Sabtu, 11 April 2015

EDISI - 24 BURDAH

Edisi 24 Burdah
Kamis 20 Nop 2014

“ Apakah Keseimbangan Itu..? ” 
Allohumma sholli wa sallim`Ala Sayyidina wa Maulana Muhammad. Wa kholifin nafsa
wasysyaithona wa'sihima Wa in huma mahadlokan nusha fat tahimi
( Dan Khalifahilah nafsu dan sifat syaitan Didalam dirimu sendiri Meskipun memberikan yang
mengandung kebenaran Akan tetapi pahami dan waspadai.)
Jangan cuma beranggapan, berpendapat bahwa yang bisa memberikan sebuah nasehat tentang
kebaikan dan kebenaran adalah hal-hal yang menurut kita baik saja, akan tetapi kadangkala
sebuah hal yang menurut kita buruk justru malah mendatangkan sebuah nasehat yang jauh lebih
mengena dan masuk diakal pemikiran kita.  Jangan kira hanya kata-kata indah dan terlihat
bijaksana saja yang mampu membuat orang tergugah hati dan semangatnya untuk menjalani
kehidupan dengan gairah baru dan berbuat kebaikan.  Namun adakalanya bisa berupa sebuah
kata-kata keras dan dengan nada kemarahan,  justru lebih mancep dan bisa juga mengobarkan
semangat seseorang untuk segera berubah dan terus berkembang kesadarannya.  Sesuatu yang
kita anggap sebagai sebuah keburukan bisa jadi adalah sebuah ilmu, sebuah pesan moral,
sebuah ayat Alloh yang disampaikan kepada kita untuk kita tabayyunkan, kita tafakuri, kita
khalifahi agar bertemu dengan hakekat kesejatiannya.  Jadi antara kebaikan dan keburukan,
keduanya bisa mendatangkan manfaat dan nasehat akan kebenaran,  jika kita mampu membaca
pesannya dengan jelas dan jernihnya penilaian.
Oleh  karena itulah kita dituntut untuk terus waspada dan teliti, lihatlah sesuatu sampai
kepada ujungnya, sebelum kita menilai dan menghakimi sebuah hal atau perkara. Dengan
waspada dan ketilitian, kita meminimalisir efek yang mungkin akan kita sesali dan kecewai
nantinya. Begitulah hidup adalah sebuah proses panjang perjalanan kembali kepada Alloh swt,
begitupun sebuah kesadaran bahwa keburukan itu adalah kebaikan yang tidak ditempatkan pada
tempat dan posisinya yang tepat dan pas.  Untuk memahami itu dibutuhkan proses juga yang
kadang lucu dan mengasyikan, proses memahami, melihat dan meletakan sesuatu kepada
tempatnya ini yang nantinya akan berujung kepada apa yang sering disebut dengan
”mengkhalifahi”.  Maksud mengkhalifahi disini adalah kembali kepada defisnisi dari
keseimbangan yang sudah berkali-kali kita bahas, namun karena ada beberapa hal dan sesuatu,
baiknya kita bahas lagi soal itu.  Keseimbangan bukanlah soal sama rata, atau sama
takarannya, contoh mudahnya jika anda memiliki dua orang anak yang satu umur 17 tahun dan
satunya lagi umur 5 tahun, dan anda memberikan porsi makan yang sama kepada keduanya,
apakah anda bisa disebut seimbang..? bisa dikatakan sudah adil dan mengkhalifahi diri anda
dan sekitar anda..?, bisa jadi malah anda akan disebut gila karena hal itu. Jadi
keseimbangan ialah anda tahu dimana letak kurangnya anda, kemudian anda pacu untuk
menambahinya, anda tahu dimana letak lebihnya anda dan memahaminya agar tidak menjadi
sebuah kesombongan yang akan menjerumuskan anda kepada sebuah kesesatan dan hal yang
merugikan diri anda, jadi seimbang ialah anda memahami dimana letak tepatnya sebuah hal
agar benar-benar menumbuhkan manfaat baginya dan bagi kondisi disekitarnya.  Makna
sederhananya dari ”Mengkhalifahi-Keseimbangan” ialah bukan soal besar kecilnya takaran,
bukan banyak atau sedikitnya sebuah hal, akan tetapi tepat pada posisi dan tempatnya sesuai
dengan apa yang di sabdakan oleh Rosululloh Muhammad saw ”makanlah ketika lapar dan
berhentilah sebelum kenyang, karena itu sebaik-baik kesehatan” hal itu adalah kunci dari
keseimbangan dan sekaligus kunci dari kesehatan jasmaniah dan ruhaniah kita.  Untuk itulah
manusia membutuhkan penataan tidak saja terhadap apa-apa di luar dirinya namun yang
terpenting apa yang di dalam dirinya, menata nafsunya agar yang memimpin hidup bukan
syahwatnya, menata hatinya agar bisa menemukan kesejatiannya dan menemukan hakikat inti
dari tauhid dan cintanya kepada Rosululloh Muhammad saw dan Alloh swt.  Manusia juga butuh
menyelami dirinya sendiri, butuh menyepi, untuk memahami suara hatinya yang sejati, untuk
memahami perjalanan nafsu dan bisikan  sifat syaitan dan mengkhalifahinya, butuh sendiri
agar bertemu hakikat sejatinya, agar bertemu dan mempelajari kesalahan-kesalahan yang telah
ia perbuat, memahami dimana letak tidak seimbangnya dirinya.  Keseimbangan pada diri
seseorang menumbuhkan rasa ikhlas dan membatasi keinginannya yang berlebihan akan hal-hal
yang sama sekali tidak bermanfaat bagi dirinya dan sekitarnya.
Keseimbangan menumbuhkan pohon tegaknya iman yang membuat seseorang tidak habis waktu
hidupnya hanya untuk berpamrih dan mengeluh, menunggu pertolongan Alloh dan tidak memahami
makna dari sebuah kesabaran.  Seimbang memungkinkan sesorang memahami keinginannya sendiri
apakah ini baik ataukah bagaimana dikemudiannya, meski keinginan itu bersumber dari hatinya
dan mungkin mengandung sebuah kebaikan.  Seseorang yang sudah menemukan keseimbanganya akan
tetap teliti dan dan tetap wasapada akan hal itu, sebab ia menyadari bahwa keinginan adalah
sumber penderitaan, sumber dari kekecewaan.  Sebab keinginan yang meskipun mengandung
kebaikan adalah juga bentuk hawa nafsu yang paling halus yang ujungnya akan membawa pada
sebuah pamrih pribadi dan rasa ingin pamer kemampuan diri, sekali lagi berhati-hati,
waspada dan teliti, sangat penting agar bisa memahami apakah ini berdasarkan keinginanya
semata ataukah bisikan nafsunya ataukah memang buah dari iman dan taqwanya serta saripati
dari tafakurnya. Teruslah berguru dan jangan berhenti belajar.
Alloh ya Hafied ,Allohul Kaafi ,ketentraman bersama kalian.

