Sabtu, 04 April 2015

EDISI - 12 BURDAH

Edisi 12 BURDAH
Kamis 03 April 2014

KAU INI MENYAMPAIKAN ATAU MEMAKSAKAN
Sholatun minalloh wa-alfa salam alal-Musthofa Ahmad syarifil-maqom
 Innit tahamtu nashiihash shaybi fi-adzalin Wasy-syaibu ab'adu fi nushhin-anit tuhami
 (Sungguhlah aku telah menyalahpahami nasihat yang justru datang dari diriku sendiri yakni
memutihnya rambut adalah pertanda bukti dan nasehat daripadanya(uban)itu tak perlu lagi dicurigai)
Kenapa kita mencari nasehat.? kenapa kita mencintai.? kenapa yang tumbuh subur bukan
bunga-bunga kesadaran melainkan bunga berduri emas kesombongan.? bukan taman bunga
pengertian dan keindahan bekerjasama melainkan sumur dalam gelapnya kepentingan diri
pribadi, jika diakhir dari semua pertanyaan kenapa itu kita justru malah meninggalkan dan
mengabaikan semua nasehat-nasehat yang indah, tidak serius dengan pernyataan cinta kita dan
selalu mengedepankan pedang tajam salah paham dalam semua hal dan keputusan kita. Maka
semua nasehat yang kita cari adalah sia-sia belaka. Kenapa kita mencari nasehat bukanlah
lagi merupakan niatan kita untuk menemukan mata air kesadaran baru dan terbukanya cakrawala
bagi pemahaman dan cara menilai sesuatu, akan tetapi mungkin sudah menjadi kebiasaan kita
untuk mencari teman dalam menyalahkan orang lain yang tidak sejalan dan searah dengan apa
yang kita yakini dan pegang selama ini. Dan lebih hebatnya lagi kita mengatasnamakan dalil
atau Hadist yang tentulah belum kita pahami  maknanya secara menyeluruh dalam menyalahkan orang lain tersebut.
Kenapa kita mencintai.? bukanlah lagi soal keikhlasan dan kesadaran bahwa cinta itu
menumbuhkan kejernihan bagi terbukanya pintu-pintu cakrawala, untuk jadi semacam rem
pengawas dan penahan bagi semua kelakuan kita dalam menjalani hidup di luasnya lautan
kehidupan. Bukan lagi soal bekerjasama dan mengerti diri sendiri agar lebih terbuka
cakrawala  pemahaman, agar terlepas beban-beban jiwa yang terus kita pikul dan edarkan
kemana-mana, namun cinta sudah kita jadikan sebagai arena dagang untung-rugi, susah lari
dan senang mendekat, senang lari atau susah mendekat, sudah kita jadikan semacam ban serep
jika kita melakukan kesalahan maka kita berharap akan ada yang akan menanggungnya.
Mencintai bukanlah lagi soal ketulusan, siap dan rela berkorban akan tetapi lebih kepada
mencari keamanan bagi diri sendiri, terserah orang lain sengsara atau tidak.
Dan jika kita sudah mengabaikan nasehat, jika mencari nasehat hanya untuk pembenaran dan
mencintai hanya soal semu dan kepalsuan perdagangan, maka dengan sendirinya kita memupuk suburkan benih-benih tanaman kesombongan dan tanaman langka ”merasa pintar, sholeh dan
baik” dan berbagai kemungkinan-kemungkinan lainnya, namun jangankan mendengarkan nasehat-
nasehat yang datang dari luar diri kita, dari orang lain, dari Mursyid, dari Rosululloh,
lha wong nasehat yang datang dari diri kita sendiripun kita luput untuk mendengarkan dan
memperhatikannya kok.., bukankah sangat banyak  nasehat yang justru datangnya dari diri
sendiri.? bukankah memutihnya rambut, mengeriputnya kulit, berkurangnya kecerdasaan panca
indera sudah merupakan sebuah nasehat yang sangat indah luar biasa.?  Kita begitu cermat
dan sangat teliti jika mengupas segala hal tentang orang lain, seolah kita telah
menyediakan sebuah gudang penuh senjata untuk menjatuhkan dan mencari kesalahan orang lain.
Sementara jika ketika duduk diam seorang diri dan tidak ada siapapun kecuali Alloh, bukanya
kita mengintrospeksi diri (Muhasabatun nafsi) malah membuat sebuah rencana untuk mencari-
cari kesalahan orang-orang, bukanya bertafakur dan banyak beristigfar atau bersholawat akan
tetapi malahan menyirami benih bunga-bunga su’udzon, jadi apa sebenarnya jati diri kita.?
ada apa dengan kita.? sedangkan untuk mengenal diri sendiripun jangan-jangan kita ini
belum, apalagi untuk mengenal Rosululloh, untuk menjadikan hati kita sebagai Baitulloh
(Rumah pancaran kasihsayangNya Alloh) tentulah jauh panggang dari api, tentulah antara
langit bumi jauhnya.
Bukankah selalu begitu kelakuan hebat kita, kita merasa kenal dan dekat dengan Alloh dengan
Rosululloh, atau merasa menemukan sebuah pemahaman baru padahal belumlah tentu hal itu
sebuah kebenaran dan sudah benar-benar kita pahami, kemudian kita tarik kesimpulan untuk
mulai mengintimidasi, menekan dan memaksa orang lain untuk memahami kita dan mengikuti
segala ucapan kita dan parahnya lagi kita mengatasnamakan Alloh dan Rosululloh pada banyak
hal soal kehendak dan kepentingan diri pribadi.
Pernahkah anda, kita berfikir, jika suatu hari tiba-tiba Rosululloh mendatangi kita dan
menagih semua ucapan kita dan bertanya ”emangnya sampean ini benar-benar kenal dan benar-
benar mencintai Saya, kok… membawa-bawa nama Saya  dan Alloh Kekasih Saya dalam sebuah
pemaksaan kehendak pribadi sampean.? bukankah Saya mengajarkan ”Ballighuu Annii walau
Ayyah” (sampaikan dariku,dari ajaran dan sunahku meski cuma satu ayat) dan dalam
penyampaian ini Saya tidak pernah mengatakan untuk memaksakan kehendak, lha kok.. sampean
berani-beraninya berbuat sesuatu yang tidak Saya ajarkan dengan mengatasnamakan Saya dan 
Alloh Azza wa-jalla, kekasih Saya.? Lalu jawaban apa yang bisa kita berikan untuk
pertanyaan tersebut, jika pada kenyataannya kita hanya pandai merasa, hanya jagoan
memanipulasi kejujuran sebuah hal dan kenyataan. Meskipun Rosululloh Mustofa yang hatinya
sangat lembut itu tidak akan meluluhlantakan dan memperhinakan kita, meskipun toh cinta
kita kepada Beliau hanya cinta semu dan romansa picisan belaka. Namun toh hal ini  layak
kita jadikan sebagai sebuah cermin kehati-hatian kita dalam melangkah dan memutuskan sebuah
masalah dan menasehati orang lain.
Jadi mari buka diri seluas-luasnya bagi segala kemungkinan yang bisa mendekatkan kita pada
Alloh dan Rosululloh, pahami diri sendiri dahulu sebelum menumpahkan nasehat kepada orang
lain, dan benar-benar kita memahami apa yang kita omongkan dan nasehatkan, jangan hanya
karena melihat sesuatu yang baik menurut sudut pandang kita, lantas hal itu kita anggap
sebagai sebuah kebaikan bagi oranglain.  Alloh ya Hafied, Allohul Kaafi, ketentraman
bersama kalian. 

