Sabtu, 04 April 2015

EDISI - 29 KAMIS

Edisi, 29
Kamis 24 Oktober 2013

BERHALA BARU
“ Sayyiduna Muhammad Rosulullah ila Al-Alamin”
(Junjungan kita Kanjeng Rosul Muhammad S.A.W adalah utusan Allah untuk seluruh alam)
Ketahuilah bahwa timbulnya berhala baru berasal dari “SYIRIK” sementara syirik itu di
karenakan oleh 2 (Dua) sebab, yaitu sebab lahir dan sebab batin. Syirik lahir menyembah
selain Allah Ta,ala, adapun syirik batin takut  kepada Selain-Nya. Orang yang shalih adalah
mereka yang mempunyai harta tetapi tidak menyintainya. Ia merasa memiliki tapi tidak
menguasainya,   dunia melayaninya bukan dia melayani dunia, ia rela keluar dari dunia akan
tetapi dunia tak mampu mengeluarkannya.  Lantas apa kaitannya dengan “ BERHALA BARU ”. Kita
sedikit menganalisa esensi sederhana tentang berhala, bahwa berhala bisa suatu benda yang
tak bernyawa yang selalu di sembah, di junjung di pelihara bahkan di puja-puja, dan yang
tidak masuk akal sudah tau berhala ya tetap saja ada yang menyembah dengan harapan mendapat
sesuatu dari ritual yang di lakukan untuk kepentingan tertentu. Jadi jelas sudah siapapun
makhluk yang berkeinginan di puja-puja, di sanjung di hormati bahkan di sembah artinya Ia
mengikrarkan dirinya menjadi Berhala dan sombong (Takabur), sehingga atas dasar keinginan
nafsunya bertujuan ingin di dewakan sebagai kiblat dalam suatu urusan.
Kadang mata telanjang kita jauh masih terkecoh dengan penglihatan yang nampak, sementara di
balik yang tidak kita ketahui kita tidak merasakannya karena bisa jadi antara yang di puja
dan yang memuja sama-sama Berhala atau benda mati karena tidak punya nyawa dan bukan
manusia, dan bisa jadi antara yang di sembah dengan yang menyembah  sama-sama manusia yang
tidak punya kecerdasan akal pikiran lebih-lebih kecerdasan rohani. Sejauh ini kita
mendatangi majelis Sholawat seakan hanya sekedar datang itupun karena punya tendensi lain
dari majelis Sholawat tersebut, lantas apa yang sebenarnya di cari.
Mestinya datang ke sebuah majelis Sholawat niatkan untuk mengharap ridhla dan ikhlas karena
 Allah S.W.T, pujian Allah Ta,ala kepadamu lebih berharga dan lebih menyelamatkan dari pada
pujian manusia. Sesungguhnya tujuan jiwa bukan pujian tetapi karena Allah, tinggalkan sifat
dan kebiasaan mem-banggakan diri di hadapan Mursyidnya lebih-lebih di hadapan Allah. Oleh
karena itu, wahai saudaraku lepaskanlah dunia yang engkau sukai demi kebaikanmu di hadapan
Allah. Keluarkanlah dan bebas-kanlah hatimu, pasti dunia tidak akan membahayakanmu. Carilah
Pencipta yang telah menciptakan makhluk. Engkau harus memelihara jiwa sampai mendapatkan
ketentraman.  Carilah kedamaian dunia dan kedamaian akhirat dengan cara bertaqwa. Sangatlah
beruntung jika engkau memasang butir-butir mutiara ikhlas dalam jiwa, termasuk dalam
butir-butir taqwa, sabar dan syukur rendah-kanlah dirimu di hadapan Allah, jangan berbuat
sombong atau ingin menjadi Berhala Baru, karena hal itu akan menye-babkan kehancuran.
Janganlah merasa dirimu berharga, lebih terhormat, lebih mulia, lebih gagah, lebih pandai
dari pada orang-orang di sekitarmu. Sifat-sifat yang seperti ini merupakan kesombongan atau
mengangkat Pemberhalaan dalam dirinya sendiri, dan dari sinilah timbul suatu perasaan yang
menolak kebenaran serta merendahkan orang lain.  Rosulullah bersabda “ Sombong itu bisa
menye-babkan seseorang menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia” . (HR. Muslim)
Sombong bila di tinjau dari  sasarannya ada 3 (Tiga) macam yaitu :
1.Sombong kepada Allah, maksudnya bahwa dia tidak memperhatikan akan peringatan-peringatan
Allah. Syareat Allah dianggap suatu perkara yang remeh dan dia tidak mau meng-amalkannya.
Apabila manusia sudah seperti itu, maka tidak menutup kemungkinan akan timbul dalam hatinya
sifat jahat, sudah tidak perduli lagi dengan aturan-aturan yang berlaku.
2.Sombong kepada Rosulullah S.A.W yaitu tidak mengindahkan sama sekali ter-hadap seruan-
seruan dan aturan-aturan Rosulullah S.A.W, dia lebih mementingkan pemikirannya dari pada sabda Rosulullah S.A.W.
3.Sombong terhadap se-sama manusia, yaitu manusia lain di rendahkan, tidak mau meng-hormati
orang lain, dan menyuruh orang lain untuk menghormatinya, ingin selalu di perhatikan. Orang
yang sombong pantas dan patut memperoleh siksa api neraka.
Dalam Alqur’an Allah memper-ingatkan dengan tegas “ Aku akan memalingkan kepada orang-orang
yang menyombongkan dirinya atas bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaanku.
Jika mereka melihat ayat-ayatku, mereka tidak mengimaninya dan jika mereka melihat jalan
yang membawa petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi bila mereka melihat jalan
kesesatan, mereka terus menempuhnya.  Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan
ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai dari ayat-ayat itu”.  (QS. Al A’raf 146).
Wahai saudaraku, dengarlah nasehat-nasehat itu, kerjakanlah amal ibadah menurut ajaran
Allah. Janganlah engkau dengarkan ucapan-ucapan orang munafiq, yang suka menimbulkan tipu
daya dan mengadu domba. Sesungguhnya watak mereka berisi tentang hal-hal yang kotor. Bila
orang mukmin mensucikan jiwanya dari bermacam-macam kemaksiatan maka haruslah memperbanyak
Kalimah thoyyibah (Dzikir).
Lakukanlah dzikirmu dengan penuh pengertian, tawadhu’ khusyuk, tadabbur (merenungi) secara
mendalam serta siap sedia melaksanakan kewajiban yang di wajibkan oleh Allah dan Rosullnya
serta meninggalkan larangan-larangan-Nya.  Kalimat itu mengandung arti bahwa Siapapun tidak
boleh menyembah sesuatu selain Allah S.W.T. Tidak boleh mengharap sesuatu selain dari-Nya,
lebih-lebih memberhalakan dirinya se-hingga benar-benar bisa jadi “BERHALA BARU” bagi
dirinya dan orang lain, maka dari itu kembalilah ke Allah dengan berpegang pada ajaran
Rosull dan Mursyidnya.

