Jumat, 03 April 2015

EDISI - 01 BURDAH

Edisi 01 Burdah
Kamis 17 Okt 2013

“SELIMUT  KETENANGAN HATI DAN JIWA”
“ Amin Tadza-kurri Jirroniin bi-Dzi-Salami,
Mazzajta Damm-an Jarro Min Muqlatinn bi-Dammi ”
Masihkah Engkau teringat kepada orang-orang yang cintanya begitu mendalam yang
berada nun jauh di sana di Desa Dzi-Salam, kedua pelupuk matamu mengalirkan
Air mata bercampurkan  dengan darah.
(Sholatun Minalloh wa Alfa Salam alal Musthofa Ahmad Syarifil-Maqom)
Hal apakah yang kiranya bisa menjadikan seseorang luruh hatinya yang menyebabkan tumbuhnya kesadaran dan kejernihan di hati sanubarinya kesadaran macam apakah yang kiranya bisa membuat seseorang mengalirkan air mata murni yang tidak saja mengalir dari kedua belah matanya, akan tetapi mengalir tulus dari dasar mata hatinya, berbagai macam persoalan, hidupkah, cinta kasihkah…? kerinduan yang memuncak ataukah tumbuhnya kesadaran di karenakan rasa malu yang mucul sebab dosa-dosa dan maksiat yang terlalu menumpuk  di tabung oleh seseorang ? ataukah karena penyesalan yang begitu dalam dan benih-benih ke’Fitrahan”nyapun mekar mengembang. Mari duduk bersama mencoba  memahami, mari kita gali lebih dalam dari khazanah kebijaksanaan para Mursyid, meski mungkin hanya satu tetes embun kesegaran yang kita peroleh akan tetapi satu tetes embun itu mengandung intisari dari samudera keindahan-Nya yang mampu menyegarkan gersangnya hati, mari  bersama  kita pupuk dan sirami kesadaran jiwa kita dengan keterbatasan diri dengan meraba-raba mecoba memahami salah satu warisan ilmu dan ungkapan cinta dari Sang Mursyid Sulthonul-Madihin  Abu Abdillah Syarafuddin Abi Abdillah Muhamad bin Khamad Ad-Dalashi asy-Syadzil al-Bushiri yang kemudian termashyur dikenal orang  dengan sebutan Imam Al-Bushiri (1213-1297/608-696) yang kejernihan ruhaniahnya mencapai puncaknya di karenakan rasa cinta dan rindunya yang begitu dalam kepada Rasul Muhammad S.A.W.  dan mengalirlah kalimat-kalimat yang begitu indah ungkapan cintanya kepada Rasululloh, sehingga ketika beliau teringat sebuah kampung yg terletak di antara Makkah dan Madinah (Dzi-Salam) membuatnya mengalirkan air mata bercampur darah. Sejak lebih dari tujuh abad yang lalu syair-syair cinta ini, Beliau dendangkan dan sampai saat ini tidak ada jaminan bahwa kita benar-benar paham dan memahami Kasidah indah tersebut. Amin Tadzakurri, Sang Imam berdialektika dengan jiwanya, hatinya, ruhnya dan tentunya kita semua, ”Amin Tadza” Apakah engkau  masih teringat ataukah benar-benar menyisakan niatan untuk mengingat tentang Dzi-Salam tentang sebuah ”Kampung Keselamatan” tentang sebuah tempat atau Desa yang menawarkan keindahan keselamatan lahiriah dan ruhaniah, tidak hanya keselamatan diri, keluarga, teman-teman dan sanak saudara secara lahiriah akan tetapi juga ruhaniah dunia maupun akherat. Kampung dimana kesejatian keselamatan terdapat dan kampung dimana Kasih Sayang Rohman Rohim dan Kasih Sayang Syafa’at Rasululloh bertaburan tiada henti-hentinya, dan kita hanya bisa mencapai keselamatan lahiriah, sedang ruhaniah tersebut dengan kejernihan hati dan ikhlas serta Ridlo akan segala keputusan Alloh terhadap hidup yang Alloh ijinkan untuk kita jalani. Yaa Alloh yaa Rohman, sungguh kita harus menggali lebih dalam, harus lebih banyak membelajari diri sendiri, dimana kita begitu menginginkan dan mendambakan keselamatan dunia akherat, akan tetapi kita tidaklah benar-benar membangun jalan, mengarahkan diri atau berbuat sesuatu yang mendekatkan kita dengan keselamatan, tidak pernah mau atau perduli bahwa untuk mencapai keselamatan itu tidak cuma menunggu pertolongan Alloh dengan duduk diam saja, akan tetapi dengan mengerjakan Perintah dan menjauhi Larangannya dan juga mengikut-sertakan Alloh dan Rasul Muhammad dalam setiap irama kehidupan kita, karena Beliau berdualah pemilik sejati dari kampung sejatinya keselamatan.
Kita begitu hebat dan sombongnya memimpikan keselamatan dunia akherat dengan membanggakan perbuatan-perbuatan baik kita yang nilainya tidaklah seberapa. Dengan membanggakan ibadah-ibadah mahdoh dan muamalah kita, yang kita sadari tidaklah ikhlas dan sesuai dengan konsep yang yang Alloh dan Rasululloh ajarkan. kita tabur terus-menerus fitnah, iri dengki, cemburu dan mencari-cari kesalahan orang lain dan kita tidak pernah mau melihat dan menggali lebih dalam, akan betapa kotornya rumah hati dan jiwa kita, yang kita dambakan keselamatan akan tetapi yang kita pilih justru jalan yang sebaliknya. Yang kita butuhkan adalah      “Selimut ketenangan hati dan jiwa” akan tetapi begitu kita temukan kita malah membuangnya karena menilai selimut tersebut  tidak mampu menghangatkan dinginnya hati kita. Sang Imam berujar lembut, Amin Tadza masih ingatkah apakah engkau mengingatnya…?  bahwa jika untuk mencapai dan menemukan keselamatan tidaklah serumit yang kita bayangkan, akan tetapi cukup dengan meyakini pertolongan dan janji-janji Alloh dan Syafa’at Rosululloh diiringi dengan usaha kita untuk mengerjakannya.
Dan nanti jika kita sudah benar-benar mencapainya atau minimal merasakan keindahannya maka seperti Sang Imam katakan ”Akan engkau alirkan air mata jernih kerinduan dan pekatnya darah cinta kasih sayang”. Karena itu, mari tumbuhkan keyakinan abadi meyakini kasih sayang Rohman Rohimnya Alloh dan kasih sayang Syafa’at Rasululloh Muhammad S.A.W.