DIMENSI HENING
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
beliau bersabda : “ Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa
menggaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia “ Riwayat Muslim.  Dan dari
Wabishah bin Ma’bad radhiallohuanhu dia berkata : Saya mendatangi Rasululloh saw, lalu
Beliau bersabda : engkau datang untuk menanyakan kebaikan..? saya menjawab : Ya, Beliau
bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang
karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan
dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim
Jangan tolak campakkan aku.
Sore yang indah dan asap wangi kopi mengudara disela-sela hembusan angin dan temaram senja,
rahmat dan barokah tercurah diantara getar-getar angin yang menyejukan semesta dan
keindahan senjakala, Kang Sarengat diam penuh tanda tanya terhadap dendang sebuah puji-
pujian yang dilantunkan oleh saudaranya tercinta yakni Kang Hakekat, ini kog tumben-
tumbenan saudaranya sore-sore begini mendendangkan sebuah keindahan namun bernadakan
ratapan kepedihan hati dan pengharapan ” Ilaahii ‘abdukal ‘Aashii Ataaka, Muqirrom Bidz
Dzunuubi Waqod Da’aaka, Wain-taghfir Fa-Anta Lidzaaka Ahlun, fain tathrud faman arju
Siwaaka”  begitulah untaian keindahan yang terucap dari bibir saudaranya,
Kang Sarengat    : Kang, ada apa denganmu..? apa  yang membebani hatimu     sehingga   engkau  
seolah   ingin menumpahkan lautan air mata begitu..?                        
Kang Hakekat    : Maksiat dan dosa-dosaku.
Kang Sarengat    : Ah mbok jangan begitu to kang, sampeyan ini kan   baik.....
Kang Hakekat    : Baik..? emang kalau baik sudah menjamin bisa diampuni.? baik menurut siapa dulu..?
Kang Sarengat    : Kehabisan kata-kata…
Kang Hakekat    :Saudaraku…   tidakkah   engkau   takut   jika  ditolak dan dicampakan..?
Kang Sarengat    : Maksudmu   bagaimana,  apa  hubunganya  dengan semuaratapanmu..?
Kang Hakekat    : Ilaahii ‘Abdukal  ‘Aashii Ataaka,  Muqirrom  Bidz Dzunuubi Waqod
Da’aaka,wain Taghfir Fa- Anta Lidzaaka Ahlun Fain-tathrud faman Arju Siwaaka (Alloh
Kekasih, hamba-MU yang penuh maksiat ini  datang mengetuk pintu RumahMU, bersimpuh mengakui
segala dosa jika Engkau ampuni aku, maka memang hanya Engkaulah   Maha Pengampun segala    
dosa yang besar, namun jika kau tolak dan campakan aku, kiranya kepada siapa lagi, aku bisa
berharap..?)  jika Alloh sudah menolak,
mencampakan kita, karena dosa-dosa yang tak kunjung kita taubati, kiranya kepada siapa        
lagi berharap..? jadi Banyaklah Beristighfar, Bersholawat agar supaya kita tidak ditolak
campakan oleh Alloh dan Rosululloh.
                           



0 komentar:

Posting Komentar