Kamis, 09 April 2015

EDISI - 37 KAMIS

Edisi, 37
Kamis 27 Pebruari 2014

KEMANA SAJA KALIAN
Allaahuma shalli alaa sayyidina muhammadin ‘adada maafii’ilmiilaahi
Shalaatan daa-imatan bidawaami mulkillaahi
“ Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebanyak bilangan
barang yang ada di dalam pengetahuan Allah, dengan limpahan rahmat yang abadi, selama ada
dalam keabadian kerajaan Allah”
Keliru jika mengira bahwa hidup dalam kesucian itu mudah, jika orang dibesarkan dalam
kondisi sama sekali tidak mengajarkan pengetahuan tentang kenikmatan di dunia dan
kenikmatan olah asmara. Sehingga kebajikan yang dituntun oleh ketidaktahuan akan mudah
goyah dan rapuh. Suatu kemustahilan yang barangkali akan berseberangan dengan konsep dasar
mengetahui siapa yang kita gandrungi, kepada siapa kita merebahkan cinta dan kepada siapa
kita memadu asmara sejati.  Ada kalanya sebuah rasha tak tertandingi ketika menanggung
beban kerinduan yang semakin menduri. Cancut tali wondo apakah kalimat demikian, yang mampu
melunasi segala gelora yang sedang diamuk rasa rindu, apakah hanya sekedar sensasi untuk
mengalihkan perhatian karena matinya jiwa ini, atau bahkan karena entah suatu sebab apa
sehingga memang sudah enggan untuk meyapa sebuah kerinduan yang mendalam.  Kemana saja
kalian selama ini, dan apa yang kalian sembunyikan selama ini, apa iya…kalian masih saja
berorentasi dengan kepentingan materi…? Kenapa masih beranggapan bahwa ketika sudah
mengikuti sholawatan seakan sudah bisa mencukupi segala aspek kehidupan sebagai bekal
kelak, sudah merasa mendapatkan pencerahan yang menjadikan besar kepala dan sudah merasa
tercapai secara materi duniawi sehingga justru mucul pemahaman lain dan mempunyai tendensi
lain ketika datang ke majelis sholawat.
Nah disinilah justru akan sangat berhaya bagi dirinya, artinya datang ke sebuah majelis
sholawat dengan tendensi-tendensi atau muatan yang lain, maka semakin sulit untuk menemukan
makna-makna hakekat dari sholawat tersebut. Mestinya pemahaman yang demikian harus
dihancurkan kalau perlu dimusnahkan, sebab hal tersebut akan semakin sulit untuk beribadah
secara totalitas.  Kalau sudah tidak totalitas artinya kita sudah mengingkari dari nilai
ibadah tersebut. Padahal tuntutan beribadah mestinya benar-benar total seperti halnya anak
panah yang melesat dari busurnya dengan penuh kekuatan untuk mencapai titik bidik yang
tepat sasaran. Perlu kita ulas kembali syarat mutlak beribadah barangkali ini akan lebih
membuka mata hati serta wawasan jauh lebih mendalam. Bahwa syarat beribadah yakni SABAR,
NARIMO, WASPODO DAN NUNGGU.
-  SABAR.Artinya sabar menja-lankan perintah Allah dan Rosullnya. Terjemahan lain kita juga
sebagai santri mestinya juga sabar menjalankan perintah Mursyidnya.  
Kenapa kita harus sabar, sebab dengan sabar agar mendapat ridlonya Allah, dengan   sabar akan
Mendapat ampunan Allah,  dengan sabar dapat menghadapi ketentuan hidup dan dengan sabar
akan dapat mengerjakan soal (PR). Sehingga sejatinya bahwa sabar adalah KUNCI sukses. Dalam
sabar ada istilah 7 (Tujuh) T.
1. Tenang, sehingga dapat mengatasi segala sesuatu permasalahan apa saja.
2. Tekun, tekunlah ber-ibadah.
3. Teliti, perhitungkan dengan   matang dan cermat.
4. Tahan,  tahan menderita.
5. Tabah, Tabah dalam menghadapi cobaan/ujian     dan rintangan sebab hidup penuh rintangan
sehingga  harus di perjuangkan.
6. Tanggulangi, segala hidupmu dari sesuatu yang muncul dari nafsumu / syetan agar
tergenggam dengan baik dan tentunya ditopang dengan     doa sehingga diberi/mendapat barokah.
7. Tawakal, bahwa semua itu harus berproses, ketika satu sampai enam sudah di jalankan maka
kita pasrahkan kepada Allah Ta’ala.
- NARIMO, Menerima perintahnya Allah dan Rosullnya, penjabaran lain menerima perintah
Mursyidnya sebab kita ngaji perintah, jadi hal yang tidak masuk akal kadang diperintah
Gurunya saja masih mbangkang apa lagi diperintah Allah itu mustahil taat, sebab perintah
guru sejatinya ngangkat muridnya, namun masih juga yang tawar-menawar terhadap perintahnya.  -  WASPODO,  Kita itu tidak tau pada saat kapan musuh
datang, musuh dari nafsu diri kita dan dari bisikan syetan yang ada di sekeliling kita,
dengan demikian kita waspada.  -  NUNGGU,  apa yang ditunggu, yakni irodahnya Allah,
irodahnya Mursyidnya, sebab irodahnya Allah dilewatkan Mursyidnya.
Kalau kita mau menjernihkan pemikiran kita dan kita renungkan dengan deraan penderitaan
rasa cintanya mestinya kita bersyukur ada tempat penampungan yang mau menerima sampah-
sampah untuk di daur ulang agar punya nilai kepantasan sebagai titah. Dengan kata lain Kita
juga bisa disebut sebagai (ASABU SUFA) karena kita pada keyataannya kita masih mlarat
pemahaman, fakir dalam kebaikan sehingga kita dikumpulkan dalam serambi  Ponpes Kramat
dalam rangka memproses diri untuk  bisa kembali ke Allah tanpa rintangan yang berarti.