DEMENSI HENING
-Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain dari
syirik itu bagi siapapun yang di kehendaki-Nya,
Barang siapa menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya. (QS. An Nisa’ 116)
-Dan jikalau mereka menyekutukan Allah, sungguh percuma apa saja yang mereka amalkan. (QS.
Al An’am 88)

ANGKRINGAN SUFI
Formasi melingkar (Ngariyung) masih konsisten dilakukan oleh penduduk Angkringan di setiap
malem Selasa dan malem Kamis, dan insyaallah akan istiqomah melingkar dalam rangka
membentuk angka “ NOL “ symbol kehampaan, keikhlasan sekaligus persenyawaan di antara
sesama, malam itu lumayan ramai membicarakan sebaiknya amalan apa yang harus dikerjakan
untuk tahun baru Hijriah nanti.
Kang Sarengat   : Menurut  sampean-sampean  acara   apa  yang  paling   tepat  untuk tahun
baru Hijriyah nanti Kang.   
Kang Hakekat    : Bagaimana kalau festifal NGILO alias bercermin...hehehe....?
Kang Sarengat   : Masa NGILO Terus apa manfaat dan maksudnya Kang.
Kang Hakekat    : Ya  pastinya untuk menilai diri kita masing-masing, kita bisa  bertanya
pada diri kita,  sudah  pantaskah  kita  menyebut   diri  kita sebagai hamba Allah, jangan-
jangan  hanya  budaknya  nafsu, sebab kalau kita jujur pembangkangan sering
kita  lakukan,   dengan   cara  tidak  menjalankan  perintah-Nya  dan menerjang
larangan-Nya.  Dan  sering  kita   mengaku    sebagai   umatnya    Kanjeng Rosull 
lantaran  datang  di majelis Sholawat , akan  tetapi  prilaku kita tetap jahiliyah
jauh dari yang di contohkan Kanjeng  Rosull.  Jadi sebenarnya kita masih dalam
taraf   mengaku-ngaku  dan  menceritakan  tentang  Kanjeng  Rosull belum pada prilaku-Nya.
Kang Sarengat  :  Betul  Kang  seperti  Kang   Jarkoni  itu  lho  baru  di cium tangannya saja sudah merasa bangga.
Kang Jarkoni     :  Tapi aku kan tidak minta mereka untuk mencium tanganku mereka sendiri 
saja yang mencium tanganku.
Kang Hakekat   :  Persoalannya  bukan  meminta  atau di minta, makanya   di  sinilah   kita
butuh “NGILO” kapasitas kita sebagai apa sehingga tangan kita dicium, sebab bisa-bisa
kita yang dicium dan yang mencium tangannya sama-sama masuk neraka.
Kang Sarengat  :  Kok bisa Kang maksudny gimana...?
Kang Hakekat   :  Bagini Kang...  renungkan  dan  camkan,  ketika  kita dicium tangannya,
dan kitamerasa bangga tanpa  disadari   sebenarnya kita   sedang memahat sebuah
BERHALA BARU dalam hati untuk diri kita sendiri dan orang lain, yang mencium
tangan kita berarti menjadi sebab kebanggaan,     maka secara hukum jatuhnya
sama, artinya sama-sama diberhalakan dan meberhalakan.
Kang Sarengat  :  Waduh begitu to Kang....  padahal aku senengnya begitu je...  wah jadi
saya juga bisa dikatakan berhala dan penyebab pemberhalaaan ya....
Kang Hakekat   :  Pikiren dewe Kang karepmu  katanya sudah lama ngajine tapi yo masih tetap
aja Begitu, Kang-kang... jadi orang kok seneng sekali menyandang gelar pekok
Permanen.... !!!  (Kang Sarengat hanya cengar-cengir saja sambil garuk-garuk)

0 komentar:

Posting Komentar