepi”. Jiwa kita hidup untuk berusaha melewati segala 
kerinduan agar terbuka pintu bagi jiwa kita sehingga apa yang mati semalam dapat kembali
hari ini dengan Anugrah-Nya. Setiap tangan dan tulang yang disentuh jiwa kita terasa berisi
energi dan menjadi hidup bukan sekedar hidup. Perpaduan jasmani dan rohani yang sejalan
membangkitkan aroma dan panorama keindahan (Gondo Arum) dalam memproses diri sejati,
seperti halnya dalam aksara Jawa (GA).
    (GA) Gondo kusumo.
    (GA) Gondo Wening.
    (GA) Gondo Taburing Rahmat.  
Muncul Gondo 3 (Tiga)  ini karena dari perjalanannya atau  (Soko lakune) s/d (HA s/d MA),
sehingga menimbulkan Gondo 3 (Tiga) ini.
Akan tetapi hal tersebut bisanya sempurna karena melalui bimbingan dan arahan dari seorang
Mursyidnya, yang menempati Qudroh, Irodanya Allah dengan Ridlo.  Dari ketiga hal tersebut
dapat menimbulkan “ Gondo Kusumaning wengi, kembang wengining asepi”  dengan kata lain Sepi
ing pamrih rame ing gawe (artinya dalam segala kegiatan/beribadah tidak pernah mengharap
apa-apa selain Ridlo-Nya dan tidak pernah berpaling dari-Nya).  Hal tersebut harumya
bagaikan bunga Melati dan Cendana, lambang dari Jati cendono dan Jati roso karena semerbak
harumnya Sholawat karena bertemu dengan Muhammad-Nya, sehingga dalam pewayangannya di sebut
“ Saripatine Madu Qoro / Inti sarinya Alqur’an”. Dalam memproses diri, sudah barang tentu
ada keterlibatan orang-orang bijak yang selalu berada di sekitar kita. Selain itu yang
pasti karena keridloan Allah. Sehingga pantas kalau kita menghormati pengorbanan sebagai
Harta yang paling utama/Mulia dalam perjalan membimbing perjalanan kita yakni   (BA),  
Bondo Utomo.
Bondo Utomo / Harta yang Utama ada 3 (Tiga) yaitu :
 (BA)    Bondo Utomo (Rupo roso senengmu marang Allah lan Rosulle).
 (BA)    Bondo Utomo (Rupo wong Tuamu, Guru dlohir batinmu, Guru jatining lakumu, Guru
Nuring atimu).
 (BA)    Bondo Utomo (Rupo   suluk   Thoreqohmu,   ajejenis   ibadah
syareatmu,   molak maliking  atimu,   nggoleki  sejatining Nur yoiku Rosulullah).   
Akhirnya bahwa proses metamorfose dalam perjalanan jiwa akan menemukan sejatinya Nur yakni
Nur Muhammad karena dari sana semua itu ada, jadi tidak salah kalau kita kembali keinduknya
sejatinya Nur untuk menghadap Sang Pencipta Nur tersebut. ***
7.    Wasiat ketujuh yaitu :
    “ Baginda Rosululloh SAW bersabda”
Wahai Ali …! Allah tidak menjadikan apapun dalam tubuh manusia yang paling utama kecuali
mulut (Lisan). Sesungguhnya mulutnyalah yang mengirim dirinya masuk syurga atau neraka,
maka dari itu penjarakanlah (Jagalah) mulut, karena mulut itu bagaikan anjing (Gila).
Wahai Ali …! Janganlah engkau mencaci maki orang Islam atau mencaci maki binatang karena
cacian itu akan kembali dirimu sendiri.
Wahai Ali …! Kuasailah lisanmu dan biasakanlah dia mengucapkan yang baik karena tidak ada
yang lebih berbahaya bagi manusia pada hari kiamat yang melebihi ketajaman mulutnya.
Wahai Ali …! Jauhilah tukang caci maki karena ia suka membuka aib orang lain dan ia tidak akan masuk syurga.
Wahai Ali …! Tidaklah dianggap beragama bagi orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada
Allah dan tidaklah berakal orang yang tidak menjaganya dan tidaklah beriman orang yang
tidak menjaga kesucian dirinya dan tidaklah sempurna badan orang yang tidak berilmu dan
tidaklah mempunyai harga diri orang tidak bersedekah dan tidaklah bertobat orang yang tidak
mempunyai taufik Allah dan tidaklah ada rasa murah hati bagi orang yang tidak mempunyai
rasa malu.Wahai Ali …! Barang siapa yang tidak mau menjaga dirinya dari maksiat maka perut
bumi itu lebih patut baginya dari pada muka bumi karena sesungguhnya tidak ada iman di
dalam hatinya.Wahai Ali ….! Pokok menjaga kesucian hati (Wira’i) itu adalah meninggalkan
yang haram dan yang diharamkan Allah sedangkan puncakkemulian itu adalah meninggalkan
kemaksiatan.Wahai Ali …! Sesungguhnya orang yang berbudi luhur itu tingkatannya (Bagaikan)
orang yang berpuasa bangkit untuk beribadah dan berperang di jalan Allah.
Wahai Ali …! Jadilah engkau orang yang selalu bermuka manis (Cerah) karena sesungguhnya
Allah menyukai orang yang selalu manis mukanya dan tidak menyukai orang yang mukanya
cemberut dan berwajah sinis. Wahai Ali …! Pokoknya ibadah itu adalah diam kecuali berdzikir
kepada Allah SWT.Wahai Ali …! Kebanyakan tidur dapat mematikan hati dan menghilangkan
kebaikan sedangkan memperbanyak dosa dapat mematikan hati dan mendatangkan penyesalan.
Wahai Ali …! Barang siapa diberi nikmat oleh Allah lalu bersyukur dan kalau di ujinya
selalu bersabar dan jika berbuat salah lalu mohon ampun maka ia masuk syurga dari pintu
mana saja di kehendakinya.Wahai Ali …! Janganlah engkau bersenang ria karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang yang bergembira ria tetaplah engkau bersedih karena sesungguhnya
Allah menyukai orang yang bersedih.Wahai Ali …! Tiadalah dari sesuatu hari yang baru
kecuali ia berkata “ Hai anak Adam…! Aku adalah hari baru terhadap asalmu aku menjadi saksi
(Hari ini) maka renungkanlah perbuatan yang kamu kerjakan”. ***

