Jumat, 10 April 2015

EDISI - 46 KAMIS

Edisi, 46
Kamis, 4 September 2014

SUDAH KETEMUKAH JALANMU
“ Sayyiduna Muhammad Rosuulullah Lil Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Gelombang yang menghempas setiap nafas kehidupan adalah pertanda bahwa kita semua ada yang
mengarturnya, ada yang memelihara dan ada yang menatap yang tak sedetikpun berkedip dari
tatapan-Nya. Dalam setiap jatuhnya dedaunan yang kering ada yang mengaturnya, setiap
tumbuhnya kuku-kuku yang ada dalam kaki dan tangan kita ada yang menumbuhkannya, Ialah
Allah Wajala. Setiap tatapan-Nya penuh dengan sifat Arohman Rohim-Nya penuh dengan
pertanggungjawaban mutlak dalam genggaman-Nya, sehingga tak satupun yang luput dari
kekuasaan-Nya.  Saudaraku sekian tahun kita telah ditempa dalam majelis Burdah, sekian
tahun kita telah mengatakan sepakat dengan dinamisasi, telah sepakat dengan proses menuju
kemuliaan yang hakiki....? tapi apa benar sudah demikian...?  Lantas apa yang sudah kita
dapatkan...? dan sudah sejauh mana perjalanan kalian semua sehingga kadang masih dengan
gagah beraninya dan membusungkan dada bahwa kita semua sudah di jamin keselamatannya oleh
Mursyidnya.  Muncul suatu keheranan kenapa kalian pemikirannya sangat limit dibawah standar
rata-rata, apa sudah pantas hal itu diucapkan sementara kalian hanya duduk bersila dan
mengangan-angankan keajaiban yang hanya berpangku tangan. Kalian semua lupa kita diproses
dengan laku, kita diproses dengan perintah (NGAJI PERINTAH) sementara apa yang menjadi
perintah Sang Mursyidnya selalu di tentang.... lantas jama’ah macam apa...!!! apa pantas
mendapatkan sebuah garansi sebagai ukuran seorang murid, sedang kita murad saja belum tau
tugasnya.....??? jangan-jangan hanya sebuah romantisme cultural belaka (Budaya grubyak-
grubyuk) tidak tau arah.
Mestinya kita tidak perlu  seperti itu, sering kali kita me-ngucapkan tentang perjalanan
(Toriqoh).  Cobalah kita berfikir meluas tentang perjalanan atau yang disebut toreqoh
tersebut, betul memang  perjalanan menuju Allah, tapi apa pemahaman kita semua tehimpit
sehingga berhenti pada satu pemahaman yang demikian. Kalau memang hal itu yang menjadi
pemahaman anda sekalian apakah anda yakin udah menemukan jalannya menuju yang kalian maksud
tadi…! Sudah yakinkan bahwa kalian benar-benar sudah ketemu dengan jalanmu, sudah benar-
benar mendapatkan sehingga bertemu Gustiallohmu…!!!.
Kita itu hanya tumpukan sampah, kita itu hanya onggokan batu cadas yang tak tergerak,
bersyukurlah masih ada pemulung yang mengais kita sehingga kita di daur ulang hingga
setidaknya lumayan pantas untuk dimanfaatkan sesama makhluk. Setidaknya kita bisa tergerak
untuk memproses diri untuk lebih mengenal diri kita.  Di ibaratkan Seorang Mursyid itu
pemulung, kita itu sangatlah beruntung, sebab Beliau yang dengan segala kerendahan hatinya
sanggup menumbangkan segala egonya, yang dengan segala kelembutannya mengais sampah-sampah
seperti kita, untuk di daur ulang agar menjadi layak manusia, agar sadar dengan sesadar-
sadarnya kita pantas dipandang di hadapan   mahkluk  lebih-lebih di pandang dihadapan Sang Kholiq.
Saudaraku yang dirahmati Allah. Bahwasannya hakekat toreqoh adalah bukan semata-mata jalan
menuju Gustialloh saja, namun justru proses yang teramat sangat panjang tentang bagaimana
kita lebih mengenal diri kita sendiri.   Proses yang teramat menyakitkan, bukan perkara
yang mudah sehingga butuh kesungguhan dan kesanggupan dalam setiap menjalankan lakunya.
Pertanyaannya apa kita sudah demikian….? Mungkin ada diantara kita, tapi bisa juga malah
belum  tergerak sama sekali. Harapan seorang Guru mestinya ada sebuah peningkatan pemahaman
dalam setiap langkah pencarian dirinya, sebab bukan kepintaran yang menjadi tuntutan
ataupun tolok ukur seorang Guru, akan tetapi mentradisikan sebuah pencarian (NGAJINYA) yang
menjadi wajibnya.
Mestinya tahapan-tahapan dalam lakunya sudah kita lalui, sehingga kalau lama menjadi
ukuran, mestinya kalian sudah lama ikut majelis Sholawat, akan tetapi justru stagnan
berdiri di altar kekaguman keindahan panorama di luar. Kalian hanya sebagai pengagum
lukisan-lukisan yang terpampang di papan meding, kalian tak ubahnya hanya sebagai penikmat 
kuliner-kuliner yang dijajakan di pinggiran jalan. Kenapa kalian tidak pernah tergerak
untuk berusaha melukis sendiri, kenapa kalian tak tergerakan untuk meng-goreskan kuas
kehidupan di atas kanvas perjalanan dirimu sendiri.
Dengan kalian mengguratkan lukisan untuk melukis diri artinya kalian menyadari bahwa kalian
sedang berproses untuk mengenal terhadap dirinya sendiri. Semakin kalian mengenal dirinya
maka tidaklah kesuliatan untuk mengenal dan mengerti ” JALANMU”. Artinya dengan jalan yang
sudah kalian dapati itulah sejatinya ”Toreqohmu”. Lantas bagaimana dengan Majelis Sholawat
Burdah dan apa kaitannya dengan jalan yang sudah didapati. Majelis adalah wadah, majelis
adalah ruang kelas dan majelis adalah Madrasah, sehingga seorang Mursyid mengajarkan dan
men-transferkan sebuah pemahamannya, sehingga perolehan pemahaman tergantung kalian yang
ada di dalam kelas tersebut dalam mengikuti petunjuk, arahan bahkan tugas yang
diperintahkannya. Sehingga bagi Seorang Guru, hasil bukanlah tujuan akan tetapi yang utama
adalah agar anak didiknya mengenali betul terhadap prosesnya (LAKUNYA).
Atau yang kita kenal “ Wong kangkat Melakune mergo soko lakune”  artinya sebanyak apapun
amalan yang kalian ucapkan tanpa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari berarti belum
apa-apa.Permasalahannya apakah kalian sudah masuk dalam, wadah, ruang kelas ataupun
Madrasahnya..? Kurang apa kalian semua kenapa sarana sudah di buka lebar-lebar kalian hanya
berdiri diluar, kenapa tidak timbul rasa penasaran sedikitpun untuk mengintip, lebih-lebih
masuk dalam Madrasahnya, Jika demikian bagaimana kalian mau mengerti jalanmu sendiri sedang
kamu enggan untuk mencari tau, bagaimana kalian akan kenal dengan dirimu sendiri sedang
kalian hanya termangu sebagai penikmat ilusi bukan sebagai pelaku sejati. Nanti, ataupun
kapanpun selagi kalian masih berdiri diam maka akan hanya mendulang kemalasan artinya
kalian telah membuat belantara jalanmu sendiri.

