Jumat, 03 April 2015

EDISI - 11 KAMIS

Edisi, 11
Kamis 28 Maret 2013

SHOLAT WENGI
“Dua Reka’at yang dilakukan Anak Adam, yang dilakukan pada malam hari itu lebih baik dari
Dunia dan isinya”
TOMBO ATI.  Pada buletin edisi 10 tanggal 21 Maret 2013 telah kita kupas masalah Moco
Qur’an sakma’nane, Pada edisi ini kita kembali mengupas TOMBO ATI  yang ke-2 (Dua) yaitu
Sholat wengi lakonono, lantas sholat yang bagaimana yang menjadi obat hati,  tentunya
sholat yang khusuk, apa itu khusuk, khusuk adalah hadirnya hati sambung dengan Allah,
bagaimana caranya, caranya pimpinlah hatimu untuk menghadap (madep) / Tawajuh dengan Allah.
Di sisi lain sholat dikatakan sebagai obat hati (Tombo Ati) adalah sholat yang sudah bisa
mencegah perbuatan keji dan mungkar. Jikalau diantara kalian sudah melaksanakan sholat akan
tetapi belum berdampak dalam prilaku positif dalam aplikasi kehidupan maka perlu
dipertanyakan sholatnya kenapa begitu, karena bahwa sebenarnya esensi daripada sholat
adalah melakukan atau mempraktekkan perbuatan sholat di luar sholat. Karena sholat sendiri
mempunyai arti “RAHMAT” “Maka dari itu dirikanlah sholat untuk mengingatku”.  Jadi sholat
yang menghasilkan dzikir pada Allah baik di dalam sholat maupun diluar sholat itu yang akan
menjadi Tombo Ati dan dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar serta dapat menghormati
orang lain.
Dengan demikian sholat malam merupakan obat hati yang teramat dasyat ketika kita benar-
benar melakukan dengan tata cara yang sudah diterangkan diatas. Sholat malam macam apa yang
semestinya dilakukan,
Disitu ada sholat Taobat, sholat Tasbih, Sholat Tahajud, sholat Hajat dan masih banyak
lagi, namun setidaknya kita bisa melaksanakan sholat dua Rekaa’t yakni  sholat Tahajud. Hal
penting bahwa kenapa sholat dikatakan sebagai tiang agama, karena di dalam sholat sudah
terkumpul /terkandung Rukun Islam dan Rukun Iman. Maka dari itu Sholat malamlah sebagai
penyejuk dan ketentraman dalam menyembuhkan penyakit hati. **

