Senin, 06 April 2015

EDISI - 16 BURDAH

Edisi 16 Burdah
Kamis 29 Mei 2014

INI AKU DAN KEKURANGANKU
Assalamu`alaika zainal Anbiya-i,Assalamu`alaik
Man li bi raddi jimaahin min ghawaayatihaa Kama yuraddu jimaahul khoyli bil lujumi
(Siapakah kiranya yang mau menolongku mengendalikan hawa nafsuku dari kesesatan
Sebagaimana kuda liar yang dikendalikan  Dengan kuatnya tali kekangan)
Mengapa Alloh menetapkan perintah dan larangan..? membuat dan mengajarkan batasan kepada
manusia. Kenapa harus ada aurat-aurat yang harus kita tutupi dan lebih banyak yang oleh
Alloh ditutupinya..? jangan gunakan emosi, amarah untuk memahaminya, mari kita cari lebih
dalam lagi dan kita temukan mutiara maknanya. Begitu mendengar kata ”Aurat” persepsi kita,
cara pandang kita selalu berfikir kepada hal-hal fisik semata antara Aurat lelaki dan
perempuan, tanpa mau mencari lagi maknanya lebih jauh atau pada tingkatan level yang lebih
mendalam, padahal kalau diselami lebih jauh lagi, filosofi Islam mengajarkan konsep ”Aurat”
itu meliputi berbagai macam hal, ibadah, alam semesta, perkataan, perbuatan kita sehari-
hari, panca indera kita, mengandung inti sari dari makna aurat tersebut dan berbagai macam
hal lainya. Aurat bisa dimaknakan sesuatu yang harus ditutupi, ditahan, dijaga, dibatasi
dan di atur sedemikian rupa agar seseorang, makin sanggup memahami diri sendiri, makin
sanggup mengkhalifai alam sekitarnya, agar terjaga fitrahnya dan makin tinggi nilai-
nilainya sebagai seorang manusia, semakin sanggup memahami batasan-batasan kemerdekaan diri
dan semakin menumbuhkan ketaqwaan dan rasa bersyukur yang tak terhingga kepada Alloh swt,
semakin bertaqwa maka akan semakin bersyukur dan semakin mendalam cintanya kepada Alloh dan
Rosululloh saw, dan jika makin cinta maka semua hal yang dihadapinya akan makin mudah dan
selalu mengembalikanya kepada Alloh swt, selain Tauhid dan akhlakul karimah, Aurat menjadi
salah satu fundamen dasar dari filosofi islam. coba saja anda pikirkan sejenak,
jika mata anda tidak di ”Aurati”, tidak dibatasi daya penglihatanya maka anda mendadak gila
karena melihat semua hal di dunia ini telanjang dan melihat masing-masing orang memikul
dosa-dosa dan masalah-masalah yang membebani hidupnya. Lha wong kita ini sudah dibatasi
saja masih sering meledak hawa nafsunya apalagi jika tidak dibatasi. Sudah dibatasi saja
kita ini terlalu sering melampiaskan, apalagi jika tidak..? bukankah puasa itu juga
termasuk aurat, alias menahan lapar dari waktu yang telah ditentukan..? bukankah hidup itu
juga perjalanan panjang tentang cara kita menemukan hikmah dari nafsu-nafsu kita dengan
mengaurati”nya, memanagemenya agar menemukan arti sejati dari kebebasan, bukankah kita ini
tampak hebat, tampak Mulia dihadapan manusia lainya di karenakan Alloh menutupi, mengAurati
aib-aib kita dari pandangan umum..? dan untuk memahami konsep ”Aurat” itu tadi bisa dengan
berbagai macam cara yang bisa kita temukan melalui al-qur’an dan hadits, juga bisa temukan
lewat khasanah kebijaksanaan para Ulama sufi, Aulia, Orang-orang suci,  Mursyid, dan juga
melalui Tafakur (introspeksi diri, berfikir tentang ayat-ayat Alloh.) Dan juga kita tetap
membutuhkan bimbingan orang lain yang sudah terbuka mata hatinya, sudah mencahaya hatinya,
untuk semakin sadar diri, semakin mengerti  dan memahami konsep tersebut, seperti halnya
kita ini butuh orang lain untuk menemukan dan menikmati keindahan, tentulah kita butuh
pembimbing untuk menunjukan jalan untuk keluar dari kurungan hawa nafsu dan memulai
perjalanan cinta yang mendalam dan sejati kepada Alloh illahi Robbi. Sebab hakikat hidup
itu kita tidak lah bisa hidup sendiri, kita butuh orang lain untuk menemukan dan berbagi
sesuatu, untuk berbagi dan menemukan keindahan, bukankah ”al-Mu’minnu akhul mu’min” (orang
yang beriman itu bersaudara )jadi cari bantuan, cari seseorang yang semakin mendekatkanmu
kepada Alloh dan Rosululloh, yang semakin membuatmu mampu mengkhalifahi dirimu sendiri dan
managemen hawa nafsumu. Jika sudah ketemu jangan tinggalkan dia, bersemayamlah dalam
kedamaiannya dan reguk dalam-dalam saripati bening segar air ilmunya. Begitu juga untuk
juga mata pelajaran aurat, harus ada yang memberitahu mengajari dan menunjukan maknanya,
agar tak salah memahaminya jika soal menutup, menahan diri (Aurotu nafsi) saja kita masih
gagap dan gelap, lha kok sok-sokan menceritakan keindahan dan cahaya kepada sesama teman,
saudara atau sanak kerabat.? wong membaca ini pertanda hawa nafsu (kehendak pribadi) saja
tidak sanggup lha kok kita dengan gagah berani bilang ini kehendak Alloh…Masyaalloh robbi,
ada apa dengan diri kita..? mau mencari apalagi kita..? kita hebat, bahkan sangat hebat
ketika bercerita tentang hawa nafsu orang lain, tentang aib orang lain, sampai-sampai kita
lupa bahwa su’udzon itu juga bagian dari hawa nafsu kita sendiri...!!!
kita terbiasa gagah sombong berkata ” Ini aku dan kelebihanku, ini aku dan kemuliaanku dan
tidak menyediakan ruang dihati untuk kata” ini aku dan kekuranganku” ruang untuk hal tak
terduga dan terbayangkan sebelumnya, ruang untuk salah dan gagal, kita lupa jika Alloh
mencabut Kasih sayang Rohman Rohim-Nya sedetik saja dari dunia, maka dunia akan hancur tak
terkira Tidakah anda tahu bahwa hawa nafsu sangat perlu
kita ”auroti” kita ”hijabi” kita batasi, kita atur volumenya agar jadi ilmu dan manfaat
bagi diri kita dan kehidupan sekitar kita dan untuk membatasi itu maka kita diwajibkan
“BELAJAR, MENGAJI dan MENGKAJI” jadi jangan kedepankan su’udzon, iri dan emosi dan ego
diri, maka tiga hal mendasar yang bisa kita jadikan acuan ialah tafakur (berfikir) sebab
berfikir menjadi elemen penting untuk membuka segala pintu-pintu ilmu, jangan malas sebab
malas menumbuh suburkan kebodohan dan kebodohan mengarahkan kita kepada kesesatan dan kufur
nikmat (mengingkari nikmat) beri vitamin hati dan diri dengan sabar dalam proses dan
tawakal.  Ataukah memang hati kita sudah begitu pekatnya dididik oleh su’udzon sehingga
belum tahu maknanya, belum tahu kejelasanya kita sudah menilai dan menyimpulkan sesuatu..?
ataukah memang ”mulia, kebanggaan diri, sombong, iri hati” sudah kau jadikan sebagai
pemimpin hidup dan imanmu..? kau pikir semua bisa engkau kendalikan..? Alloh ya Hafied,
Allohul Kaafi, ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
Bukankah hakikat dasar kita adalah bekerja sama.? Bukankah kita ini butuh orang lain untuk
menemukan keindahan, untuk menikmatinya dan berbagi rasa.? Bukankah kita ini tampak hebat,
tampak Mulia dihadapan manusia lainya
dikarenakan Alloh menutupi, meng”Aurati” aib-aib kita dari pandangan umum..? Masihkah
engkau merasa hebat dengan ilmu dan pengetahuanmu yang tak ada artinya dibandingkan lautan
ilmu-ilmunya Alloh..? Banyaklah beristighfar saudaraku.

