Jumat, 03 April 2015

EDISI - 13 KAMIS

Edisi, 13
Kamis 11 April  2013

WETENG IRO LUWEHONO
PUASA merupakan pengendalian diri dari rasa rakus dan beringas bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar akan tetapi ada penerapan serta pengendalian diri dari sifat-sifat nafsu yang akan menggerogoti, jiwa itu sendiri  maka ironis sekali ketika melaksanakan puasa akan tetapi belum nampak dampak dari laku puasa itu sendiri lebih-lebih sebagai TOMBO ATI.
Dari  makna lain Puasa adalah awal segala obat, atau puasa itu adalah tameng/perisai. Kenapa bisa dikatakan sebagai Obat/Tameng karena bahwa sumber dari segala penyakit adalah perut, sehingga dalam pencegahan sekaligus obat maka dengan cara berpuasa. Dari pandangan ilmu kedokteran bahwa puasa untuk mengistirahatkan kerja perut dalam memproses sari-sari makanan yang di transfer atau di alirkan oleh darah keseluruh tubuh, sehingga perlu di istirahatkan dengan cara berpuasa.
Puasa berkaitan erat dengan rasa lapar, sedangkan dengan lapar akan menimbulkan RASA, Rasa itu menimbulkan PANORAMA, panorama itu menimbulkan KEINDAHAN maka sejatinya puasa itu adalah Indah. Dari sudut pandang pencerahan yang lain didalam puasa / lapar akan tau laparnya orang lain sehingga dapat menimbulkan kepekaan jiwa serta mudah rasa itu sambung pada Sang Kholiq-Nya.
Satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa LAPAR  itu bukan Kelaparan, dan bukan juga kekenyangan.  Takutilah bahaya yang tersembunyi dari lapar dan kenyang. Akan tetapi lapar itu jauh lebih bahaya dari pada kenyang. (Imam Al Ghozali) mengklasifikasikan dalam tubuh kita bahwa :
•     1/3 untuk makan
•     1/3 untuk air
•     dan 1/3 untuk nafas
Artinya kita tidak boleh terlalu lapar dan tidak boleh terlalu kenyang,  kekeyangan bisa menimbulkan orang serakah didalam serakah maka sebaiknya sedang-sedang saja agar menjadi obat/tameng. Karena dari lapar itu akan meredam nafsu-nafsu yang selalu ingin serakah dan ketidakpuasan. Kalau nafsu sudah teredam maka sejatinya sudah bisa menjadi TOMBO ATI. Sehingga para Sufi cenderung melakukan TARAK (Pencegahan), dalam meredam/menutup lubang nafsu 9 ( Nowo Songo) yang berada dalam tubuh kita. Ada 3 (Tiga) cara berpuasa
•    Puasanya jiwa dengan memendekkan angan-angan.
•    Puasanya pikiran dengan melawan/mengendalikan hawa nafsu.
•    Puasanya raga adalah menahan diri dari makanan, minuman dan perbuatan haram.
Dan dengan puasa/lapar jika dibantu dengan Qona’ah akan menjadi ladang pemikiran, sumber hikmah, kehidupan yang cerdas sehingga menjadi pelita hati yang akan bermuara dan dapat menjadi obat hati. Dari hal tersebut diatas kita tarik kesimpulan bahwa, jika kita berpuasa bersandar pada niat positif maka hasilnyapun akan positif begitu pula sebaliknya jika kita berpuasa punya niatan negatif maka akan timbul negatif pula.
10 (Sepuluh) WASIAT ROSULULLOH
1.    Wasiat pertama meliputi :
a.     Barang siapa memakan makanan khalal maka bersihlah agamanya dan lembut hatinya serta do’anya tidak akan terhalang.
b.    Barang siapa memakan makanan subhat maka gelaplah agamanya serta matilah agamanya dan barang siapa memakan makanan haram maka matilah hatinya, rendah agamanya, lemah keyakinannya, terhalang do’anya serta sedikit sekali ibadahnya.
c.    Apabila Allah murka pada seseorang, maka Allah memberi rezki yang haram, dan apabila murkanya telah memuncak Allah akan menyerahkan kepada syetan agar ia membantunya sehingga orang itu disibukan dengan urusan dunia dan melupakan agamanya, dalam usahanya yang lancar itu syetan membisikan kata-kata bahwa Allah itu Maha Pengampun dan Maha Kasih, dengan harapan supaya lalai dari menjaga yang halal.   Orang yang mencari rezki yang haram apabila ia berjalan kaki, syetan selalu menemaninya dan kalau ia naik kendaraan syetan ikut membonceng orang yang mengumpulkan harta haram, syetan selalu ikut makan bersamanya.
d.    Allah Azza Wajalla tidak akan menerima sedekah dari harta yang haram.
e.    Seorang mukmin selalu meningkat agamanya selama ia tidak memakan yang haram. Dan barang siapa yang menjauhi ulama matilah hatinya dan butalah hatinya dari berbuat taat kepada Allah.
f.    Barang siapa yang membaca Alqur’an dan tidak menghalalkan yang halal dan tidak mengharamkan yang haram, maka ia termasuk orang-orang yang membuang kitab Allah (Alqur’an) dibelakang punggungnya (meninggalkan Alqur’an).

ANGKRINGAN SUFI
Keceriaan itu tampak ketika Kang Hakekat dan Kang Sarengat berkumpul, seperti biasanya dengan canda tawa ditemani secangkir kopi dan asap kretek mengepul dari bibirnya menambah suasana kian larut dalam keasyikan bercengkrama.
Kang Sarengat  : Kang sebenarnya apa yang membuat Sampean hari-hari       kelihatan bahagia, damai dan tenang. 
Kang Hakekat  : Ya sebenarnya kebahagiaan itu khan dari mana kita menyikapinya tho Kang, sudah semestinya kita selalu bahagia wujudnya apa, ya selalu mensyukuri nikmat Tuhan, termasuk salam mendoakan keselamatan saudara-saudara kita, itu juga bentuk rasa syukur sekaligus dijalani.  
Kang Sarengat  : Lho kok bisa Kang keselamatan yang bagaimana Kang trus kaitannya apa dengan salam itu.
Kang Hakekat   : lho...Sampean gimana tho Kang, sadar tidak setiap kali kita mengucapkan salam pada saudara-saudara kita lebih-lebih pada Rosullnya, sebenarnya kita sudah berjanji pada yang diberi salam tadi, sampean ngerti tidak makna dari Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wabarokatuh. Dengan hal itu mestinya kita saling mendoakan menjaga keselamatannya khan, tidak saling memusuhi dan menyakiti tapi yang terjadi yach….begitulah…
Kang Sarengat : Oh... jadi bisa dimaknai begitu to Kang, walah lha belum tau, tak pikir hanya sekedar salam kalau mau pidato atau apa gitu Kang tidak ada kaitannya hal itu.
Kang Hakekat   : Hemmm…..Dasar Sarengat Sarengat katrok ora tambah-tambah.

0 komentar:

Posting Komentar