DEMENSI HENING
 *Istigfaruna yahtaju ila istighfarin katsir” istighfar kita memerlukan banyak istighfar. (Rabi’ah ‘Adawiyah).
 *Kenapa sibuk mencari kebahagiaan di luar dirimu,   sedangkan kebahagiaan itu berada di dalam tentramnya hati dan pikiranmu, dan tanda bahwa Engkau bahagia ialah Engkau sudah tidak sempat menilai dan mencari-cari kesalahan orang lain.

ANGKRINGAN SUFI
Malam itu kesyahduan menyelimuti hati kami semua yang nongkrong di Angkringan, gema takbir yang mengalun menyusup menggetarkan dada dan mencabik relung jiwa yang semakin membuat nyali menciut dan merasa kita betul-betul kerdil di hadapan Allah Yang Maha Akbar. Sementara Kang Sarengat yang ditunggu-tunggu oleh konco-konco muncul juga dengan wajah yang sumringah dan tersirat sebuah kebanggaan yang tersembunyi.
Kang Hakekat  : Tumben  Sampean  Kang malam-malam kok ceria banget wajah Sampean kelihatan sumringah ada apa tho…?
Kang Sarengat : Bagaimana  saya tidak ceria Kang karena besok pagi saya bisa berkorban sapi sementara yang lain cuma berkorban kambing bahkan ada yang sama sekali tidak berkorban Kang.
Kang Hakekat  : Qurban  kok  jadi  kebanggaan, bisa-bisa hewan yang sampean sembelih  menangis  atau  bahkan  mengamuk, karena dari ke-salahan niat Sampean. Sampean tahu tidak…? Yang bener  ituQurban bukannya kurban. Qurban berasal dari kata Qorroba yoqurribu Qurbanan, yang berarti mendekatkan diri.   Lantas kenapa Allah  memerintahkan untuk  menyembelih  hewan, itu  itu mengandung isyarat bahwa kita harus menyembelih nafsu - nafsu  hewani   yang   ada pada diri kita, dan esensi Qurban mestinya  di  kerjakan setiap saat tidak cukup setahun sekali sekali  karena  kita  butuh  pendekatan diri pada Allah setiap saat,    setiap   detik  bahkan  setiap skon dengan cara meng-Ismailkan ego kita untuk di sembelih demi kedekatan diri kita kepada Allah.
Kang Sarengat : Astaghfirullah……  jadi  hewan yang kita sembelih dengan niatyang keliru hanya akan jadi korban bukan Qurban ya Kang.
Kang Hakekat  : Hehehe…. Ya begitulah, kalau sudah demikian apa masih mau Bangga karena merasa sudah berqurban...?!

   



0 komentar:

Posting Komentar