Jumat, 10 April 2015

EDISI - 45 KAMIS

Edisi, 45
Kamis 21 Agustus 2014

PERBEDAAN ADALAH KARUNIA
“ Sayyiduna Muhammad Rosuulullah Lil Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Kemajemukan yang berada di sekitar kita, warna-warni dan keaneka ragaman kultur dan budaya
di belahan bumi ini, adalah wujud atas kekuasaan Allah atas ciptaan-Nya. Merupakan Ke-Esaan
yang tidak mendapat pesaing dari manapun, dan tidak pengaruh terhadap kepentingan suatu
makhluk terhadap kekuatan dan kasih-sayang-Nya yang selalu dirahmatkan kepada seluruh
ciptaan-Nya. Bagian ciptaan yang terindah dan sempurna adalah manusia itu sendiri, dan
dengan demikian kadang kita terlalu tuli dalam menerima apapun yang datangnya dari Sang
Maha suci, yang kadang hanya di ukur dari materi. Kami rasa Allah tidak kampungan dan Allah
tidak Ndeso dalam menanggung atas segala ciptaan-Nya. Dan Allah Maha pemberi bahkan
perbuatan yang kita lakukan itu merupakan campur tangan Allah.  Kadang kita benar-benar
bisu dan bungkam sehingga untuk mengucapkan rasa terimakasih (syukur) terlalu berat bahkan
tak sepatah katapun terucap dari lidahnya kita. Kenapa Allah menciptakan malam dan siang,
kenapa Allah menciptakan Matahari dan bulan dan kenapa juga Allah menciptakan kegelapan dan
cahaya, dan masih banyak lagi sehingga kita kehabisan waktu untuk mengukur kenikmatan dan
kekuasaan Allah. Siang dan malam adalah waktu yang di ciptakan untuk kepentingan semua
makhluk, begitulah cara Allah dalam mengatur tatanan makro dan mikro kosmos.  Dalam
pandangan sempit kita kadang brontak untuk menerima keanekaragaman perbedaan, pemikiran
sempit kita kadang marah menerima pandangan dan pendapat yang dilontarkan dari sesama kita.
Mestinya kita tidak perlu  seperti itu, kenapa kita tidak berlaku bijak, kenapa kita tidak
belajar dari segala ayat kauniyah (yang bisa kita lihat) bahwa Allah menciptakan segalanya
yang di langit dan di bumi. Ketika kita belum sanggup mema-hami satu sama lain buat apa
kita susah-susah melakukan ritual men-cari dan melakukan apapun untuk mendekat dengan
Allah, ketika kita tidak mampu menerima perbedaan artinya kita belum sanggup untuk menjadi
kalifah di muka bumi ini, sebab dengan kita mampu menerima perbedaan disitulah, Kasih
sayang Allah bersama orang-orang yang selalu mengasihi sesama mahluk lebih-lebih sesama manusia.
Sebenarnya kita sudah terlalu sering mendengar seruan tentang hal ini akan tetapi kita
terlalu tumpul dalam mencermati dan  menganalisa, jadi seakan-akan kalau tidak sama dengan
yang kita anut itu mutlak salah dan perlu diadili. Kontek pemahaman yang seperti ini yang
mestinya kita rubah, Allah telah mengajarkan kepada kita melalui Rosul Muhammad, bagaimana
agar kita menjadi manusia-manusia yang selesai, menjadi manusia yang kamil, setidaknya
menjadi manusia yang tidak GUMUNAN, semua ada dasarnya.    Pertama kita mengenal
“Hamblumminallah” yakni hubu-ngan menusia dengan Sang Penciptanya (Allah wajala). Kedua 
“Hamblumminanas”  yaitu hubu-ngan manusia dengan manusia, dan yang Ketiga mungkin masih
asing di telinga kita bahkan  belum  tau  sama sekali yaitu “Hamblumminnafsi yang
mengandung pengertian hubungan kita dengan nafsu kita.  Nah saudara-saudaraku, sebenarnya
disinilah ujung permasalahannya, kenapa kita menjadi manusia yang GUMUNAN, menjadi manusia
yang tidak mampu mencerdaskan pemikiran dalam rangka memahami sifat Rohman-Rohimya Allah.
Sebab berangkat dari kurang harmonisnya hubungan kita dengan nafsu kita sehingga kita mudah
terperangkap keindahan bayangan ilusi. Kita benar-benar belum berkomunikasi betul dengan
nafsu kita, kita benar-benar belum mengenal betul nafsu kita, tapi kita sudah terburu-buru
mengankat tangan untuk memproklamirkan bahwa aku yang paling benar dia yang telah salah dan
sesat. Ketika kalian mengatakan AKU disitulah sejatinya nafsumu masih menguasai sebab
disini belum berkolaborasi untuk saling mengenal lebih dekat.
Dari uraian diatas kita bisa terik pemahaman bahwasanya ketika kita bisa berhubungan diri
kita dengan nafsu kita maka sangatlah tidak sulit untuk membangun keharmonisan dengan yang
ada di sekeliling kita. Kita tidak akan kesulitan membangun hubungan manusia dengan
manusia, dan berkemungkinan besar kita jauh lebih mudah membangun hubungan kita dengan Sang
penciptanya. Sebab aplikasi dari pemahaman terhadap Allah mestinya bisa dipelajari melalui
ciptaan-Nya, ketika kita sudah saling memahami dan menghornati keseimbangan   miniatur 
alam  yang yang ada pada diri kita, maka sejatinya kita telah menjadi manusia yang selalu
dan bisa merespon sifat kasih sayang yang Alloh miliki untuk kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Semisal saja Allah hanya menciptakan satu bentuk manusia saja, apa jadinya komentar-
komentar manusia pembangkang.... pasti akan mengatakan Allah kok tidak kreatif, Allah kok
Ndeso dan masih banyak lagi, lha wong Allah sudah menciptakan langit dan bumi seisinya
saja, tetap saja masih dipermasalah-kan, bahwa Allah kurang kerjaan kenapa Allah
menciptakan semut yang kecil.Sebenarnya dari sini sangatlah kelihatan sebagai tolok ukur
kwalitas diri kita masing-masing, ketika kita masih gumunan, me-mandang hal lain dengan
nafsunya bukan dengan kecerdasan rohani-nya, artinya kita semua baru melafalkan sholawat
akan tetapi belum bersholawat. Sebab bekas dari bersholawat adalah lunturnya sifat egois
yang meracuni hati kita.  Bekas dari bersholawat adalah rasa empati kita terhadap sesama,
rasa pelit kita menjadi dermawan. Dengan demikian kenapa kita tidak bisa memandang bahwa
sebuah perbedaan adalah karunia mulia dari Allah. Dan kenapa justru perbedaan seakan
menjadi ajang permusuhan…. Lantas kemana pemahaman kerohanian kita selama ini, kemana
rohmatan lil alaminnya. Perbedaan adalah suatu keindahan sehingga dapat membuka cakrawala
pemahaman ilmu Allah. Dan perbedaan adalah tentang  bentuk kemajemukan yang tidak untuk
diperdebatkan, akan tetapi justru itulah kebesaran mutlak Allah sebagai sarana untuk lebih
mengenal sifat-sifat Allah, dan yang paling tidak dimengerti kebanyakan manusia adalah
bahwa semua itu bisa dijadikan sebagai media untuk kembali menuju Allah Wajala.

