Jumat, 03 April 2015

EDISI - 19 KAMIS

Edisi, 19
Kamis 23 Mei 2013

HIDUP DALAM KESUNYIAN
Melalui perubahan yang terus menerus terjadi, kita sampai pada tahap perenungan, dengan
melakukan itu kita menyempurnakan siklus gerakan menyeluruh, menyingkap dari keseluruhan
dan kemudian meliputinya kembali.  Dengan siklus mutiara yang di dorong “ BADAI PENGALAMAN
“ hingga lepas dari kulit kerang yang sunyi hanya untuk dibawa kembali lagi setelah
mengalami banyak perjalanan menuju kesunyian yang lain. Kesunyian datang saat kita
mencernakan segala sesuatu yang tersingkap melalui jalan mistis. Sementara kita dan semua
pola dasar mistis, dalam hal ini bahwa kita merupakan titah yang terlahir dari keseluruhan
baik makro kosmos dan mikro kosmos isi jagad raya. Sehingga dalam kesunyian dalam
perenungan butuh daya tahan dan mampu menyerap energi seni dari Sang Maha karya Seni.
Perenung/pesalik duduk dibawah kebenaran dari wujud kita dan membiarkannya mencerahkan
kesadaran dengan anggapan bahwa kearifan dan pengetahuan terkandung di dalamnya, mempunyai
“Saluran ke Samudra” untuk mendapatkan batin yang benar-benar memepertahankan ruang
kekosongan spiritual dimana cahaya dapat menembus dan tercurah masuk dalam kegelapan kesunyiannya.  
Dengan hidup dari saluran samudera perenung/pesalik memperhatikan gelombang yang dianggap
mempesona di permukaan walaupun pada manusia umumnya dianggap sebagai badai yang mampu
merobek jasad kehidupan, akan tetapi pandangan perenung/pesalik jauh lebih ingin masuk ke
dalam untuk mengetahui panorama keindahan yang lebih mempesona di bawah arus gelombang tersebut.
Sunyi di dalam kesunyian, gelap di dalam kegelapan dan rahasia di dalam rahasia pesalik
dituntut mampu dengan kesadaran penuh dan dituntut mampu menyingkirkan gangguan-gangguan
lahiriah dan batiniah, karena gangguan tersebut bagai bahasa tarian yang rumit yang
mengandung unsur nyanyian nafsu serta sahwat yang meneriakkan kemarahan, kesombongan dan
keangkuhan sehingga memancing dan memanipulasi pandangan batin untuk meruntuhkan keheningan
untuk menuju cahaya kebenaran.  Sebagai perenung/pesalik sebenarnya rindu untuk melihat
sepanjang jalan menuju Samudera, karena sejatinya hanya  menginginkan untuk bertemu dan
mendapat ridlo dari pencipta samudera bukan hanya sekedar sumpah serapah ataupun teori yang
menarik melainkan sebagai esensial kita yang sadar sebagai titah kenapa kita di ciptakan.
Dari proses hidup dalam kesunyian sebenarnya mengawali perenung untuk bisa Tawajuh kepada
Allah SWT agar menjadi orang Islam yang Kafah, dan mestinya harus punya kecerdasan akal
pikiran dan kecerdasan rohani agar mengerucut dan akhirnya bermuara pada  (Ma) (Ma / Mocopat) Moco sifat papat / membaca sifat 4 (Empat), yakni sifat empat yang dimiliki
Kanjeng Rosull, sifat empat tersebut :
*  Sidik (Jujur).
*  Amanah (Dapat dipercaya).
*  Tabliqh ( Menyampaikan Apa adanya)
*  Fatonah (Tempatnya Ilmu / Cerdas).
(Ma) Moco ati /membaca hati, sebenarnya hati ini selalu mengatakan hal yang baik dan benar
sehingga kejujuran selalu di bisikan sebagai peringatan agar kita selalu mengikuti ajakan
kebaikan hati itu sendiri dan bisa nyawiji/sejalan antara laku jasmani dan ruhani antara ucapan dan perbuatan.
(Ma) Moco ruhani/membaca ruhani yakni hilangnya rasa nafsu sehingga menimbulkan kemampuan
membaca ruhaninya kenapa demikian karena bisa menyatukan antara hati dan ruhaninya, apa
yang menyebabkan hal itu terjadi karena terangkat oleh lakunya melalui media Dzikir dan
Sholawatnya serta mendapat Rahmat dari Allah Ta’ala sehingga menemukan Nur Ilahi. 
Dari Sukmamu,   Ragamu,   Ibadahmu  dan  Hatimu,   kalau   sudah menepati sifat 4 (Empat)
maka disebut dengan Insan Kamil (BEGAWAN). Dengan pendengaran lahir yang dirancang untuk
mendukung pendengaran batin kita dapat Mendengar dan Membaca keadaan apa yang tengah
terjadi di dalam jiwanya jiwa kita, Hidup dalam Kesunyian batin menyingkap dunia baru di
bawah gelombang kemakrifatan dan suatu cara baru untuk mewujud yang sesuai dengan-Nya.
Karena hanya dengan kesadaran rasa cinta “Hidup Dalam Kesunyian” dapat menyingkap hijab
untuk tawajuh kepada Allah SWT.**
Lanjutan, 10 (Sepuluh) WASIAT ROSULULLOH
6. Wasiat keenam yaitu :
“ Baginda Rosululloh SAW bersabda”
Wahai Ali …! Belumlah sempurna tobat seseorang sebelum Ia mensucikan perutnya dari
makanan/minuman yang haram dengan makanan/minuman dari hasil usaha yang halal.
Wahai Ali …! Apabila orang alim tidak bertaqwa kepada Allah Azza wa jalla, pengaruh
petunjuknya pada hati orang bagaikan tetesan air hujan diatas telur burung kaswari dan
bebatuan yang halus mengkilap (Tidak ada pengaruhnya sama sekali).
Wahai Ali …! Sesungguhnya Allah tidaklah malu menyiksa orang kaya yang mencuri dan orang alim yang fasik.
Wahai Ali …! Apabila seorang mukmin yang lebih dari Empat puluh hari tidak berkumpul duduk
dengan Ulama, maka hatinya menjadi keras dan berani mengerjakan dosa-dosa besar karena
sesungguhnya ilmu itu penghidup hati. ***