ANGKRINGAN SUFI
Dalam suasana yang penuh kedamaian di temani secangkir kopi panas  dua sahabat tersebut
lagi ngobrol hingga begitu asyik sehingga kopi yang tadinya panas sampai mendingin belum tersentuh karena begitu seriusnya,
Kang Sarengat  : Eh.. kapinya Kang di minum sampai dingin he he he.. satu lagi pertanyaan
dari saya Kang, Menurut Sampean bagaimana sebenarnya orang yang bisa disebut orang bodoh itu Kang..?
Kang Hakekat : Tumben pertayaan Sampean lumayan berisi Kang, jadi begini… yakni orang yang
berhenti memproses dirinya  (Memetamorfosakan dirinya) untuk terus belajar.
Kang Sarengat   : Walaupun Ia sudah tamat Universitas atau Pesantren Kang.
Kang Hakekat   : Dengerin Ya… Seseorang disebut bodoh itu tatkala ia sudah merasa selesai
dengan ilmu dan hidupnya, padahal cakrawala pengetahuan dan kedalaman ilmu belum setetespun
ia dapat, tapi ia sudah merasa intelektual, ia merasa lebih dari segalanya, padahal ilmu
yang Dia dapat Cuma copy paste, bukan dari pencarian sendiri.
Kang Sarengat  : Berarti kalau copy paste pasti bodoh ya Kang… ?
Kang Hakekat   : Tentu tidak asalkan itu adalah titian awal, sebagai pengantar dasar untuk proses berikutnya.
Kang Sarengat  : Berarti kebodohan itu bukan berarti tidak tau apa-apa… ?
Kang Hakekat  : Khan tadi saya sudah bilang entah itu prof, DR, Kyai sekalipun kalau sudah
merasa final ilmunya, sudah merasa selesai prosesnya, apa lagi kalau sudah merasa “ Paling
Hebat” maka bodohlah ia, padahal kewajiban kita terus berproses sampai titik darah
penghabisan (Mencari ilmu sampai liang lahat).
Kang Sarengat : Oh…. gitu Kang sepertinya kaya orang perang aja ya Kang…?
Kang Hakekat : Hehehe.. ya begitulah, hidup ini memang perang, tapi ini perang yang
mengasyikan dan menggemaskan… berperang memproses dirinya menuju Gusti Allah.

0 komentar:

Posting Komentar