Jumat, 10 April 2015

EDISI - 43 KAMIS

Edisi,43
Kamis 22 Mei 2014

MENGHIDUPKAN RASA KEHAMBAAN
“ Sayyiduna Muhammad Rosuulullah Lil Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Demensi hening yang kita pelajari setiap malam Selasa, Kamis dan Minggu    itu adalah 
merupakan jalan pendekat untuk mengenal Tuhan dan sasaran    utamanya adalah agar bisa
menuju jalan Tuhan dan akhirnya kembali pada Tuhan, Dengan demikian sesuatu hal apapun yang
kita pelajarai sepanjang itu bentuk pembelajaran yang di sandarkan pada konsep Ketuhanan
itulah yang dinamakan ibadah. Permasalahannya bayak sekali pelaku ibadah yang tidak
menghasilkan apa-apa, karena barangkali masih ada muatan-muatan dalam rangka berkolaborasi
dengan sesuatu selain Allah, sebab masih menuhankan selain Allah. Oleh sebab itu di dalam
Ilmu tasawuf seorang Guru Mursyid sering menyampaikan, untuk selalu tafakur, kenapa
demikian sebab tafakur dapat menghidupkan rasa kehambaan. Untuk kita terasa hamba.
Menghidupkan rasa takut pada Allah yang mesti ada di mana-mana. Rasa malu mesti dihidupkan,
kerana Allah melihat, Allah pemerhati. Menghidupkan rasa hina diri di hadapan-Nya, rasa
kehambaan ini bila dihidupkan, prilaku buruk (mazmumah) akan hilang dengan sendiri. Orang
yang terlalu sombong, ego, ujub itu adalah disebabkan tidak ada rasa kehambaan.  Dan masih
adanya tawar-menawar dengan yang namanya perintah, sering kali seorang Mursyid justru
tersenyum sebab sudah tidak punya waktu untuk marah, tapi diantara kita masih terlalu GR
(Gede Rumongso) atas senyumnya Sang Guru. Lha gimana tidak tersenyum katanya ngaji perintah
akan tetapi di perintah oleh Gurunya dalam rangka menunjukan untuk membangkitan rasa gairah
Ketuhanan saja selalu dibantah itu khan....goblok... gimana mau maju, dan itu  manusia
jenis apa...!!! 
Ketika hati sentiasa sadar Allah melihat, mengetahui dan Allah sentiasa ada bersama kita.
Inilah kunci kita tidak melakukan dosa, maka akan membangkitkan ke-hambaan terhadap Allah.
Contohnya dalam majelis Burdah, kita tidak akan buat salah sekalipun menguap atau ngantuk.
Kita amat jaga tingkah laku kerana kita sadar Raja yang berkuasa sedang melihat kita. Maka
di hadapan Raja segala raja sepatut-nya lebih-lebih lagilah kita malu hendak membuat bentuk
pembang-kangan atas perintah dari Gurunya lebih-lebih dari Gustialloh. Rasa bertuhan mesti
bertapak di hati, barulah rasa kehambaan itu didapati. Apa yang Mursyid perintahkan melalui
penyampaian-penyampaian datar itu merujuk pada pemahaman rohani, dan rohaniah artinya ilmu
yang berkait rapat dengan roh (hati nurani/qolbu manusia).
“Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan rugilah orang-orang yang mengotorinya.”
(Asy Syam: 9 – 10). Dengan demikian sejatinya konsep dasar dari ajaran Islam itu sendiri,
selain dari mempelajari Aqidah dan Syariat juga mempelajari perilaku tabiat hati baik yang
baik (mahmudahnya) maupun buruk (mazmumah). Bukan untuk mengetahui hakikat zat roh itu
sendiri. Hakikat roh itu sendiri tidak akan dapat dijangkau oleh mata kepala atau tidak
akan dapat dibahaskan. Tetapi apa yang hendak dibahasakan adalah sifat sahaja Rohman-
Rohimnya Allah Ta’ala.
Kenapa mesti begitu, agar supaya kita dapat memudahkan kita mengenal mahmudahnya (positif)
yang hendak dipersuburkan dan dipertajamkan. Kita pertahankan kerana itu adalah di-perintah
oleh Allah dan Rasullnya. Sedangkan mazmumahnya (negatif) hendaklah kita Pandu kita Kancani
agar mengarah pada suatu titik bidik dan tepat pada sasaran yaitu Allah Ta’ala. Sehingga
hal ini bisa kita pahami karena pemahaman batin juga bisa dinamakan syariat batin, sebab
batin juga perlu bersyariat, nafsu perlu bersyariat, Akal juga perlu bersyariat. Maka
tasawuf membantu syariat batin. Kalau tiada tasawuf maka Islam tiada seni dan tiada
keindahan. Oleh sebab itu tasawuf patut diambil dan dipelajari dengan sungguh-sungguh.
Ketika kita hendak membangunkan syariat batin ini amat rumit. Bukan senang hendak
syariatkan nafsu, akal dan hati. Syariat lahir perlu dibangunkan supaya dengan itu mudah
pula dibangunkan syariat batin. Karena rumitnya memberikan pengertian yang lengkap tentang
rasha/ilmu tasawuf ini, maka Seorang Mursyid menuntun dengan begitu tlaten penuh dengan
kasih sayang dan sahajanya sehingga kadang kita ditegur tidak merasa di tegur, kita
diperintah tidak merasa di perintah. Padahal suatu kondisi pemahaman yang dapat memung-
kinkan tersingkapnya realitas mutlak bukan berasal dari pengetahuan yang bersifat
demonstratif, tetapi ada yang menjembatani agar kita bisa paham hal ini,  yaitu Sang Mursyid.
Pengalaman menghidupkan rasa kehambaan itu merupakan suatu kondisi yang cepat sirna,
walaupun dapat menimbulkan kesan yang sangat kuat dan mendalam, sebalik-nya pengalaman ini
pun merupakan suatu kondisi pasif. Seseorang tidak mungkin dapat dan menum¬buhkan kondisi
tersebut sekehendak hatinya, sebab dari segi kepatuhannya ter-hadap ajaran yang
diberikannya tampak seolah-olah tunduk di bawah suatu kekuatan supra natural, sehingga jauh
bahkan tidak memiliki nilai-nilai moral yang tujuannya mem-bersihkan jiwa yang hanya dapat
diperoleh melalui latihan fisik ¬p’sikis serta pengekangan diri dari materi-alisme duniawi,
dan oleh karenanya kita merasakan kesulitan untuk menumbuhkan rasa kehambaan, Itulah
sebabnya peranan Sang Mursyid dengan kita dilatih di daulat untuk melaksanakan perintah
apa-pun bentuknya dalam rangka tidak lagi merasakan adanya diri atau keakuannya di dalam
jiwanya.
Sebenarnya kita itu sedang di godok dalam Kawah Candradimuka melalui media Sholawat Burdah
dan dengan segala kelembutan Sang Guru agar kita bisa melebur dalam kehendak mutlak. Dengan
begitu tersingkaplah segala rahasia dalam rahasia. Mestinya hal inilah suatu pengalaman
yang memberikan ketenteraman dan kebahagiaan pada seorang pesalik/murid. Sehingga seperti
yang dikatakan oleh Mursyid bahwa pengetahuan dalam rohani bersifat pasti dan meyakinkan,
bukan bersifat spekulatif. Orang yang mendapat pemahaman dalam per-jalanan rohaninya
dianggap berada dalam cahaya Allah di jalan yang benar, karena mereka mangalami dari
perjalanannya bukan katanya, itu sebabnya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, karena
sedang belajar berjalan menuju Yang Mutlak. Inilah karunia Allah Ta’ala setelah seseorang
menempuh jalan sunyi dengan menjalankan perintah Allah, Rosull dan Mursyidnya.