ANGKRINGAN SUFI
Sekar gambuh ping catur, Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpo tutur katulo-tulo ketali, Kadaluwarso katutuh
Kapatuh pan dadi awon.
Dari kejauhan Kang Sarengat mendengar sayup-sayup tembang Mocopatan, dan alunan suara
seruling yang meliuk-liuk merdu yang mampu memecahkan kesunyian malam, sepertinya ia
mengenal suara itu, dan sepertinya tidak asing di telinganya,  tapi apa iya Kang Hakekat
yang tembangan, dengan rasa penasaran dan heran Kang Sarengat menghampiri sumber suara itu …. ?
Kang Sarengat  : Oalah… Sampean to Kang kok yo njanur gunung sampean uro-uro sendirian,
jebul sampean yo bisa nembang to Kang weh jan aupiiik tenin…lho Kang.
Kang Hakekat   : Jangan begitu Kang saya rasa biasa ajalah… menurutku bukan masalah apik
dan tidaknya tembang, tapi melalui tembang ada pesan yang ingin di sampaikan.
Kang Sarengat  : He..he..he.. Kang Kang hari gini mau menyampaikan pesan aja kok repot
pakai tembang, pakai HP kek, email kek dan alat-alat yang canggih gito lhoh… pakai tembang he..he..he kuno Kang…
Kang Hakekat   : Wehhh… gimana Sampean Kang, nanti tak bilang tolol bin pekok Sampean nesu,
gini lho dengerin… Tembang bisa berarti tembung,  yaitu ungkapan rindu, sedih, teryuh
bahkan sebuah ratapan doa, yang di curahkan pada Gusti Allah (Curhat minallah), tembang itu
bahasa indahya para  sufi sehingga agar tidak menyakiti sesama memperingatkan seseorangpun
dengan keindahan, ya tembang itu tadi…paham tidak Sampean…!
Kang Sarengat   : He..he.. jadi Sampean memperingatkan aku to hemmm.. ya kalau gitu yo
matur nuwun kang jadi malu aku….

0 komentar:

Posting Komentar