Senin, 06 April 2015

EDISI - 32 KAMIS

Edisi, 32
Kamis 28 November 2013

ISTRI TELADAN
ALLAAHUMA SHALLI ‘ALAA SYYAIDINA MUHAMMAD’ ADADA MAAFII’ ILMIILAAHI SHALAATAN DAA-IMATAN BIDAWAAMI MULKILLAAHI.
“ Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebanyak bilangan
barang yang ada di dalam pengetahuan Allah, dengan limpahan rahmat yang abadi, selama ada
dalam keabadian kerajaan Allah”
Kemuliaan hidup   bukan terletak pada seberapa besar “DUNIA” ini kita genggam, namun sudah
berapa besar dunia ini kita jadikan
sarana untuk berbuat baik, karena jiwa dan pikiran akan mudah mengalami kelelahan jika
hanya difokuskan pada satu kepentingan yaitu terfokus pada “DUNIA”. Namun lain cerita
ketika kita menggerakkan jiwa, fikiran dan tenaga di bingkai siapa pencipta dunia itu
sendiri, justru akan mengerti makna dari kehidupan ini,   mungkin dengan kata lain bahwa
kalimat yang pas adalah akan ada hikmah di setiap peristiwa  yang telah kita lalui,
sekalipun peristiwa itu sangat pahit dan menyakitkan,    Namun  itulah  skenario Allah yang
sengaja disediakan untuk kita. Dalam batas bening jiwa dan akal kita, tentu kita akan
menemukan hikmah dibalik setiap skenario Allah tersebut, selagi kita mau untuk mencari dan
merenungkannya. Kenapa kita mengankat tentang (Wanita/Istri) dalam edisi ini, karena
bagaimanapun istri adalah pendamping suami dalam segala hal, dibalik sosok orang hebat ada
pendukung orang hebat di belakangnya yaitu istri dan seorang istri punya peran ganda dalam
proses sebagai pendamping suami sehingga bukan hal mustahil ketika dalam kehidupan banyak
yang sukses maupun kehancuran yang dipengaruhi oleh sikap sang wanita/istri.     Kita coba
menguak dan mengingatkan kembali tentang perjalanan kisah seorang wanita yang penuh
keteladanan yakni “Siti Rahmah”, Ia  adalah putri dari Afayin bin Yusuf Ya’kub as. Seorang
wanita taat dan shalihah pada suaminya, Nabi Ayyub as. Kala itu mereka hidup kaya raya,
namun tetap taat pada Allah SWT. Ketaqwaannya kepada Allah membuat para iblis dengki. Maka
iblis dan kroninyapun meminta ijin pada Allah untuk melakukan tipu daya agar Nabi Ayyub as
berpaling dari-Nya dan Allah mengabul-kannya. Mereka membakar habis lahan pertanian yang
siap panen dan merobohkan rumah Nabi Ayyub as, sehingga putra-putrinya meninggal tanpa
sisa. Tapi Nab Ayyub as, berkata dengan tenang dan sabar“ Allah yang meminjamiku harta dan
anak-anak, haruskah aku merasa susah dan sedih jika diambil pemiliknya kembali..? 
Karenanya iblis merencanakan tipu daya selanjutnya yaitu memberikan penyakit kulit pada
Ayyub yang tidak ada obatnya. Dua tahun lamanya penyakit ini tubuhnya tinggal kulit
membalut tulang. Harta melimpah dan anak-anak yang berbakti sudah tak dimiliki lagi,
tinggal Siti Rahmah yang masih mendampinginya saat masyarakat mengusirnya karena merasa
jijik.    Siti Rahmah merawat suaminya dengan penuh kasih. Ia menggendong tubuh suaminya
untuk mencari tempat baru.    Selain   membangun   gubuk   yang  Sederhana, setiap hari Ia
mencari buah-buahan di hutan sebagai bahan makanan mereka. Dalam penderitaan tersebut Nabi
Ayyub as. Tidak pernah melupakan Allah sedikitpun. Demikian juga Siti Rahmah yang sabar dan
ikhlas merawat suaminya. Melihat pengorbanan sang Istri Nab Ayyub as, berkata “ Istriku,
andai kau bosan dan capek merawatku, tinggalkan aku sendiri disini. Biarlah aku hanya
bersama Allah, karena aku yakin Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya. “ Dengan
linangan air mata Ia menjawab, “ Wahai Nabi Allah, haruskah aku meninggalkanmu dalam
keadaan sakit, sedangkan Allah saja mau bersamamu..? ketahuilah dimanapun dan kemanapun kau
berada aku akan selalu mendampingimu, Dengan penuh haru Nabi Ayyub as. Memberikan ucapan
terimakasih dengan kesetiaan sang istri.    Memasuki tahun ke tujuh bahan makanan di
hutan telah habis. Maka Siti Rahmah pun memotong rambutnya untuk di jual ke pasar. Saat
pulang membawa roti Nabi Ayyub as, terkejut “ Darimana kau mendapatkan makanan mahal ini
..? Dengan merasa bersalah Siti Rahmah menceritakan semuanya, Ia pun menjadi murka, “
Rahmah kenapa kau perdagangkan rambutmu tanpa sepengetahuanku, tunggu saatnya nanti jika
aku sembuh akan aku cambuk 100 kali.. ! “  Istrinya hanya terdiam tak membalas. Melihatketabahan dan keimanan Nabi Ayyub as, iblis pun merasa kagum. Pada tahun kedelapan, Allah
menyembuhkan penyakitnya dengan mata air bekas hentakan kakinya. Dengan ijin Allah pula,
semua milik Nabi Ayyub as, dikembalikan “ harta, anak-anak dan rumahnya.   Tiba saatnya
Nabi Ayyub as, melaksanakan janjinya untuk mencambuk istrinya yang telah menjual rambutnya.
Namun Ia merasa gamang karena terlalu sayang pada istrinya. Allah pun menyuruh memukul 
dengan seikat rumput sejumlah 100 buah agar janjinya menjadi gugur. Siti Rahmah menerimanya
dengan ikhlas. Ketabahan dan keikhlasan Siti Rahmah sangat luar biasa, sehingga pantas jika
kita jadikan panutan. Kehidupan rumah tangga adalah “ Hayatul amal “. Ia diwarnai beban-
beban dan kewajiban. Landasan kehidupan rumah tangga bukan semata kesenangan dan romantika,
melainkan saling bahu-mebahu, mengerti dalam memikul beban kehidupan dan perjalanan menuju
kembali kepada Allah azza wajalla.  , Dari kisah teladan diatas merupakan pelajaran (Ibroh)
buat kita sekalian, permasalahannya masih banyak diantara kita yang masih terlalu hitung-
hitungan dan masih banyak yang kurang pengertian dan koordinasi dengan baik Sehinngga
mengalami silang pendapat yang justru mengarah pada permasala-han yang menimbulkan
keributan.   Dengan diangkatnya edisi tentang keteladanan sang istri akan memberi warna tersendiri, sehingga akan ada pemahaman baru dalam mengemban amanah sebagai
pendamping suami sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang selalu diharapkan pelukannya oleh
anak-anaknya.  Dengan demikian terlantun untaian mesra dan perpaduan yang selalu berdampingan untuk mengantarkan keselamatan kerajaan kecil untuk menuju kerajaan besar
menghadap Sang Penguasa Raja-raja yaitu Allah azza Wajalla.

