Sabtu, 04 April 2015

EDISI - 30 KAMIS

Edisi, 30
Kamis 07 November 2013

JADILAH YANG LANGKA
“ Sayyiduna Muhammad Rosulullah Lil Alamiin “
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Suatu perjalanan, biasanya ada suatu tujuan yang hendak di datangi.  Begitu pula perjalanan
hidup kita di dunia fana ini semestinya ada suatu yang di tuju (Tujuan hidup) hingga kita
sampai ke sana, karena ada kehidupan setelah mati.  Dan dengan demikian secara sadar
mengemban amanah yang begitu berat, kita kembalikan pada suatu tatanan dalam pencarian dan
sekaligus memproses diri. Berkaitan dengan judul diatas, JADILAH YANG LANGKA, artinya kita
punya tanggung jawab yang teramat sangat berat dan tidak gampang, kenapa demikian. 
Jelas sudah kalau sesuatu hal yang langka bukan berarti tidak ada walau seakan-akan tidak
ada akan tetapi tetap ada, dan sesuatu hal yang langka punya nilai lebih dari sesuatu yang
biasa.  Kenapa punya nilai lebih, karena punya kwalitas bukan kwantitas, dari sudut pandang
hal ini jika kita lihat dari sudut materi atau kebendaan jelas kenapa orang cenderung
memilih emas dari pada batu. Rasio pemikiran akademis cari batu yang banyak lalu batunya di
jual kemudian di belikan emas, bukan begitu arah pembicaraanya, namun kita sederhanakan dan
kita antar menuju sebuah proses perjalanan sebagai hamba, justru bagaimana agar batu bisa menjadi,
batu mulia (Permata) ataupun logam mulia (Emas). Karena kalau kita tinjau proses
pembentukan batu mulia dan logam mulia justru dari endapan-endapan pasir elmen dari
bebatuan yang terproses sedemikian rumitnya sehingga menjadi sesuatu yang langka, walau
kadang butiran-butiran tersebut bisa menyilaukan mata. Dari hal tersebut mestinya kita bisa
mengambil intisari dari proses tersebut karena sangatlah sulit dalam memperoses untuk di
akui sebagai hamba yang BERHATI dan BERAKHLAK MULIA agar kembali di terima kepada yang Di
hambakan.  Itu sebabnya Logam mulia /batu mulia lebih mahal dan berharga dari batu biasa.
Dari sudut pandang lain benda tersebut LANGKA karena yang lain hanya batu biasa.  Berkaitan
dengan semua itu kita kembali pada pokok permasalahan sebagai Titah sekaligus sebagai Murid
yang sedang berproses,  seorang Murid yang dimaksud di sini adalah seseorang yang
berkehendak bertemu dengan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha kekal Abadi. Tentunya melalui
fasilah-fasilah bim-bingan dari seorang Mursyid (Guru), maka bagi seorang Murid
semestiyalah mengupayakan suatu perjalanan hidup untuk kembali hingga sampai kepada
Tuhannya dengan selamat dan rasa bahagia. Hanya inilah yanh menjadi cita-cita hidupnya
untuk menghadapi kehidupan setelah mati, lainnya tidak.  Suatau perjalanan hidup menempuh
jalan yang lurus (shirathal mustaqim). Yaitu jalan menuju Tuhan karena Dia-lah Yang Maha
berkehendak inilah jalan selamat satu-satunya melalui Kanjeng Rosull. Dalam majelisan dan
kajian Manaqip di terangkan bahwa “ Berbahagialah bagi orang yang hati dan jiwanya selamat,
mengikuti orang yang memberi petunjuk dan menjauhkan diri dari orang yang menyesatkannya,
dia memperoleh jalan keselamatan dengan mencurahkan per-hatian kepada orang yang
menunjukannya tentang (Keberadaan Tuhannya sampai yakin) dan mentaati perintah orang yang
memberikan petunjuk (itu)  sebelum pintu-pintunya tertutup dan memutus, penyebab-penyebab
yang merusak ke-taatan serta membuka pintu taubat.
(Taubat adalah kembali kepada keberadaan Allah yang Al-Haqq, Mutlak Wujud-Nya).  Dengan
demikian, dia telah menegakkan langkah diatas jalan (keselamatan) dan memperoleh hidayah
dari Tuhannya di jalan yang terang”. 
Jadi dengan kata lain betapa pentingnya bagi seorang Murid untuk mengikuti perintah seorang
yang menjadi panutan (Uswatun hasanah).  Pandangan lain dari Imam al-Ghazali dalam kitab
Ihya ‘Ulumuddin menegaskan juga            “ Begitu halnya seseorang yang ber-kehendak
bertemu Tuhannya (di sebut Murid) membutuhkan seorang Mursyid (Guru) Sang penunjuk yang
membimbing-nya pada shirathal mustaqim. Sebab jalan keagamaan teryata begitu samar-samar,
dan ternyata jalan syetan begitu beraneka. Barang siapa yang tidak mempunyai Sang penunjuk
yang menjadi panutannya, dia akan di bimbing syetan ke arah jalannya”.    Nah di sinilah
letaknya sementara ada Murid yang sudah mendapatkan bahkan sudah di bimbing oleh Mursyidnya
namun justru tidak mengindahkan perintah/petunjuk rambu-rambu dari Gurunya ini kan aneh,
apa ini termasuk kelompok biasa dalam artian sejenis sesuatu yang biasa seperti batu tadi
di atas.  Ini akan menjadi sangat ironi berguru tapi tidak sepaham dengan Gurunya, belajar
tapi tidak paham dengan yang diajarkannya. Oleh sebab itu menjadi sesuatu yang LANGKA
amatlah sulit dan berat tapi bukan berarti tidak bisa, karena sejatinya kita punya ke-
sempatan yang sama untuk mencapai itu semua.
Sebenarnya ketika kita mau berfikir dan mencermati setiap majelisan yang di sampaikan Sang
Guru, mestinya semakin berjalannya waktu semakin membawa perubahan dalam pengetahuan secara
rohani dan perubahan prilaku menuju akhlak yang di kehendaki Tuhan dan Rosullnya.
Mencermati dari uraian diatas sebenarnya kita mengadakan perubahan total dalam rangka
berjalan menuju Allah, sehingga kita kadang melakukan prilaku ekstrim dan bahkan
medatangkan fitnah akan tetapi ketika sandaran vertikalnya adalah Allah S.W.T kenapa tidak
kita lakukan, mungkin dipandang aneh tapi sejatinya benar, mungkin dipandang tidak masuk
akal akan tetapi itu haq, itulah sesuatu yang langka baik dari prilaku atau  tindakannya 
namun, dari pandangan aneh dan tidak masuk akal akan menjadikan sesuatu yang langka.
Termasuk Kelangkaan mengikuti jejak dan tradisi  ulama-ulama dahulu karena seakan musnah di
telan peradaban.  Pertanyaanya apakah kita semua mau memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk
memproses diri menjadi sesuatu yang langka “ .  Permasalahannya di hadapan kita, ada
sesuatu yang langkapun mata kita tidak bisa melihat-nya dan hati kitapun tak tergerak untuk
merespon secara maksimal. Padahal seorang Mursyid sudah memberi ruang gerak kebebasan dalam
menggali sesuatu yang langka tersebut,  namun tetap saja buta dan tuli. Sehingga dalam
bahasa lain hanya KESUNGGUHAN DIRIMU SENDIRILAH YANG MAU MENGAMBIL atau MENELANTARKAN
SEBUAH KELANGKAAN ITU. ***&&&***