DIMENSI HENING
Jika Allah menginginkan kebaikan kepada menusia, maka Dia menjadikan ilmu berada di tengah
raja-raja mereka, dan menjadikan raja itu di tengah Ulama-ulama mereka. (Ulama-ulama salaf).

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim :
Malam itu benar-benar terasa berbeda rasa dingin yang muncul telah membacok tulang belulang
hingga ke sumsum, dan pada saat itu juga kondosi warga angkringan juga lagi agak redup
untuk beraktifitas, hanya Kang Hakekat dan ditemani sahabatnya Kang Sarengat yang kelihatan
lagi sedikit ngrumpi (Ngrembug Urusan pinggiran) hehehe... asyik dalam obrolannya.
Kang Sarengat    : Kang.... sebenarnya kita itu harus gmana ya… kok
kelihatanya rekan-rekan kita itu masih pada belum
mudeng dengan menjalankan laku, dan mungkin termasuk saya Kang sebanarnya yang dimaksud
Laku itu apa tho
Kang… tolong jelaskan yang paling sederhana saja…
Kang Hakekat    : Hehehe…Oalah Kang-kang jane yo sudah turah jelas
tho Kang, hampir setiap hari disampaikan ibarat lambe
setumang dadi semerang, nganti mimiren tapi yo tetep gebleg pancenan.
Kang Sarengat    : Lho kok gebleg gimana tho emang masih pada demikian .
Kang Hakekat    : He...banyak Kang, lha kalau sadar bahwa ngaji laku itu melaksanakan
perintah dari gurunya mestinya ya.. suruh kerja bhakti ya berangkat, okelah kalau memang
ada halangan sangatlah maklum, lha ini sekian lamanya tetap
saja tidak berangkat, malah lucunya lagi ada yang tanya podoknya mau diapakan tho kok
berantakan... lha ini khan manusia model opo, lucu gitu lho, masa pondok tempat kita ngaji
bi bogkar kok malah tanya mau diapakan ini pertayaan aneh, Yo intine manuto gitu ajalah.   
Kang Sarengat    : Oalah jadi begitu...ya ya.. Kang...!!! (mugo-mugo saya tidak begitu
sambil garuk-garuk kepalanya).





0 komentar:

Posting Komentar