DEMENSI HENING
Al Huasin Bin Mihsan R.A menceritakan bahwa bibinya datang ke tempat Rosulullah S.A.W,
karena satu keperluan. Selesainya dari keperluan tersebut, Rosulullah bertanya kepadanya, “
Apakah Engkau sudah bersuami…? Bibi Al Husain menjawab sudah”  Bagimana sikap Engkau
terhadap suamimu, tanya Rosulullah, Ia menjawab, Aku tidak mengurangi haknya kecuali dalam
perkara yang aku tidak mampu,  Rosulullah bersabda “ Lihatlah dimana keberadaanmu dalam
pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah Syurga & Nerakamu. (H.R Ahmad).

ANGKRINGAN SUFI
“ SUARGO NUNUT NEROKO KATUT “
Kang Sarengat    : Kang….  minta   tolong  coba jelaskan pada kami semua, tentang istilah
buat para istri “ Suargo Nunut Neroko Katut “ itu maksudnya bagaimana, Suwargo kok nunut
dan neraka kok katut.. ora mudeng aku..?
Kang Hakekat    : Lha itu  khan  sudah   jelas  tho Kang…. Buat para  istri / perempuan
syurganya nunut
suaminya sebab ridlo Allah terletak pada ridlo suaminya, begitu juga amarah suaminya sama
dengan medatangkan murkanya Allah. Bahkan ketika seorang istri membuat suami jengkel
suaminya, selama suami masih merasa jengkel, selama itu pula semua amal baik dari Sang
istri tidak diterima oleh Allah. Bahkan Rosulullah pernah berkata kepada putrinya
terkinasih Fatimah Azzahra R.A  “ Ya fatimah yang lebih utama bagi seorang istri/perempuan
adalah keridloan suami terhadap istrinya, jikalau suamimu tidak ridlo denganmu tidaklah aku
doakan kamu “
Kang Sarengat    : Wah … !! kasihan sekali ya Kang para istri-istri yang sering membuat
jengkel suaminya,
untung alkhamdhulillah kita bisa ikut ngaji jadi tidak mudah jengkel terhadap istri-istri
kita… hehehe… terus bagaimana dengan Neroko kok katut…???
Kang Hakikat    : Ya… para   suami itu  khan   pemimpin atau imam dalam rumah tangga, kalau
imamnya
melakukan kesalahan, mestinya ma’mum mempunyai kewajiban untuk mengingatkan imam. Kalau
kewajiban ini tidak dilaksanakan maka hukumnya sama dengan menjalankan kesalahan secara
berjama’ah, makanya para suami harus mempunyai ilmu untuk menjadi imam yang benar biar
tidak menyerat ma’mumnya ke jurang neraka. Begitu juga para istri sebagai ma’mum harus tahu
syarat rukunnya menjadi ma’mum sehingga bisa menjalankan kewajibannya sebagai ma’mum ,
jangan justru menjadi iblis pembisik yang menjerumuskan Sang imam dan ma’mum sendiri terjun
bebas ke dasar neraka.
Kang Sarengat    : Yuh…yuh.. (sambil garuk-garuk kepala) Apakah masih ada…..? pakah masih ada…?
Wanita-wanita sholikhah seperti kisah wanita teladan di jaman sekarang ini (Kesetaraan
Gender) yang semakin salah kaprah dan emansipasi yang meninggalkan fitrohnya,  ….
ENTAHLAH…… 
Kang Hakekat    : Pikiren dewe kang …….. wong kadang suaminya mau pamit berangkat ngaji
saja istri malah mecucu, jadi khan bingung…. Pikiren dewe-dewe Kang. 

0 komentar:

Posting Komentar