ARKANUL ISLAM
“ KHAJI ”    Khaji merupakan rukun islam yang ke-5, sebagai puncak spiritual umat Islam,
namun permasalahannya bagaimana kita bisa mencapai puncak atau tataran tertinggi kalau
tataran awalpun kita gagal. Ibaratnya kelas 1 saja gagal naik ke kelas 2 maka ironis sekali
kalau kita langsung diterima di kelas 5.  Secara sadar atau tidak kita sering mencederai
tataran, satu s/d empat dengan sikap kesombongan dan keangkuhan kita, sehingga yang terjadi
ketika kita datang ke MEKAH bukan KHAJJA AMAAKINAL
MUQODDASAH melainkan justru malah HAJJAL BAITA, yang perlu digaris bawahi dalam Kamus
ALMAAB bahwa kata HAJJA berarti merobohkan,sedang kata KHAJJA berarti
mendatangi/menunaikan. Mungkin  kita perlu mendaur ulang pemikiran kita untuk memaknai kata
ISTATHO yang berarti KUASA/MAMPU, akan tetapi KHAJI bukanlah hanya suatu perjalanan fisik
seperti piknik dll, akan tetapi justru lebih menitik beratkan pada suatu perjalanan rohani
ke puncak spiritual. Sehingga mestinya kita mampu secara lahir dan batin. Seseorang yang
menjalankan KHAJI  ada beberapa kewajiban yang harus dijalani dengan ketegaran dan
keiklasan hati, bukan sekedar formalitas belaka.  Betapa nistanya ketika
HAJJA  berarti  (MEROBOHKAN)
padahal yang kita lihat di lingkungan kita, yang sudah Khaji justru yang digunakan HAJJA (H)
Sebenarnya tahu tidak Hakekat Khaji, Khaji sebenarnya maqom kewalian bagi seseorang yang
telah sampai Mekah secara metafisika. Lantas bekalnya apa,  bekalnya adalah :
 “ MATI SAKJRONING URIP, URIP SAKJRONING MATI ” artinya sanggup hidup bebas dari belenggu
nafsu, sudah bisa mengendalikan macam keinginan.
Caranya yaitu “ Olehe nglakoni kanti sabar, lilo urip tanpo kejebak dunyo. Iku kang
dimaksud Khaji, sabar ora bakal leren nuju tujuan. Iklas sanggup urip ora dicemari kotoron
dunyo, ora melu-melu rebutan bondo, tahta lan dunyo.Lantas Cara Khaji Metafisika bagaimana / Hakekat Khaji yakni dengan cara tafakur,
dengan tafakur hadir Ka,bah ada dalam hati, jadi hakekat Khaji yaitu olah spiritual. Semua
bentuk aktifitas Khaji merupakan simbul-simbul untuk mencapai pencerahan hidup. Ibaratnya,
*  KA’BAH dikelilingi Masjid, Ka’bah nggantung tanpa gantungan, keindahannya membuat
pandangan Ka’bah serba kebalik.
*  KA’BAH lambang Rahim kehidupan.
*  THOWAF  Lambang mencapai pusat spiritual / asal kehidupan.
*   MUTARI KA’BAH dari kanan ke kiri 7x lambang spirma yang ingin masuk ke inti telur
(Ovum).
*   PAKAIAN IKROM Putih tanpa jahitan lambang hidup ber-masyarakat tak ada perbedaan drajad
dan pangkat.
*   SA’I  Merupakan lambang keteguhan iman sabar, iklas dalam memperjuangkan kehidupan yang
benar.
*    SUDUT TENGGARA KA’BAH Ada cekungan (CERUK) tempat Hajar Aswat, disunahkan mencium
Hajar aswat karena lambang untuk menghormati wanita sebagai induk kehidupan.
*  LEMPAR JUMROH  Kesadaran rohani untuk melempar/ membuang ego serta nafsu syetan yang
hina dalam hati kita sehingga kita bisa menjadi KHAJI Mabrur yang bisa tawadzu pada
siapapun.
 
ANGKRINGAN SUFI
Gema menggaung masih hangat dibicarakan karena ada penyambutan para jamaah yang baru pulang
dari Tanah Suci, sehingga membuat hati Kang Sarengat menggebu ingin rasanya segara
mengikutinya, sementara Kang Hakekat hanya senyum geli melihat tingkah sahabatnya.
Kang Sarengat  : Kang dari tadi kok Sampean hanya senyum-senyum aja mbok komentar gimana
dengan mereka yang sudah bisa Haji. 
Kang Hakekat  : Nah ini…. sebenarnya sampean tau tidak yang benar Haji atau Khaji,  tiwas
udah di pakai sebagai gelar tersesat tidak tau katrok he..he..he.. 
Kang Sarengat  : Lho emang beda po Kang…..  
Kang Hakekat   : Ya jelas bedalah,  tapi saya  akan menjelaskan Khaji dari sisi lain, bahwa
Khaji  itu ada Khaji Gugur, Khaji Gugat, Khaji Racun dan Khaji Madu.
Kang Sarengat : Ha…ha…tutukmu Kang ada-ada saja kamus dari mana itu, terus apa artinya semua itu.
Kang Hakekat   :Buka Kupingmu rungokno, Khaji Gugur Khajinya sudah gugur walaupun tidak
mabrur karena tidak ada kesiapan rohani, Khaji Gugat dia menggugat Allah karena sudah
menjalankannya tapi tidak mendapat kehormatan dll, padahal dia tidak tahu kalau Khajinya
Gugur sia-sia, Khaji Racun dia meracuni kehidupan sosial dengan kesombongan karena sudah
Khaji dan terakhir Khaji Madu bahwa Khajinya mabrur karena selalu membawa kebaikan bagi
dirinya dan orang lain .
Kang Sarengat : Oalah begitu to penjelasannya Wah jan (Katrok)…??!!!

0 komentar:

Posting Komentar