Jumat, 03 April 2015

EDISI - 12 KAMIS

Edisi, 12
Kamis 4 April 2013

DZIKIR WENGI OJO PODO LENO
Dzikir wengi ojo podo Leno, kenapa bisa sebagai TOMBO ATI, sangatlah jelas taukah bahwa
malam adalah gelap, dengan kegelapan malam akan hadir/muncul berbagai macam bahaya, ketika
dalam bahaya artinya tidak aman dan terancam, lantas bagaimana ketika yang gelap hatinya
berarti itu jauh lebih bahaya, oleh karnanya perlu penerang agar tidak mengalami kegelepan,
 yakni dengan DZIKIR WENGI AJO PODO LENO (Kidung Rumekso Ing Wengi) sehingga kita aman dari
ancaman/bahaya kegelapan malam ataupun kegelapan Hati.  Karena ketika Hatinya sudah gelap
maka akan menjadi hitam dan akhirnya akan menjadikan QOSWATU QOLBI (Kerasnya Hati) sehingga
perlu dikikis, salah satu untuk mengikis hati adalah dengan Dzikir pada malam hari, kenapa
karena agar mendapatkan suatu puncak keheningan dalam memusatkan jiwa dan pikirannya kepada Gusti Allah.
 “ Kata Dzikir dari kata DZA,  KA,  RA yang berarti Mengingat, memperhatikan, mengisi dan menerangi “
DZIKIR artinya ingatan, dalam khasanah Sufisme dzikir  terus-menerus menyebut kata-kata
tertentu secara berulang-ulang pujian terhadap ALLAH. Dalam prakteknya dzikir berupa
aktifitas menerangi pikiran dan hati dengan nama atau pujian terhadap Tuhan.
Atau merenungkan Asma ALLAH ke dalam hati dan pikiran sehingga tak ada nama lain dalam hati
dan pikiran selain Nama Allah. Dengan demikian dapat ditarik pengertian dari dzikir yaitu
tujuan untuk mencapai kesadaran untuk mencapai objek spiritual, untuk mencapai manusia
tercerahkan, dan dalam praktek kehidupan nyata untuk menjadi manusia yang penuh kearifan.
Dalam pengertian lain dzikir untuk  MANUNGGAL dengan ALLAH AWT (Menyerahkan diri pada Tuhan
Yang Maha Esa) menyatukan diri, tidak dalam arti menyatukan dzat manusia dengan dzat Tuhan,
tidak demikian…!!! Karena Allah meliputi segalanya yang perlu disatukan adalah Sifat, Asma
dan Af’al manusia. Nah untuk bisa menyatukan diri dengan Allah harus menyatukan perasaan
dan pikiran nafsunya dalam berdzikir, puncak dari penyatuan ini adalah ketenangan jiwa
tentramnya hati.     Perasaan dan pikiran dikembalikan kepada Allah dan diiringi dengan
perhatian terhadap keluar masuknya napas.    Dari penjelasan diatas bahwa dzikir bukan
lama atau singkatnya kita melakukannya akan tetapi ada tidaknya penyatuan jiwa dan pikiran
(sambung) dengan Tuhan. Jadi hanya kesungguhan dan keteguhan hati dalam melakukan Dzikir
agar bisa dikatakan sebagai Tombo Ati. Dengan demikian ketika sudah bisa melakukan maka
dirinya sudah aman dari bahaya gelapnya  malam dan aman dari  dari gelapnya HATI.