DIMENSI HENING
Sekalipun jiwa mengandung rencana jahat yang menyesatkan, tetapi ia juga mengandung nasehat
yang memberi petunjuk.
**Sesungguhnya kelalaian adalah hawa nafsu yang dibalik namanya, jika kau sedang
menginginkan sesuatu, maka kau telah bertemu dengan kelalaian.

ANGKRINGAN SUFI
MASIH BELUM PAHAM…?
Nampak senyam-senyum Kang Sarengat dalam duduknya sambil menikmati sebatang kretek yang
kian memendek terjepit disela-sela jarinya, seakan habis mendapat saweran sedekah politik
dari para kontestan yang katanya orang yang terpilih sabagai pemimpin negeri ini….
Hehehe..pretttt najis tralaalaaa…. Sampai tak terasa di tegur Kang hakekat… masih saja nyengir…
Kang Hakekat    : Kang… dari tadi tak amati kok… kaya orang menang jadi tim sukses..
Kang Sarengat    : Hemmm… gini Kang, aku lagi agak sedikit bangga, tapi tidak sombong
lho yo… masalahnya hampir sepuluh tahun aku sudah bisa ndawamke leh manggon silo Kang, jadi
menurutku itu ora main-main lho..iya tho,  hebat ora…hehehehe…
Kang Hakekat    : Oalah… begitu, sebentar aku tak tanya Kang, lha Sampean apa sudah
mendapat perintah begitu dari Gurumu, kok wani-wanine mengambil inisiatip ora patek memper gitu.
Kang Sarengat    : Lho khan Guruku pernah menyampaikan kalau kita bisa ndawamke sesuatu jare
apek Kang…yo aku ndawamke njaggong tho Kang… lha opo salah..!
Kang Hakekat    : Yo ora salah tapi kok yo rendah temen nutrisine sampean ya,makannya
kali-kali makan di luar sama sate biar cerdas, mbok yo dilihat di tembok
baca, rapat dan rapikan shaf... khan Sampean tidak buta huruf tho...! Justru mestinya
sampen berfikir bahwa dawam masih kalah dengan perintah, lha perintahnya jelas je..rapat
dan rapikan shaf kok malah nyleneh, makanya di pahami sesuatu tentang dawam itu luas,
kenapa tidak ndawamke kerja Bhakti saja itu malah bagus Kang...gitu kok  ngaku hebat Kang-
Kang itu yo gebleg namanya...pekok permanen.
Kang Sarengat    : Ya Allah... jadi saya keliru berarti waduh... ya makasih kang udah
diingatkan, lha aku tidak paham je...
Kang Hakekat    : Yo kalau bukan begitu Namanya bukan Kang Sarengat... Kang-kang, yo 
lumayan Kang,... Sampean orang ngendat.
Kang Sarengat    : Hemmmm hehehe... iya kang ngapuro-ngapuro...yo aku pencen  cetakan dari
sononya hehehehe...






0 komentar:

Posting Komentar