ANGKRINGAN SUFI
Bismilllahirohmanirohim: Alloh itu memutuskan sesuatu dengan kasih sayang Rohman Rohim-Nya
Kang Sarengat terdiam seolah ada sebuah beban yang memberati pundak dan relung hatinya,
tatapannya kosong dan seolah olah hendak meluapkan emosinya, Ini aneh, ini benar-benar aneh ujarnya.        Kang Hakekat : Apanya yang aneh kang.? perasaan biasa saja, dunia juga berjalan sesuai
sunatullohnya kok, lalu apa yang aneh..?
Kang Sarengat  :  Diri saya kang yang aneh, ada apa dengan diri saya ya kang..?
Kang Hakekat  : Memangnya ada yang aneh apa terhadap dirimu..? apa yang membuatmu
merasa aneh kang..?
Kang Sarengat :   Begini kang, aku ini heran kang, kenapa jika aku merencanakan sesuatu
yang kudasari dengan kehendak pribadiku meski kuniatkan untuk kebaikan namun selalu saja
hasilnya tidak sesuai dengan harapan dan cita-citaku kang, dan jika aku mulai menaruh
harapan yang sangat besar kepada orang lain ujung-ujungnya kok malah aku kecewa dan
kehilangan, apa ga aneh itu kang..?
Kang Hakekat  :  Hahaha begitu kok aneh to kang-kang, biasa saja kok.
Kang Sarengat :  Lah.. malah ketawa, terus aku kudu pie kang..?
Kang Hakekat  :  Saudaraku, pernahkah engkau mempersiapkan ruang dihatimu untuk sebuah
Kegagalan..? bersiapkah engkau mendapat sebuah jawaban yang diluar perkiraanmu sebelumnya,
apa pula yang kau jadikan ukuran berhasilmu...?
Kang Sarengat :  Hmmmm bagaimana ya kang..?
Kang Hakekat :  Saudaraku, jika kita merencanakan sesuatu hal kemudian niat kita tidak di
dasarkan atas nama Alloh maka bersiaplah kecewa, sebab keinginan dan cita citamu adalah
juga bentuk lain dari nafsu pribadimu dan disini didunia ini
jangalah engkau terlalu bergantung kepada siapapun kecuali Alloh dan Rosululloh, sebab
orang lain berpotensi mengecewakanmu dan kau mengecewakannya, tidakkah juga kau tahu bahwa
bayanganmu pun akan meninggalkanmu ketika kegelapan datang menghampirimu..? sebab apa..?
kita merencanakan sesuatu kebanyakan dengan pamrih dan ego kita sendiri, sedangkan Alloh
merancang dan memutuskan sesuatu dengan kasih sayang Rohman Rohim-NYA, berhasil atau
tidaknya sesuatu itu ada di irodahnya Alloh dikehendaknya Alloh, bukan ukuranmu dikehendak pribadimu.
Kang sarengat :  Alhamdulillah..., padang hatiku, jelas dan terbuka sekarang cakrawala pemahamanku.

0 komentar:

Posting Komentar