DIMENSI HENING
Keseimbangan ialah anda tahu dimana letak kurangannya anda, kemudian anda pacu untuk
menambahinya, anda tahu dimana letak lebihnya anda dan memahaminya agar tidak menjadi
sebuah kesombongan yang akan menjerumuskan anda kepada sebuah kesesatan dan hal yang
merugikan diri anda. Seimbang ialah anda memahami dimana letak tepatnya sebuah hal agar
benar-benar menum-buhkan manfaat baginya dan bagi kondisi di sekitarnya.

ANGKRINGAN SUFI
 ” Terus Bertanya, Tidak Tahu Malu ”
Kang  Hakekat  : Engkau terus bertanya kepadaku apa itu batasan, apa itu keseimbangan..? 
                 kaupun bertanya apakah kesabaran itu..? memangnya kita mau
                 kemana..? bukankah disini sudah sangat nyaman dengan pamrih-pamrih
                 kebaikan pribadiku.? harus kemana lagi sih memangnya.? bukankankah sudah
                 kuikuti saranmu untuk ikut mengaji, untuk banyak membaca sholawat dan
                 menghadiri majelis sholawat,  Kau terus bingung dan bertanya seputar
                 surga dan neraka sementara hal itu adalah sebuah perkara yang Haq.. !  kau
                 terus berkiblat dan bertujuan bahwa ini dapat pahala dan itu tidak,
                 sementara pahala dan dosa adalah juga perkara yang Haq.
                 Dan tak juga kau sadari bahwa bersholawat adalah meyakini bahwa
                 Rosululloh. SAW  hadir di dalam hidup dan jiwa kita.
                 bahwa mengaji adalah memahami apa yang kita tidak ketahui
                 kemudian ”ngoceki “ dengan kesungguhan, tafakur dan ketenangan hati,
                 sampai-sampai tidak juga kau sadari bahwa sabar itu bukanlah hanya
                 menunggu terjadinya perubahan namun bergerak untuk merubah hal yang
                 tidak enak menjadi lebih manfaat.Lalu apakah selamanya engkau hanya akan  
                 jadi anak taman kanak-kanak saja yang hanya takjub akan hadiah saja, jika 
                 yang kau pikir hanyapamrih pribadi dan keinginan.Dan terus kau bertanya   
                 apa sih gunanya bekerjasama, apa sih fungsinya
                 berjama’ah dan tak pernah  kau sadari bahwa bisakah engkau hidup
                 sendirian..? padahal  hakekat kehidupan adalah bekerja sama, berjama’ah.
                 lihatlah dengan jelas segala sesuatu sebelum menilai dan mengemukakan   
                 pendapatmu buang jauh keinginanmu, sebab itu sumber
                 penderitaanmu, sebab ia adalah sumber kekecewaanmu, tenangkan
                 hatimu, pahami nafsumu agar yang memimpin hidupmu bukan syahwat 
                 keinginanmu, ataukah kau mau terus bertanya tidak tahu malu..???










0 komentar:

Posting Komentar