DIMENSI HENING
Ingatlah, bahwa dunia adalah seperti mimpi orang yang sedang tidur. Tiada kebaikan dalam
kehidupan yang tak pernah abadi. Angankanlah jika kau belum mendapatkan kenikmatan kemarin,
karena kau telah meninggalkannya. 

ANGKRINGAN SUFI
PERTEMUAN DUA ARUS. (bagian pertama)
Kang Hakekat      :    Aku ceritakan kepadamu duhai saudaraku tentang sebuah cinta yang
mengajari tentang keseimbangan
dan memahami soal pertemuan dua arus kehidupan, soal keseimbangan dunia akherat yang akan
jadi sebuah harmoni manfaat bagi kehidupanmu dunia akherat. Aku kisahkan kepadamu duhai
saudaraku terkasih tentang keseimbangan hati yang ditemukan oleh Kaalimmulloh Musa A.s
ketika diperjalankan oleh Alloh dan harus mengenali dirinya sendiri sebelum diangkat
menjadi Rosull oleh Alloh dan dipekerjakan untuk memandu umatnya kembali kepada Alloh
dengan segala kondisi kebaikannya. (Khusnul Khotimah) Kisah tentang bertemunya Musa
kalimulloh dengan Khidir a.s Sang pemandu Hati dan jiwa-jiwa yang merindu damba pada Alloh
swt, di pertemuan dua arus lautan.
Kang Sarengat   : Mengatur posisi duduknya dan berusaha untuk memahami apa yang diujarkan.
Kang Hakekat    : Kisah ini dimulai ketika Musa a.s ditanya oleh umatnya, ” Wahai Musa,
adakah atau siapakah di dunia ini
manusia yang lebih pintar (alim) dan lebih dekat kepada Alloh.? dengan spontanitas Musa
menjawab tidak ada lagi selain diriku, akulah yang paling mulia, paling alim diantara
seluruh manusia saat ini.
Kang Sarengat   : Masuk akal itu kang, kan Beliau seorang Nabi dan Rosul.
Kang Hakekat    : Saudaraku, selalu ada rahasia-rahasia yang kita tidak tahu seluruhnya, 
ketahuilah bahwa oleh sebab
perkataanya itu Musa a.s ditegur (dimarahi) oleh Alloh Robbul izzaati ” Wahai Musa, jangan
kau sombongkan dirimu, sebab engkau tidaklah tahu, bahwa sesungguhnya ada hamba-Ku yang
lebih Mulia, alim dan lebih dekat kepada-ku selain dirimu, jangan kau berlaku takabur wahai
Musa, sebab engkau tidaklah mengetahui apapun saja selain apa yang Ku-kehendaki terjadi atasmu.
Kang Sarengat   : Wooh,.. jadi begitu ya kang, seorang Nabi pun dilarang untuk berlaku takabur.?
Kang Hakekat    : Memang  begitu  adanya  Saudaraku,  pada  hakekatnya  tidak  cuma  Nabi 
tapi semua makhluk dilarang
untuk berlaku Takabur, berlaku sombong. Ini mau dilanjutkan kisahnya atau hendak engkau
potong terus..?
Kang Sarengat   : Hehe..., baiklah kang, lanjutkan..!
Kang Hakekat    : Seketika itu Musa pun memohon ampunan-Nya dan berkata malu ”Aduhai
Allohku,  ampunilah diriku dan
siapakah hamba-Mu itu yang Engkau perkenankan memperoleh keindahan seperti itu.? ”Dia
adalah Khiddir a.s kekasihku”  lalu dimana tempat tinggalnya.? pergilah ketempat dimana
bertemunya dua arus lautan, di tempat itu akan kau temukan dia, pergilah dan temuilah dia
atas ijin dan kehendak-KU.
Kang Sarengat   : Tunggu dulu kang,  dari  tadi  engkau menyebut-nyebut tentang pertemuan
dua arus, apakah ada makna
tersembunyi ataukah hanya aku yang salah kira kang.?
Kang Hakekat    : Tumben-tumben cerah hati dan pemikiranmu, terbuka cara pandang dan cara
menilaimu pada sesuatu
Hehe..., pertemuan dua arus adalah soal penyeimbangan hati dan jiwa dalam menjalani
kehidupan dunia akherat dan seimbang dalam hal-hal lainnya, seimbang dalam menjalani apa
saja dan cara menilai kita terhadap sesuatu.
Kang sarengat   : Terus kang, bagaimana caranya.? bagaimana penerapannya.? atau bagaimana
memulainya.?
Kang Hakekat    : Banyak sekali pertanyaanmu, baiklah kita lanjutkan lain waktu saudaraku.
Kang Sarengat   : lohh.....??? menarik nafas panjang tanda sedikit tak setuju.

0 komentar:

Posting Komentar