LANJUTAN TENTANG KHAJI :
“KHAJI”     Ibadah Khaji merupakan perjalanan manusia kepusat dirinya karena itu, kewajiban
secara fisik hanya sekali seumur hidup, itu bila yang bersangkutan “MAMPU”, bukan hanya
mampu secara material tetapi juga mampu secara mental dan spiritual termasuk sebelum khaji
harus mampu membersihkan dirinya dari jeratan duniawi, hingga sepulang khaji dapat
menerapkan simbol yang dilaluinya selama khaji dalam kehidupan nyata.   Mencermati larangan
ketika IKROM disebut dalam ayat Q.s 2 : 197 yaitu dilarang melakukan ROFATS (aktifitas
seksual), tindakan FASIK dan BERTENGKAR.
Larangan ROFATS (aktifitas seksual) IKROM yaitu lambang Topo Broto, lambang penyucian 
batin.  Dalam penyucian batin harus bisa meredam gejolak nafsu. Larangan berbuat FASIK. FASIK adalah perbuatan yang menyimpang atau melanggar hukum Allah, termasuk pengertian fasik dalam berikrom adalah membunuh hewan atau merusak tumbuhan, dan merusak ranting.  Lihat Q.s Al maidah, (1-2) maksud larangan tersebut adalah
agar sepulang khaji tidak berbuat aniaya terhadap mahluk hidup. Larangan BERTENGKAR, bahwa semua pertengkaran dilarang baik antara suami istri, orang tua dengan anaknya, buruh dengan majikannya, karena dalam berikrom tak ada lagi perbedaan kedudukan, semua mahluk sama dimata Tuhan.  Oleh karena itu tak ada hak bagi manusia untuk menyombongkan dirinya.Tujuan khaji adalah untuk menjadi insan kamil (Manusia sempurna) seperti yang dicontohkan Sunan Kali Jaga yang bertapa  Brata di tepi kali Beliau tercerahkan setelah selama lima tahun. Semua simbol dalam ibadah Khaji di laluinya dan diamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mengangkat khaji era Sunan Kali Jaga ke zaman kita ini sudah sepatutnya orang-orang Indonesia tidak berbondong-bondong pergi ke Mekah. Orang-orang Islam sudah sepatutnyawawas diri, kebodohan, kemiskinan, pengangguran merajalela di Nusantara ini. Cukup berkhaji dengan meniti kedalam diri.  Tanpa berkhaji secara fisikpun akan jadi khaji mabrur bila secara spiritual kita bisa menjalani hidup yang benar. Dalam sebuah hadist diterangkan, sepulang para sahabat menunaikan ibadah Khaji hanya ada satu orang yang menjadi khaji mabrur  padahal orang yang disebutkan namanya oleh Rosul itu tidak ikut melaksanakan ibadah khaji, tentu saja orang itu terkejut terus dia menjelaskan bahwa
dirinya sudah berniat pergi Khaji, akan tetapi ketika mau berangkat mengetahui tetangganya sakit keras dia menolongnya, menguras bekal untuk ibadah khajinya untuk mengobatkan tetangganya tersebut, sampai tetangganya sembuh dan dia tidak jadi ibadah/berangkat Khaji, teryata orang yang demikian itu justru menjadi Khaji mabrur. Wal hasil tanpa kesanapunk alau kelebihan harta bendanya untuk  menyelamatkan/menolong orang lain sama saja untuk mendapatkan status Khaji mabrur walaupun tidak melaksanakan secara fisik.  

ANGKRINGAN SUFI
Ketika itu Kang Hakekat sedang duduk merenung memikirkan jaman yang semakin edan, jaman
makin tidak jelas sebenarnya ini salah siapa kok yo semakin lama semakin terbalik tidak
karuan, hemm geram rasanya melihat hiruk pikuk peradaban yang semakin aneh. Dan tiba-tiba
Ia dikejutkan oleh Kang Sarengat yang dari tadi memperhatikan sikap sahabatnya.
Kang Sarengat  : Kang dari tadi kok Sampean ngalamun ada apa sebenarnya bicaralah khan ada
aku sahabatmu hehehe….semua pasti beres tenang aja. 
Kang Hakekat  : Yo..yo maturnuwun Kang Sampean memang boloku sing paling Oke, pokoknya
kalau tidak ada Sampean dunia semakin sepi, karena tidak ada yang criwis, dan ngeyelan, yah
lumayan untuk komplit-komplit donyo. 
Kang Sarengat  : Weh… nesu tenan to iki critane, yo maap-maap seribu maap jikalau diriku
telah bersalah padamu hihihi…..
Kang Hakekat   : Gini lho...apa Sampean tidak merasakan jaman yang semakin gemblung, yo
manusia model sampean kuwi, mendatangi pejabat-pejabat mung nunut mukti, begitu pejabat
datang tempat Sampean yo mung konspirasi, podo karo sumur nggo ancik-ancik kodok lurik-
lurik kuwi, yang tidak habis pikir yo yang model kaya Sampean yo mau gitu lhoh….??????  
Kang Sarengat : Oalah jadi gitu critane, wah kalau itu si ya memang betul, pas Kang aku
juga cok begitu tapi tidak sering-seringlah he..heh..lha gimana Kang lha wong kepepet dan
mumpung punya kenalan dekat jadi bisa main matalah.
Kang Hakekat   : Hemmm….. lha pancen sudrun, mana ada sumur marani timbo mestinya timbo
yang medatangi sumur.

0 komentar:

Posting Komentar