DIMENSI HENING
Tanamkanlah wujudmu pada tanah kerendahan, sebab sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam tidak
akan sempurna hasilnya. (Ibnu Athailla).
Jika Allah menginginkan keburukan pada suatu kaum, maka Dia akan menurunkan perdebatan di
tengah mereka, dan mencegah mereka dari beramal. (al-Auza’i).  

ANGKRINGAN SUFI
Bismillahirohmanirohim :
Hampir dua bulan penduduk angkringan jarang nongkrong untuk menikmati secangkir kopi dan
sebatang rokok. Namun agak tumben Kang Sarengat hampir setia untuk nongkrong dengan
Sahabatnya Kang Hakekat, sehingga masih muncul obrolan-obrolan ringan untuk menghangatkan
suasana malam.
Kang Sarengat    : Kang satu hal yang akan saya tanyakan Kang….. daripada jadi uneg-uneg di
dalam hatiku….
Kang Hakekat    : Hehehe… opo kuwi Kang kok yo sepertinya wigati sekali.
Kang Sarengat    : Begini kang kenapa kadang kalau ada pemahaman yang
berbeda dianggap salah dan bahkan dituduh sesat, itu sebenarnya gimana tho..tolong jelaskan
dan bagaimana cara menyiasati agar tidak terjebak dalam lingkaran permasalahan itu.
Kang Hakekat    : He...tumben pertanyannya agak mutu dan rodo dowo
Kang, baguslah kalau begitu.Sebenarnya mudah saja, pernah dengar khan ” Lakum dinukum
wliadiin” pada intinya kita menghormati perbedaan, bahkan keyakinan sekalipun, sebab justru
disitulah Gustiallah itu Maha Bijaksana lagi Maha Kuasa, sanggup menciptakan     keragaman,
sanggup menciptakan segala jenis apapun yang kita tidak mampu menghitungnya. Tujuannya apa
ya,... hanya untuk kita lebih memahami perbedaan, satu hal kenapa perdebatan nuranimu dan
nafsumu tidak pernah kamu permasalahkan, kenapa coba..? karena               
sudah sanggup berdampingan, artinya sudah bisa berhubungan dengan nafsu kita, mestinya
Sampean juga begitu.       
Kang Sarengat    : Oalah jadi begitu...ya ya..maturnuwun Kang...!!!








0 komentar:

Posting Komentar