DIMENSI HENING
*Segala sesuatu jika bertambah banyak menjadi murah, kecuali akal sehat. Karena akal sehat
jika menjadi banyak akan semakin mahal.
*Setiap kemuliaan yang tidak didukung oleh ilmu adalah kehinaan dan setiap ilmu yang tidak
di dukung oleh akal adalah kesesatan.
*Ilmu yang bertambah tanpa disertai pemahaman, akan membuat hati pendengarnya menjadi buta.

ANGKRINGAN SUFI
CELOTEH KANG HAKEKAT
(Celoteh Sang Camar)
Dimanakah Engkau Saudaraku…. ? Apakah kita akan tetap menjadi kekanak-kanakan abadi, yang
selalu dimanja dan selalu disuapi. Kenapa diantara kita masih bangga dengan retorika 
penghianatan yang berujung pada ketololan, sehingga mulut kita sudah pandai menirukan semua
petuah  dari orang tua kita. Akan tetapi akal pemikirannya masih saja jongkok ditempat. Apa
benar kita masih punya hati, sementara ajaran-ajaran Sang Mursyid untuk bertauhid kita
abaikan, Kita ini siapa, dimana dan bagaimana kitapun sudah lupa. Ketika Sang Mursyid
membangunkan dari tidur panjangmu, kita tetap saja mendengkur dibalik selimut keEgoan
hingga kita sering mengigau bahwa kitalah yang harus menentukan kebijakan-kebijakan Sang
Mursyid seolah-olah Mursyidlah yang membutuhkan kita.  Mata, hati dan pikiran kita betul-
betul tertimbun sampah-sampah kebodohan yang mana kita tak mau menumbuhkan kesanggupan
untuk membakarnya, sehingga ketika Sang Mursyid menetapkan suatu kebijakan yang sejatinya
untuk kebaikan kita semua justru marah, curiga bahkan berkonspirasi pembangkangan terhadap
perintah Sang Mursyid. Aku semakin heran dan terus , sebenarnya gelar apa yang pantas ditempelkan di jidat
kita, sebab mata, telinga sudah terpenuhi dengan belukar keangkuhan. Mungkin tepatnya kita
manusia golongan ke 4 (empat), “ Orang yang tidak mengerti dan tidak sadar kalau dirinya
tidak mengerti “, sesungguhnya tidak mengerti dan kalau betul-betul mengerti kita ini
menepati kedudukan jenis manusia yang ke empat, berarti kita benar-benar dungu dan tolol. 
Untung saja kita masih punya orang tua yaitu Sang Mursyid yang tentunya konsepnya jauh
lebih bijak, lembut dan sabar dari pemikiran kita semua. KEMARILAH KALIAN SEMUA ANAK-ANAKU
kata Sang Mursyid, KAU … yang suka protes, KAU  yang sering ngumpet di balik berbagai
alasan, KAU yang merasa sudah pinter dan paling benar dan KAU  yang selalu datang saat
butuh dan pergi saat di butuhkan, semua itu sudah aku MAAFKAN atas semua kelakuanmu padaku.
Tapi biarkan aku mengobati bisul-bisul di jiwamu agar kalian semua selamat dalam perjalanan
HIDUP dan MATIMU,  sebelum tembang  “NGU’NGUN MEGATRUH”  menghampirimu dan di
hisab semua prilaku termasuk Sholawat dan Dzikirmu, Reneo Angger anaku kabeh……. Tak
penteske awakmu kabeh ben macem ning ngarsane Gusti Allah Lan Rosulle…….





0 komentar:

Posting Komentar